Hidup Bernafas Dengan Internet



Siapa sih orang yang jelas2 hidup pada generasi zaman sekarang tapi tidak butuh yang namanya internet? Itu nonsens. Dan, bukan sesuatu yang absurd jika kita hendak melihat beberapa orang duduk bareng entah itu di kereta, bis atau ruang tunggu tapi terlihat sibuk dengan gadget-nya masing2. Itu sudah jadi terlihat sebagai sesuatu yang biasa. Dan ternyata fasilitas internetan itu ternyata sudah menjadi kebutuhan dasar lain setelah sandang pangan dan papan.

Memang, kata para pembijak lama sih internet itu selalu menawarkan dua sisi mata uang yang berbeda. Kalo niatnya di bawa buat hal2 yang gak baik pasti jatuhnya sesuatu yang buruk. Lebih banyakan mudhorotnya. Begitu sebaliknya. Jika cerdas dalam memanfaatkannya justeru hal2 baik mengikuti dari belakang. Jadi, internet itu tidak selamanya di sikapi sebagai sebuah pekerjaanya orang2 pemalas, buang2 waktu atau apalah sebutanya. Buat beberapa orang di disana, Internet juga kadang bisa di konversi menjadi pintu masuk buat membuka lahan bisnis yang menguntungkan. internet juga bagi sebagian orang tertentu bisa di manfaatkan untuk misi dakwahnya lewat layanan media sosial. Jadi gak selamanya internet itu melulu punya konotasi yang negatif. Semua tergantung ke pelakunya.

Buat saya sih, sebagai orang yang jauh dari keluarga dan kampung halaman, hidup di tanah rantau, yang keseharianya sibuk dengan kerja kerja dan kerja. Internet itu seperti sebuah kebutuhan dasar, seperti nafas, serupa hiburan, yang barangkali hanya bisa di rasakan oleh teman2 yang yang punya keseharian yang sama. Mainan hape atau laptop jadi hal penting buat mengisi sisa waktu senggang buat nembunuh kesuntukan. Istilahnya internet itu seperti sebuah nafas. Tapi untungnya fasilitas internet disini jauh dari kata kurang. Artinya bisa di dapat dengan harga murah dan mudah.

Beda sama di Indonesia. Dari beberapa media menyebut Korea selatan dinobatkan sebagai negara yang punya koneksi internet tercepat, 24,6 Mbps. Apa resep negeri Ginseng ini? Tak lain adalah peran dan perencanaan yang bener2 matang dari pemerintahnya.

Tahun kemarin saya sengaja pasang Wifi, lewat layanan Korea Telkom. Ternyata sangat mudah dan gampang. Waktu itu jujur saya masih terkendala dengan bahasa, jadilah saya suruh orang kantor yang ngurus. Cuma di mintain nomer rekening bank yang saya pegang, ngisi formulir dan tanda tangan. Gak pake bayar pendaftaran ato pemasangan ini dan itu. Sehari dua hari tahu2 kamer udah kepasang wifi dengan kecepatan yang super ngebut. Alhamdulillahh. Sampe seminggu pun saya sama sekali tidak kena bayaran apapun. Malah setelah dua minggu wifi nyala saya malah di kasih uang cash senilai 40.000 won. Bilangnya dari orang Telkom. Katanya sih uang itu berupa gift. Bahkan di 3 bulan pertama tidak kena beban biaya apapun alias di gratiskan. Selanjutnya tagihan bulanan di ambil lewat rekening bank saya. Tinggal print buku tabungan di ATM tertentu, disitulah baru ketahuan berapa saja saya harus bayar per bulannya. Kebetulan saya sengaja ambil yang 27600 won perbulan.

Alhamdulillahnya lagi, disini wifi atau jaringan internet hampir ada di mana2, meskipun itu seratus persen punya orang hehee. Yaa, sederhananya sih nyari wifi gratisan itu gampang. Kalopun harus keluar juga gak takut gak bisa update status. Di ATM, di perkantoran, di perumahan atau di sepanjang emperan toko, begitu saya lagi jalan kaki kadang hape dengan sendirinya sudah terkoneksi dengan internet, ketahuan entah itu bunyi dari bbm masuk, messenger atopun line. Begitu hape di buka tau2 sudah banjir notif. Alteternatifnya jika ingin selalu ontime dengan jaringan internet, bisa juga beli pake layanan wibro. Cukup murah sebenernya. udah di kasih alatnya yang bisa di bawa kemana mana terus tinggal pilih mau ngambil paket berapa puluh ribu perbulanya. Hidup gak bakal jauh2 dari internet. Dunia serasa selalu dalam genggaman. Bukankah begitu? hehee

Barangkali internet sudah menjadi menu hidup bagi kebanyakan orang. Terlebih bagi para pelaku media sosial. Entah saya harus menyebutnya dengan nama apa buat orang2 yang sudah ketergantungan media sosial. Dikit2 selfie, dikit2 otewe. Jembreng di media sosial. Mungkin karena penjual gadget canggih selalu mengerti apa yang di butuhkan orang2 jaman sekarang. Yang katanya biar di bilang gaul, yang katanya ngikuti jaman atau apalah. Hehee sekali lagi biarlah semuanya berpulang pada pelakunya masing2.

