Kepada presidan kami mengeluh....

TAMPARAN demi tamparan bertubi-tubi menghajar
wajah penegakan hukum Indonesia. Tidak ada yang
berbangga hati dengan tamparan itu, kecuali tangan-
tangan yang kita bungkus dengan nama misteri. Seorang Gayus Tambunan, pegawai kecil di Direktorat
Perpajakan, menampar kita semua dengan dua
pukulan beruntun. Pertama melalui mafia perpajakan
dan kedua melalui mafia di kepolisian. Sebagai bangsa yang memiliki seluruh otoritas
kelembagaan bernegara, kita sesak napas. Mafia
menggerogoti sumber nafkah negara di sektor
perpajakan. Kita juga sesak napas karena mafia
menguasai lembaga-lembaga penegakan hukum.
Negara, dengan seluruh kewenangan dan infrastruktur yang gemuk, seakan tidak berdaya. Apakah seluruh sistem yang menjamin keadilan dan
kebenaran sudah lumpuh? Apakah komitmen
pemberantasan korupsi hanyalah keinginan segelintir
orang di pemerintahan? Ketika publik mempersoalkan sejumlah tamparan,
terutama di bidang penegakan hukum, seluruh
argumen tidak segera meyakinkan khalayak tentang
ketulusan terhadap apa yang disebut dengan
kepentingan umum. Argumen orang pemerintah
beradu dengan argumen orang hukum, diramaikan lagi dengan argumen orang politik, hanya membuat
kebenaran semakin kabur. Kasus Gayus, misalnya. Publik menginginkan
ketegasan dan kecepatan mencari jawab. Tetapi,
yang muncul adalah pertengkaran tiada henti. Seakan
pertengkaran menjadi jawaban itu sendiri. Akhirnya, publik yang terkunci dalam kegelapan
mencari jawab tentang keadilan, kehilangan tempat
mengadu. Tangan-tangan mafia mengunci rapat pintu-
pintu kebenaran dan keadilan. Pintu kepolisian, pintu
kejaksaan, dan pintu politik. Ada seorang anak bangsa bernama Susilo Bambang
Yudhoyono. Rakyat telah memberinya seluruh power
untuk mendobrak pintu-pintu kebuntuan. Dia kita
nobatkan sebagai Presiden Republik Indonesia
melalui sebuah pemilihan presiden secara langsung.
Dia menang secara meyakinkan dalam satu putaran dengan mengalahkan dua kandidat lainnya. Kepada SBY kita berkeluh kesah soal wajah
penegakan hukum yang semakin memalukan. Pak
Presiden, lembaga penegakan hukum kita sudah
sangat menjijikkan. Karena itu, jangan lagi
membiarkan dengan argumen tidak boleh
mengintervensi. Presiden memang tidak boleh campur tangan soal
kasus, tetapi penegakan hukum yang harus bersih
dari tangan-tangan mafia membutuhkan komando
seorang pemimpin. Kami, rakyat, mulai kehilangan kata-kata untuk
berkeluh kesah. Bahaya dari sebuah pemerintahan
adalah ketika rakyat tidak lagi percaya pada kerja
dan komitmen para pemimpin mereka. Pak SBY, Anda memiliki semua yang dibutuhkan untuk
memberantas mafia di bidang penegakan hukum.

0 komentar:

Post a Comment

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More