Upss!... Perang Antar Mafia Di Indonesia

Beberapa waktu yang lalu dua mafia narkoba di Meksiko saling berperang. Aparat kepolisian dan militer, bahkan para pengambil kebijakan dan otoritas lokal tidak berdaya. Begitu perkasa dan berjayanya para mafia, sehingga salah satu kantor Kepolisian Daerah di Meksiko sulit mencari satu pria yang mau menjadi kepalanya. Mafia narkoba di Meksiko sudah masuk ke semua jaringan; baik sektor negara (yudikatif, legislatif, dan eksekutif) maupun non-negara. Bahkan kepala Negara meksiko harus “diback-up” oleh intelijen asing untuk melawan mafia narkoba. Para mafia narkoba di Meksiko bekerja seperti para mafia yang ada di Indonesia. Mafia di Indonesia itu antara lain: mafia hukum (mafia makelar kasus), mafia (pengemplang) pajak, mafia proyek pembangunan/pengadaan, mafia judi, mafia jabatan, dan lain-lain.


Mafia

Ciri-ciri mafia terpenting adalah pembentukan jaringan rahasia/bawah tanah yang meliputi semua wakil lembaga negara (yudikatif, legislatif, dan eksekutif) serta hirarki di bawahnya seperti birokrasi, militer, pihak keamanan, intelijen, lembaga peradilan, dan lain-lain. Sifatnya sebagai jaringan itulah yang membuat mafia narkoba menjadi kuat. Anggota jaringan mafia bekerja mendeliver apa saja yang dituntut sang bos untuk menyukseskan pengadaan dan perdagangan narkoba.

Siapa saja anggota jaringan mafia narkoba, tidak ada orang yang tahu. Dan sejauh melibatkan berbagai pihak, kepentingan-kepentingan yang bermain di belakang mafia juga menjadi beraneka-ragam, dari A-Z. Harus diingat pula falsafah utama para mafia adalah menjalankan operasi siluman demi mengamankan kepentingan bernilai tinggi apakah itu bisnis, orang yang punya uang (orang kaya), atau kekuasaan yang memiliki akses kepada sumber-daya.

Bisa dibayangkan bagaimana jika para mafia itu berperang, karena posisi mereka yang di atas negara (above the state) atau sama dengan negara itu sendiri (beyond the state). Negara dan masyarakat tentu akan menjadi obyek mainannya, apalagi hukum. Spektrum kegiatan mereka terbentang dari yang legal, ilegal, sampai ekstra-legal.

Mereka melakukan aktifitas dengan hukum yang mereka tentukan sendiri, karena para mafia juga bisa mempengaruhi lembaga pembuat hukum (legislatif), lembaga penegak hukum, dan lembaga peradilan. Dengan kekuasaan, kekuatan, dan uang semua proses hukum mereka kendalikan. Karena itu Satuan Tugas Pemberantasan Mafia Hukum saebenarnya ibarat ”kambing congek” di hadapan realitas ini.

Orang-orang Kuat
Bentuk negara yang memberi kesempatan luas bagi para mafia adalah plutokrasi. Plutokrasi adalah negara yang dikendalikan oleh orang-orang yang punya uang. Uang adalah alat dan sekaligus tujuan dari semua kegaiatan yang ada di masyarakat.

Plutokrasi bisa berlangsung sistemik, tetapi tidak dikenal dalam khasanah sistem sosial yang lazim. Secara ideologi, plutokrasi dilatar-belakangi oleh gagasan-gagasan primitif dan sub-human. Inilah ”ideologi” saat manusia belum dimanusiawikan (humanisasi), tetapi masih hidup seperti hewan dengan instink dan tanpa ”etika”. Bentuk negara-bangsa (nation-state) yang demokratis bisa mengalami involusi menjadi plutokrasi yang mungkin sama-sekali tidak dibayangkan ketika diproklamirkan.

Involusi atau kemunduran peradaban satu bangsa atau negara terjadi karena beberapa sebab. Salah satu sebab adalah kegagalan memilih para pemimpinnya pada saat mereka harus memahami dan mengarungi gelombang perubahan dunia. Bangsa dan negara ini kemudian tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dan gagal menjadi satu negara yang diidamkan.

Konstruksi negara yang diidam-idamkan telah dihancurkan oleh perilaku orang-orang kuat dalam masyarakat sebelum negara itu sendiri menguat. Orang-orang kuat ini secara struktural dan historis adalah penguasa modal sejak dahulu. Mereka bertambah kuat dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan dari negara yang baru saja menata diri dan mempecundangi ”negarawan” palsu yang bisa bercokol dengan menggunakan uang dan cara-cara yang curang.

Equilibrium
Pada situasi seperti itulah para mafia dan orang-orang kuat itu kini berperang. Dalam kontek ini tidak ada lagi hukum dan tidak ada lagi tata-negara. Semua dikendalikan orang-orang kuat yang hanya percaya ”uang adalah alat dan sekaligus tujuan”.

Orang tidak penting lagi berteriak tentang penegakan hukum dan keadilan. Semua jabatan dan kedudukan dalam negara ada dan dibuat hanya untuk diperdagangkan secara eceran. Persoalan kita sekarang adalah ada dua mafia besar yang sedang bersaing dan celakanya tidak ada medan laga yang memiliki ring yang jelas.

Masing-masing mafia memiliki kelemahan masing-masing dan justru kelemahan itulah yang akan menjadi basis tawar-menawar dan tukar-menukar kepentingan antar mereka. Kelemahan pihak yang satu adalah keunggulan dari pihak yang lain. Kini kondisinya tidak seimbang ,satu mafia merasa terpojok karena terlalu banyak kelemahan yang dieksploitasi oleh mafia yang lain guna mendapatkan keunggulannya.