Barangkali, sampe kapanpun internet akan selalu menjadi kebutuhan dasar manusia. Mempermudah orang untuk melakukan hal apapun. Tapi tetep akan selalu menawarkan dua sisi mata uang yang berbeda. Jadi, bijaklah dalam memilih langkah atau memilih sesuatu di dunia maya. Karena rumusnya hampir sama; hidup itu adalah pilihan.



Eumseong, 31 Januari 2016

Surga Yang Tersembunyi Di Pulau Nami



Di tiap kalinya saya punya perjalanan bertadabur dengan alam, buat melihat apa2 yang sudah Tuhan bagikan sebegitu murahnya, disitu pula sepertinya Tuhan selalu menunjukan segala maha besarnya. 

***
Minggu kemaren kebetulan saya bertamu ke pulau Nami, sebatas buat mengisi liburan setelah beberapa minggu di kudeta sama pekerjaan dan hal2 yang dirasa membosankan. Intinya saya pengen segera piknik hehee. Sekaligus menengok, kaya apa sih ketika Pulau Nami sedang berpuisi, Hingga sampe terkenal di telinga para penyuka wisata dan destinasi.

Ya, Pulau Nami sendiri pada perjalananya begitu dikenal luas ketika beberapa bagian lokasinya di gunakan untuk syuting drama korea terkenal Winter Sonata yang begitu mengharu biru. Apalagi pas setibanya musim gugur, dengan landscape pohon2 besar yang menjulang tinggi berbaris rapih yang dedaunanya mulai memerah dan menguning, kemudian tampak mulai berguguran ke tanah. Sungguh sebuah peristiwa alam yang sangat romantis. Sesiapa yang melihat penuh kekaguman. Inikah surga yang tersembunyi di Pulau Nami? Entahlah..

**
Minggu kemarin saya adalah satu dari 45 jamaah Masjid Arroyan Muguk yang punya kesempatan untuk mengisi liburanya di Pulau Nami, atau yang biasa di sebut Nami Island. Pulau ini berbentuk seperti bulan separuh yang menggenang di tengah2 sebuah danau besar terusan dari sungai Han yang ada di Seoul. Menarik nemang, tidak saja ketika harus masuk kesana, menengok ada keindahan apa saja di dalamnya, tapi dari sejarah awal mula munculnya Pulau Nami tersebut. Nama Nami sendiri di ambil dari salah satu pahlawan Korea Selatan yaitu Jendral Nami.


Ketika kami (selaku rombongan) sudah sampe di lokasi. Kami kemudian turun dari bus setelah menghabiskan kurang lebih tiga jam perjalanan. Makan siang sebentar sambil menunggu pembelian tiket atau penukaran visa masuk, kamipun akhirnya berjalan menuju pintu Imigration Nami Island. Kenapa ada visa dan pintu imigrasi segala? Imigration Nami adalah pintu masuk menuju Nami Island. Itu cuma pengistilahan. Pemerintah Korea Selatan sengaja mengemas wisata Nami Island sebagai sebuah negara yang terpisah dari Korea Selatan, bahkan begitu di kenal dengan sebutan Naminara Republic; artinya negara Nami. Ahh entahlah dengan statusnya sebagai negara sendiri ini, sebenernya sih cuma negara boongan, negri khayalan atau negri fantasi. Pinter2nya orang Korea saja bagaimana mengemas sebuah tempat wisata bertujuan untuk di jadikan nilai jual.

Untuk menuju Nami Island sendiri kami harus baris mengantri buat menyeberang menaiki kapal ferri, butuh waktu sekitar 10 nenit untuk bisa sampai di pulau mungil tersebut. Menariknya di tiap pinggiran bagian atas kapal di hiasi bermacam-macam bendera negara, termasuk bendera merah putih punya Indonesia.

Begitu memasuki daerah Pulau Nami, kamipun disambut dengan deretan pohon tinggi yang berjejer lurus, rapih hingga seperti membentuk sebuah terowongan. Adem sekali rasanya melihat suasana alam yang masih terjaga seperti itu. Pulau Nami ini memang menjunjung konsep perpaduan antara manusia, hewan dan tumbuhan untuk “living in harmony far away from crowd and civilization“. Jadi pulau ini memang seperti tempat berlibur untuk bersantai dan istirahat bagi para wisatawan.

Khusus bagi para penggemar drama Korea, tempat ini barangkali terlalu keren karena punya beberapa tempat dan momen dari serial yang sudah ditonton. Pohon-pohon tinggi menjulang di kanan kiri jalan yang membentuk sangat rapih.

Di situ juga ada rute jalan yang bisa ditempuh dengan berjalan kaki ataupun naik sepeda. Kemudian ada fasilitas kereta wisata juga, ada kolam ikan, air mancur di tiap sudut jalan, dan beberapa taman tematik. Di Nami Island juga tersedia sewa sepeda tandem. Nah untuk yang suka dengan tantangan bisa juga mencoba naik flying fox untuk menyeberangi danau Cheongpyeong yang meluas, Cukup mahal memang karena harus membayar 30.000 won.


 Rombongan Masjid Ar-royyan Muguk ketika baru tiba di pulau Nami

 Daya tarik pulau Nami tidak saja sampai disitu, di tanah Nami Island aura penuh cinta tersebar di mana-mana. Cinta pada pasangan, cinta pada keluarga, cinta pada hewan2, cinta pada alam sekitar ataupun cinta pada hal2 yang membangun sebuah kedekatan. Banyak pasangan yang memakai baju seragaman, terus juga ada yang sedang duduk berdua di bale-bale sambil membicarakan rahasianya masing2, tidak sedikit juga mereka yang membawa anak2 dan keluarganya duduk2 di sebuah taman, pasangan oma opa yang sedang foto bareng di bawah pohon, bahkan ada sebuah burung yang kenalpun tidak bisa langsung nyamperin pengunjung, seperti hendak menyampaikan sebuah pesan cinta hehe, mengajak berkomunikasi, kemudian langsung terbang lagi masuk di rerindangan pohon. Bahkan konon katanya, kalo malam hari, semua lampu pulau ini semuanya di matikan sehingga pengunjung bisa lebih dekat dengan alam, hanya bulan dan kerlipan bintang2.

Hebatnya lagi, beberapa botol yang di tinggalkan pengunjung juga di recycle dan di manfaatkan kembali untuk menjadi sebuah hiasan di pinggiran jalan.







Eumseong, 2 November 2015

Sepotong Korea Di Tanah Muguk

 

Tiap kota itu barangkali punya pesonanya sendiri2.. punya ke khas-an yang boleh jadi tidak dimiliki oleh kota2 lain. tidak terkecuali kota Muguk Eumseong dengan sejuta kesederhanaanya... Dari alkisah sejarah yang pernah saya baca di beberapa milis, di wikipedia juga. di kota inilah seorang Ban kin-moon di lahirkan dan tumbuh dewasa. Siapa yang tidak tau Ban kin-moon? Beliau adalah orang yang begitu berpengaruh di dunia__ yang kini menjabat sebagai sekjen PBB bermarkas di New york.

Sepanjang pengamatan dari yang saya lihat dari kota ini sebenarnya tidak ada yang begitu istimewa. Sangat sederhana. Hanya sebuah kota kecil yang terletak di bagian timur daerah Eumseong propinsi Chung cheongbuk-do Korea bagian tengah. Dimana di sekitaran daerah dikota ini, tepatnya di daerah kabupaten Eumseong di kenal sebagai penghasil buah stroberi, ginseng, cabe merah, semangka dan daging sapi. Untuk ukuran kota2 besar yang ada di Korea, yang dikenal bersih dan tata kelola kota yang sangat rapih, Muguk bisa di bilang belum termasuk ada di dalamnya. Hanya sebuah kota kecil. Tatananan kotanya tidaklah terlalalu rapih, kadang kalo harus jalan kaki di sepanjang pinggiran jalan kota ini saya masih suka menemukan sampah yang berserakan tidak pada tempatnya.

Di kota ini Hanya ada beberapa bangunan tinggi berkonsep mewah, apartemen dan gedung pemerintahan, atopun jejeran toko berbaris sepanjang jalan. Tidak seperti halnya kota2 besar lainn kaya macam kota Incheon, Daegu, Busan ataupun Seoul sebagai pusat dari lahirnya gedung2 pencakar langit ataupun bangunan berkonsep modern. Disini juga belum ada jalur kereta untuk bisa menghubungkan dengan kota lainya. Bisa jadi karena masih termasuk kategori daerah perbukitan menjadi alasan utamanya. Kalopun untuk bisa bepergian ke kota Seoul atau Ansan misalnya, jalur satu2nya adalah nemakai jasa kendaraan bus. Cukup murah sebenernya, hanya merogoh kocek 7500 won saja untuk bisa sampe kesana. Itupun jarak tempuh hanya perlu 1 jam lebih saja bisa langsung turun di jantung kota. Terminal dan stasiun kereta.          



Hanya saja buat saya sendiri ada yang sangat istimewa dari kota ini, yaitu berdirinya sebuah Mushola ataupun Masjid di tengah2 kota. Namanya Masjid Ar-royyan. Nama ini di ambil dan di sepakati bersama hasil musawarah ..Tepatnya hanya kurang lebih 100 meter dari arah terminal. Meskipun keberadaan Masjid tersebut masih belum permanen, hanya sewa tempat. Baru tujuh bulan berjalan. Dan Alhamdulillah hadirnya Masjid tersebut berkat perjuangan teman2, jamaahnya sudah banyak, khususnya orang2 Indonesia yang ada daerah Eumseong. Subhanallah semangat mereka luar biasa untuk bisa dengan segera menghadirkan rumah Allah. Meskipun keberadaan mereka2 sebagai kaum minoritas. Di kota ini juga saya bisa menemukan banyak teman dari Indonesia yang bekerja di Korea, lewat sebuah wadah di komunitas Masjid. barangkali mereka punya misi perjuangan yang sama sebagai perantau, punya jalan cerita yang hampir sama sebagai seorang yang sedang mencari rejeki, dan mungkin punya mimpi yang sama sebagai orang yang sudah mengumpulkan niat untuk hidup disini sebagai orang pendatang.

Yahh, Kota Muguk. Keberadaanya menjadi kota penting buat saya pribadi, disinilah saya pertamakali membeli jaket musim dingin waktu itu, disini juga saya bisa menebus kerinduan untuk bisa bermain sepakbola, disiini juga saya harus membeli sepeda buat kebutuhan dan keperluan kesana kemari sebagai kendaraan alternatif. Dan, disini juga saya pertama kali bisa takbiran dan nginap di malam lebaran bersama teman2 di negri orang hehe.. rasanya sudah terlalu banyak sekali untuk kemudian di jual sebagai sebuah kenangan.

Nah, untuk yang pernah tinggal di kota Muguk pasti tau dimana keberadaan terminal bus nya. Terkesan masih ngampung, jauh dari kesan unsur modern. Bukan korea banget hehee. Bentuk bangunanya juga lebih kaya konsep peninggalan jaman dulu. Tapi itu yang membedakan dengan terminal2 lainya.

Hanya saja Muguk tetaplah kota dengan sejuta kesederhanaanya. Untuk yang pernah singgah, tepat dihari pas ada pasaran. Tentu tidak terlewatkan untuk bisa belanja dan masuk ke dalamnya. Lebih menyrupai pasar tradisional kalo di Indonesia sih, tapi disini lebih rapih dan bersih. Terus juga tidak mengganggu ketertiban umum.

Yaa, mungkin sampe kapan saya bisa tetap disini. Menetap disini, moga saja sampe beberapa tahun kedepan, karena Muguk selalu menawarkan hal2 yang ngebuat saya bisa terus mampu merawat semangat saya sendiri, untuk bisa terus survive menjalani hidup sebagai seorang petantau di negri orang.. tentunya dengan segala keterbatasan.



Eumseong, 4 Oktober 2015   

Waktu Yang Di Jual Mahal



Kayaknya udah lama saya enggak nulis disini, ternyata waktu begitu cepat meninggalkan februari dengan segala ceritanya hehee. Ya, disitulah terakhir kali saya nulis. dan waktu juga yang Alhamdulillah sekarang saya bisa hadir dan menulis lagi disini. dengan membawa kabar baik dan sehat.

**
Untuk enam bulan terakhir ini, sejak kali pertama saya numpang hidup, menetap dan kerja disini, waktu terasa di jual begitu mahal. Sangat mahal. Di negri ini, istilah 'waktu adalah uang' memang benar adanya. Harus bisa memanfaatkan dan mengambilnya dengan cepat kalo tidak ingin kabur ketiup angin. Tapi tak apalah mahal juga, kalo emang WAKTU itu sekiranya bisa di konversi menjadi sesuatu yang positif, insya Allah hal2 yang baik juga dengan sendirinya akan mengikuti dari belakang. Aminnn

Siap tidak siap saya harus siap, yaa, karena semuanya sudah satu paket dengan tujuan awal saya bisa ada disini. Semuanya harus di perhitungkan betul bagaimana mengatur dan memanage waktu. Kapan waktu harus di gunakan untuk kerja, dan kapan waktu yang harus di manfaatkan untuk istirahat, atau bisa mencuri hari libur untuk keperluan2 lain. Misalnya saja sekedar buat jalan2, ketemuan sama temen, atau berkunjung dan bersilaturahmi kemana yang sekiranya bisa melepas lelah dan penat setelah semingguan berkerja. Semuanya harus di manage sebaik mungkin.

Ya, apalagi waktu pas musim dingin tiba, budaya cepat2 adalah sebuah keharusan. Di terapkan dalam hal apapun. Disini nenek2 saja jalanya cepet banget. Mungkin mereka sudah terbiasa, waktu adalah perumpamaan sebagai barang yang mahal. Harus di kejar. Hampir kebanyakan orang ketika keluar rumah semuanya berjalan cepat, tidak sedikit yang lari untuk menghindari suhu ekstrim, atau mengejar jadwal keberangkatan bis atau kereta yang semuanya sudah terjadwal betul, telat satu atau dua menit saja kita akan ketinggalan dan harus menunggu jadwal keberangkatan bis berikutnya, dan itu sesuatu yang merugikan. Makanya, budaya cepat2 sudah mengakar bagi orang2 Korea. Orang yang datang terlambat di cap sebagai pribadi yang buruk.

Bicara lagi soal waktu, buat saya ya emang mahal, buat nulis di blog saja kadang harus nyuri2 di jam istirahat kerja hehe, atau setelahnya pulang kerja, itu kalo lage ada mood buat nulis. Kalo not idea atau gak ada ide sama sekali ya tetep males. Selamanya blog kena jamuran. Huahhh!

Berhari-hari, waktu seperti berjalan lebih cepat, menggerus apa yang hadir di depan, meninggalkan jauh semua yang masih di belakang. Meninggalkan orang2 pemalas, dan jauh meninggalkan orang yang suka membuang buang kesempatan, karena datang waktu berikutnya belum tentu akan menawarkan rasa dan kesempatan yang sama. Ibaratnya waktu itu adalah rejeki, bisa jadi senjata tajam yang siap menebas benda2 tumpul dimanapun, yang jika kemudian di salah gunakan maka bisa melukai siapapun. maka harus di manfaatkan betul. Toh, ketika kemudian waktu memberikan bonus atas kerja keras kita selama ini, sebenernya kita2 juga yang bakal menikmatinya, entah itu kapan datangnya.

Waktu nyatanya sudah mengantarkan saya ada disini, dan sudah membagi sebegitu banyaknya ruang buat saya. Soal apapun, entah itu jalan rejeki, ibadah juga, dan beberapa menu hidup lain yang membuat saya bisa belajar banyak bagaimana bisa berteman baik dengan waktu.

Berteman baik dengan waktu, adalah dengan memanfaatkanya..

Catatan Dari Kota Gwangju


Selesai dari Deogyousan ski resort, rombongan tour silakbar masjid anseong kemudian bermalam di villa penginapan untuk istirahat beberapa jam. Paginya barulah kemudian menuju Kimdaejung Convention Center Gwangju, tempat dimana kami akan menghadiri sholawatan berjamaah dengan ribuan umat muslim Indonesia yang ada di korea, bersama Habib Syekh Abdul Qodhir Assegaf. Di silakbar 2015.

Acara tersebut hasil dari kerja tim panita dari KMI (komunitas muslim indonesia), sebagai agenda rutin tahunan yang sengaja di peruntukan sebagai sebuah wadah syiar dan ukhuwah untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama umat muslim Indonesia yang ada di bumi Korea. Acara tersebut lebih tepatnya adalah lanjutan dari silakbar pada tahun2 sebelumnya.

**
Setibanya disana, tepat di depan halaman gedung KCC, nampak suasana masih belum begitu padat. Hanya beberapa gerombolan orang yang baru datang, tiga atau empat orang dengan jaket berseragam.

*
Ada informasi-- kalau acara ngambil tempat di lantai empat, kami pun mulai bergegas mempersiapkan segala sesuatunya dengan kesibukan masing2. Ada yang ngantri buat ngambil air wudhu dulu (persiapan buat sholat dhuhur), ada yang langsung masuk menuju lantai empat, ada juga yang sibuk poto2, atau ada juga yang sekedar janjian untuk ketemu temannya masing2. Hari itu seperti punya kesibukan sendiri2, berpencar entah kemana.

Barulah pada jam 2 siang acara pun dimulai. Masuk, tidak ada kursi, hanya alas tempat duduk yang sudah di sediakan oleh panitia, semuanya di suruh duduk bersilah. Sampai berjubel hampir tidak kebagian tempat. Setelah selesai beberapa sambutan dari tim panitia dan duta besar Indonesia untuk korea; acara kemudian di buka dengan seremonial penyambutan Habib syekh abdul qodhir assegaf saat jalan menuju stage, dengan diiringi sholawatan dan musik rebbana atau apalah sebutanya. Semuanya di suruh berdiri, bersholawat, dan yang bikin mengganggu itu ketika semuanya pada sibuk mengangkat kamera ponselnya masing2, mungkin buat merekam atau sekedar ngambil gambar, bahkan ada beberapa tongsis yang sengaja terpasang di tengah kerumunan jamaah.



Waktu itu sesi urutan acara di buat random, dua lagu di nyanyikan selesai, di lanjutkan kemudian dengan cerita pendek dari Habib Syekh yang kerap kali menyelipkan petuah penting soal pembelajaran banyak hal buat para jamaah ataupun pengunjung. Kemudian di lanjutkan lagi dengan lagu2 berikutnya. Dan seterusnya...
Sayang, senandung syair lagu2 sholawatan yang beliau nyanyikan tidak di iringi dengan musik gambus nuansa padang pasir, nyawa dari musikalitas arabnya tidak kelihatan-- seperti ketika harus mendengar lewat format mp3. Disitu Habib syekh tidak membawa banyak personil, hanya beberapa orang saja, dan kemudian untuk mengiringi lagu2 solawatan tersebut mereka cukup hanya memainkan tiga atau empat tabuh rebana.

Tapi tetep, semangat dan khidmat bersholawat tetap menggunung hebat. Di tambah suara berat khas Habib Syekh yang begitu menggetarkan seisi ruangan. Dari rangkaian beberapa lagu di nyanyikan; disitu ada puzle-puzle syair dan syiar yang terus berdampingan di kumandangkan bergantian, ada nafas2 ikhlas yang terus menerus memuji kebesaran dan kemuliaan Rosululloh SAW. Semuanya seperti larut dalam kekhusyuan.

Lagu hits ber-genre gambus punya Habib syekh yang sempet duluan di nyanyikan adalah " ya hananna ". Semuanya pada hafal. Kemudian ada juga beberapa lagu lainya. Sayang, lagu Sholattun dan Yalaqolbin belum juga di nyanyikan, saya keburu kebentur dengan jadwal jam pulang, karena harus melakukan perjalanan jauh.

Jam 4 sore barulah rombongan bis cabut dari gwangju, walopun di separuh perjalanan kami pun mampir sejenak di tempat jajanan buat istirahat, sekedar buat makan anget2, sekalian beli minuman seger buat bekal sampe di Anseong nanti.

Setibanya di Anseong dan tepat parkir di bawah lokasi masjid, rombongan pun kembali ke tempat nya masing2, meski ada beberapa yang sengaja nginep di masjid karena jauhnya perjalanan pulang...





Sampai nanti di Silakbar tahun depan :)

Bertadabbur Dengan Alam (Muju Deogyusan Ski Resort)



Setelah menghabiskan separuh siang mengikuti serangkaian perjalanan dari Anseong menuju Muju, dengan memakan waktu kurang lebih 4 jam, rombongan tour Silakbar 2015 masjid Nurhidayah Anseong langsung tiba di lokasi penginapan. Dan kebetulan langsung di sambut hujan salju.

Sengaja buat makan siang sembari istirahat sebentar karena lelahnya perjalanan 4 jam di dalam bus, kami (rombongan) kemudian langsung menghabiskan sisa sepotong siangnya lagi buat mampir di Deogyusan ski resort, salah satu tempat wisata favorite yang ada di wilayah Gwangju.


Acara tersebut sebenarnya sudah di agendakan dari sejak awal, mengikuti agenda inti untuk menghadiri Silakbar 2015 gwangju yang jatuh pada keesokan harinya tanggal 19 februari. 

Nah, acara hari itu kalo bisa saya pinjam tema sih lebih tepatnya mencoba "bertadabbur dengan alam ". pengaburan dari nama jalan2 Hehe. supaya punya kesan terdengar lebih membumi aja. Barangkali...

Mentadabburi alam, di padang bukit yang terhampar begitu luas nan putih... sekaligus merenungi apa2 yang sudah Tuhan bagikan ke jagat bumi ini dengan begitu indahnya. Awesome, barangkali ini adalah kali pertamaa saya bisa merasakan ada disini, sesuatu yang dulu hampir tidak pernah terbayangkan sama sekali. Sekalinya hanya melihat lewat layar televisi. Ahh, mungkin Tuhan sedang menunjukan segala maha besarnya. Lewat beberapa pesona alam, yang di percantik bulir2 salju kiriman dari jantung langit.

Ya, Deogyusan ski resort adalah satu dari beberapa wahana ski favorite yang ada di negri Korea. Tepatnya di Muju wilayah Gwangju Korea bagian selatan. 

Sebelum masuk arena Deogyusan ski resort, kami sengaja mampir dulu di tempat yang tidak jauh dari arena lokasi, buat sewa perlengkapan ini dan itu, mulai dari memilih pakaian yang punya warna2 menyala, sepatu robot, peralatan ski dan berikut semua safety-nya. Per orang semuanya kena biaya 20 ribu won. Hanya saja kalo sarung tangan harus beli dengan harga 10 ribu sampai 20 ribu won. Begitu juga dengan kacamata ski yang bisa di sewa terpisah dengan membayar 5 ribu won saja.


Meskipun di Deogyusan ski resort kadar saljunya tidak sebanyak di beberapa arena ski di wilayah Gangwongdo, hal itu sama sekali tidak mengurangi keeksotisan tempat ini, tidak juga mengurangi semangat kami untuk mencoba beberapa tantangan baru di atas gunukan salju, salah satunya mencoba bermain ski, sekaligus menjadi ajang untuk menguras adrenaline.

Resort ini pada hari2 libur konon katanya selalu rameh, dan tetep bersih, penataan tempatnya juga rapih dan teratur. Fasilitas kereta gantung juga menjadi daya tarik tersendiri. Tak heran jika Muju deogyusan resort katanya sering di jadikan lokasi syuting drama korea karena terletak di sekitaran muju-gun yang suhunya relatif lebih hangat. Arena ski yang satu ini selalu di batasi tidak boleh lebih dari 7 ribu pengunjung perhari, untungnya saya dan beberapa rombongan yang sengaja mau main hari itu tepat masuk jam 5 sore. Waktu itu masih belum begitu rameh ternyata. Katanya pada jam2 sore hanya di padati para pemain ski pemula, menengah, dan beberapa bocah yang sedang belajar sekaligus menikmati wahana ini, ataupun pengunjung yang sengaja sekedar mau nyoba main bermodalkan nekad doang hehee, gak ada skill gak ada pelatih, kaya saya ini (ngaku)  

Setibanya kami masuk tepat jam 5 sore, ternyata tempat arena ski sedang dalam proses di sterilkan, baru pada 30 menit kemudian pengunjung di perbolehkan masuk, sekaligus mempertontonkan gayanya masing2. 

Kalo pas baru pertama merasakan masuk di arena ski, awalnya takut duluan, agak parno kalau sudah lihat orang2 di titik pendakian paling atas, kalopun harus dipaksa nyoba main juga cukup di sekitaran kelas pemula saja. Saya suka jatuh beberapa kali hehe, sekalinya jatuh bangunya yang bikin capek, susah, karena harus pake tehnik juga dengan bantuan tenaga dan dua tongkat. Atau minta bantuan orang lain (itu pilihan terakhir)

Setelah di kasih tau sama orang yang berpengalaman soal beberapa tehniknya, lama2 jadi di anggap bisa, masih suka jatuh juga udah biasa hahaa. Kalo udah bisa beberapa kali putaran dan meluncur bebas dengan jarak 100 meter dan tidak sampai terjatuh, itu sesuatu yang kerenn. Karena mau berhenti pun perlu tehnik juga; dua papan ski sedikit di belokan dan bidang dua papan ski sedikit di miringkan supaya laju larinya papan tidak begitu kenceng. Istilahnya sih buat rem lah supaya gak nabrak orang lain.

Makin lama main (dan itu gak dingin sama sekali), makin seru, kayaknya jadi makin ketagihan pengen main lagi. Kalo sudah di coba ternyata memang manarik dan menyenangkan. Ada sensasi kepuasan.


***
Tepat jam 8 malam, di setiap sudut areal resort ternyata tambah rameh saja, padat, dan kebetulan kami pun sudah pada kecapean. Konon biasanya pada jam2 malam di khususkan buat kelas yang sudah mahir, supaya gak ngerasa keganggu sama pengunjung yang sedang belajar. Ngambil titik pendakianya juga beda, mereka yang sudah ahli ada di bagian yang punya tingkat kecuraman lebih ekstrim. Lebih menantang.

Sambil nunggu bis datang, kami menyempatkan nonton atraksi2 unik pemain ski asli, sembari rehat buat sekedarr melepas hawa dingin, ada juga yang ngopi dan nyantap jajanan anget di kedai depan arena ski, barulah tepat jam 8 malam rombongan kemudian bergegas menuju lokasi bus. Menuju ke penginapan buat istirahat. Dan pulaang...

Hari itu selesai betadabbur dengan alam, ada banyak alkisah sederhana yang di dapat. Kemudian merenung sejenak, bahwasanya dan sesungguhnya Tuhan itu selalu menyimpan banyak sekali rahasia, yang entah kapan saya bisa tahu salah satunya. Dan, mungkin dengan bukit2 berpunuk salju yang ada di depan mata kepala saya kemarin, bisa jadi itu adalah satu dari beberapa rahasia yang sudah di jawab.


-Liburan sollal-



Eumseong-gun, 23 februari 2015

Indonesia Dan Assalamualaikum


Buat yang udah pernah belajar bahasa korea, atau orang2 yang sudah paham bener soal bahasa dan budaya korea, atauu setidaknya buat sesiapa saja para penikmat film2 Korea; mungkin gak asing lagi jika mendengar kalimat sederhana serupa " Anyeonghaseyoo ". Bentuk dari ucap salam sebagai nama lain dari identitas sopan santun ketika bertemu seseorang, entah itu di kantor, di tempat kerja atupun di tempat2 umum dimana rasa hormat seseorang kepada orang lain seperti di titipkan disitu. Kalo di Indonesia sih mungkin serupa "assalamualaikum", entahlah, yang pasti ada beberapa point yang punya sisi dan fungsi yang hampir sama.

Seperti saat ketika saya baru masuk kerja dulu, hehe awalnya di perkenalkan satu2 sama orang kantor (nuna), ada yang dari uzbekistan, dari rusia, china, nepal, dan sisanya orang pribumi (Korea). Pas saya di kenalin orang Uzbekistan dan Nepal dia spontan menawarkan sebentuk senyum sambil bilang " salamolekum ". Saya jawab " wallaikumsalam ".

Pikir dia mungkin Assalamualaikum sangat iconic sekali dengan nama Indonesia. Alhamdulillah.. hehee

Tidak cuma sampai disitu, tiap kali ketemu orang2 tadi, baik di tempat kerja, di ruang makan ataupun sewaktu di asrama, kalo gak sapa pake anyeonghaseyo dia pasti bilang Assalamualaikum buat sekedar tegur sapa.

Tidak juga sebatas orang2 tadi, kalo kebetulan ketemu; pernah juga orang kantor pun sambil senyum2 sesekali kadang ngucapin Assalamualaikum sebagai tanda hormat mereka, terhadap saya sebagai orang Indonesia, meskipun saya yang lebih duluan ucap salam " anyonghaseyo ". walopun kadang buat saya terdengarnya masih dirasa aneh hehe. Yang saya denger sih " Solamolekum". Bahkan Sajang (Bos) pun pernah ikut2an ngucapin salamolekum. Wuehh! :D

Pernah juga punya cerita lain ketika ndak ada kesengajaan ketemu di sebuah terminal Ansan, nah- karena saya sama temen sebegitu asiknya ngobrol pake bahasa Indonesia, mungkin dia penasaran... dia asli Korea iseng2 nanyain kita asalnya dari mana. Setelah temen saya bilang dari Indonesia dia langsung mengannggukan kepalanya, sejenak dia melempar senyum sembari bilang solamolekum (Assalamualaikum), lagi2 dengan nada dan penyebutan yang aneh menurut saya hehe. Itu wajar. Saya juga kalo ngucapin anyeonghaseyo kadang masih suka suruh di ulangin, katanya kurang benerr. Gak tau dari artikulasinya atau apa dari nadanya yang kurang luwess. Ya begitulah kalo hal2 yang bukan dari kebiasaan kita Hehe Butuh waktuu buat terdengar lebih kaya orang Korea asli. Atau sebaliknya ketika mereka harus bilang Assalamualaikum dengan baik dan benar.

Mereka mengenal ndonesia juga tidak sebatas pada Assalamualaikum saja, barangkali yang lebih pada menyentuh soal agama. Pernah suatu ketika pas saya lagi makan siang bareng di ruangan yang sama. Karena hape saya pasang aplikasi pro muslim, waktu itu saya sengaja setting bunyi, pas menunjukan waktu dhuhur suara adzan dari hape saya langsung menggema seisi ruangan. Ada beberapa dari mereka pada punya komentar masing2, ada yang langsung bilang " itu Indonesia!!.. ada yang bilang "gido gido " (artinya doa), nah lucunya lagi ada yang bilang " Ramadhan ". Beberapa dari mereka sebenarnya tau soal indonesia, soal bagaimana indonesia dekat sekali dengan identitas keislamanya. Yah, barangkali mereka sekedar tau dari berita2 di tv, internet, entahlah.. yang pasti saya masih tetep bangga dengan predikat sebagai orang pendatang ber-atribut Indonesia dengan keislamanya.







Eumseong-gun, Korea Selatan

Dari Anseong Ke Eumseong



Postingan perdana setelah saya tidak bisa menulis di blog ini untuk beberapa bulan lamanya. Judulnya habis hiatus.. hehe

Dan, Bismillahirokhmanirrokhimm... Alhamdulillah puji sukur yang tak terhingga pada akhirnya saya bisa menulis lagi disini, dengan membawa kabar sehat. Puji sukur juga ketika pada akhirnya saya sekarang bisa menginjakan kaki sekaligus di pertemukan dengan belahan bumi Allah yang lain. Itu sesuatu yang membuat saya lebih bersemangat dalam fase2 dimana dan kemana saja kaki saya akan melangkah.

Dengan besarnya itikad dan niat atas ijin doa untuk mencari rejeki-Mu, rejeki yang halal. Dengan proses dan perjuangan yang dirasa bagi saya sangat panjang, akhirnya saya bisa di berikan kesempatan sekaligus di pertemukan dengan jalan rejeki-Mu lewat tempat yang lain.

Lewat program G-to-G tentang penempatan tenaga kerja Indonesia di Korea Selatan, setelah melewati banyak sekali fase, bulan november lalu saya akhirnya dapat panggilan terbang dan dapat di perusahaan SpaceMax Seanfuniture di kota Eumseong-gun Samsong (kota kelahiran sekjen PBB, Ban Kin Moon) propinsi Chungbukdo.

Ada banyak catatan sebenarnya untuk bisa saya tulis disini, sejak mulai dari proses karantina dua hari di Ciracas sebelum penerbangan, sampe tiba di bandara Incheon dan langsung di giring untuk mengikuti proses medikal dan sesi pembekalan tiga hari di KBIZ di kota Anseong. Kemudian proses penjemputan oleh para Sajang, sampe tiba di tempat dimana saya akan bekerja. Wahh kalo mau di tulis semuanya bakal panjang. Hehe Biar waktu saja lah yang akan mengajarkan saya untuk bisa bercerita lebih banyak buat kemudian hari. 

Maklum orang baru, semuanya serba terbatas. Postingan juga telat... blog serasa beku kaya udah ketimbun salju beberapa minggu. Tidak ada laptop, hape seadanya, wifi juga waktu itu masih numpang kamar sebelah. Boring! Gak bisa nyari tau kabar dari kampung halaman. Trouble!

Kalo mau jujur sih, pas minggu pertama nyampe sini tuh beneran bingung. Hanya seorang diri. Perasaan kaya campur aduk. Antara seneng, nervous, excited, dan ada beberapa hal yang membuat pikiran saya selalu memunculkan banyak sekali pertanyaan untuk segera di jawab. Ada beberapa bagian yang memang di rasa bagi saya belum terbiasa. Sederhananya waktu itu masih perlu banyak waktu lah buat beradaptasi hehe. Setidaknya untuk budaya orang sini, terus utamanya sih bahasa dan cuaca, bener2 di buat stres! Mau nyari ini dan itu, terus mau nanya sesuatu juga di buat bingung duluan karena keterbatasan bahasa. Kenapa bingung cinkuu? Hehe lah, orang pas saya nyampe sini tuh orang Indonesia nya cuma saya sendiri, lainya pribumi (korea), China, Nepal, Uzbek dan Rusia.

Terus juga masalah cuaca, kebetulan pas saya nyampe sini bertepatan dengan masuknya musim dingin... saya tidak berani keluar lama2 dari kamar, pas hari ke lima saya disini pernah sampe menyentuh -10° c, sebuah pengalaman baru bagaimana menahan supaya kondisi suhu tubuh tetep hangat. Dan alhamdulillah nya tubuh saya masih punya cukup tenaga untuk bertahan dalam kondisi dinginya cuaca, dan tetap sehat.

Ya, pada akhirnya segini saja dulu hehe, catatan ini hanya jadi pembuka untuk babak kehidupan baru saya untuk rentang waktu beberapa tahun, dengan segala keterbatasan hidup di negri orang. Moga saja bisa menjadi tki yang tetep dengan rasa Indonesia. Dan ada banyak waktu atau kesempatan untuk tetap hadir dan menulis. Semangat :)





Eumseong-gun, Korea Selatan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More