Equilibrium atau keseimbangan tentu harus dicapai kembali, itulah esensi dari tujuan peperangan. Andaikata salah satu mafia itu SBY dan mafia yang lain adalah Aburizal Bakrie (Ketua Umum Golkar dan Ketua Sekretariat Gabungan Parpol Pendukung SBY), keduanya kini sedang berperang untuk mendapatkan keseimbangan baru. Rupanya masa bulan madu paska ribut-ribut skandal Bank Century sudah selesai.

Sebelumnya skandal Bank Century telah dibongkar oleh Aburizal Bakrie Cs (semula termasuk PDIP, Hanura, dan Gerindra).Tetapi proses pembongkaran dan pengusutan Bank Century kemudian dihentikan oleh Aburizal Bakrie Cs. Rupanya hal ini ditukar dengan permintaan agar tuntutan terhadap pengemplangan pajak 1,5 triliun dari perusahaan-perusahaan Aburizal Bakrie ”dihentikan” oleh SBY.

Tetapi setelah itu, tanpa disangka-sangka, muncul faktor ”Susno” (Susno Duadji). Susno Duadji yang dikorbankan dalam kasus Bibit-Chandra (”Cicak Vs Buaya”) tiba-tiba membongkar skandal di lingkungan POLRI terkait mafia pajak yang melibatkan aktor utama Gayus Tambunan. Dalam pengadilan, Gayus Tambunan ”menyanyi” dan mengaku bahwa tiga perusahaan Aburizal Bakrie telah menyuap 100 miliar rupiah untuk mengemplang pajak. Nyanyian Gayus Tambunan ini serta-merta menambah peluru alias posisi tawar SBY terhadap Aburizal Bakrie, sehingga mengubah equilibrium sebelumnya.


Insinuasi Satgas Pemberantasan Mafia Hukum
Dalam beberapa kali pengadilan Gayus Tambunan, fakta penyuapan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Aburizal Bakrie dibiarkan saja bergaung. Presiden SBY, yang dalam mempertahankan kekuasaannya memanipulasi kewenangan kejaksaan dan kepolisian, berlagak pilon dan berdalih tidak bisa mencampuri urusan hukum. Padahal semua pihak tahu persis bahwa Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian RI adalah orang-orang yang dekat dengan SBY.

Polisi sendiri juga tampak mendua dalam menangani kasus Gayus Tambunan (Mafia Pajak), karena terlalu banyak pihak (Kejaksaan dan Kepolisian) yang akan terseret dalam kasus ini. Pada saat Kejaksaan, Kepolisian, dan Pengadilan memproses kasus Gayus Tambunan pun; entah oleh siapa; isu-isu negatif yang melibatkan kejaksaan dan kepolisian terus terbongkar, misalnya skandal rekening gendut petinggi POLRI.

Pembongkaran isu-isu yang melibatkan kejaksaan atau kepolisian/Brimob ini seolah-olah sebagai cara untuk membuat kocar-kacir ”pasukan-pasukan” SBY. Sementara Aburizal Bakrie sendiri terancam oleh kasus penyuapan yang dilakukan perusahaannya terhadap Gayus. Jika kasus penyuapan ini terus berproses dan Aburizal Bakrie terlibat, maka dapat dipastikan ia tidak boleh mengajukan diri sebagai kandidat presiden tahun 2014.

Inilah yang membuat gusar Aburizal Bakrie dan ia perlu mengusahakan agar pengakuan Gayus Tambunan yang menyatakan telah disuap oleh perusahaan-perusahaannya dicabut. Kepergian Gayus Tambunan ke Bali untuk ”refreshing”/menonton pertandingan tenis internasional, ketika Aburizal Bakrie berada di lapangan tenis yang sama, tentu bukanlah kebetulan. Apalagi timbul dugaan keduanya telah bertemu beberapa saat di suatu hotel milik BUMN Perminyakan di Bali.

Mudah untuk ditebak bahwa pembicaraan keduanya berkisar pada pencabutan keterangan Gayus Tambunan yang berkaitan dengan suap yang dilakukan perusahaan Aburizal Bakrie. Atau sekurang-kurangnya Gayus mengaku bahwa keterangan itu diberikan atas insinuasi Satgas Pemberantasan Mafia Hukum. Tidak perlu dipersoalkan bahwa atas jerih-payah itu, Gayus akan mendapat kompensasi paska penahanannya.

Siapa Terseret?
Gayus tidak perlu takut tentang konsekuensi jika ia harus mempertanggung-jawabkan kepergiannya ke Bali. Apa yang dilakukan oleh Gayus Tambunan juga dilakukan oleh besan SBY, Aulia Pohan, pada saat ia ditahan di Markas Komando Brimob Kelapa Dua. Gayus bisa menyeret siapa saja yang pernah menyuap dan disuap, yang kalau ini dilakukan akan sepuluh kali lebih dahsyat dari sekedar ledakan Merapi.

Kini kita tinggal menunggu apa sikap yang akan diambil SBY terhadap kasus Gayus Tambunan, baik yang terkait kasus mafia pajak maupun kasus kepergiannya ke Bali. Jika ia benar-benar ingin menyeret para mafia pajak ke meja hijau, sudah siapkah SBY menghadapi kembali skandal Bank Century dipersoalkan kembali. Atau sudah siapkah ia menghadapi kenyataan jika 46 perusahaan yang ditangani Gayus dan pengemplang pajak lain mungkin adalah perusahaan minyak Amerika yang beroperasi di Indonesia. Perang antar mafia tentu belum lagi berakhir.


Miris sekali oh indonesiaku.... ****

source: The Global Review

23 comments:

  1. dulu bayangan saya yang namanya mafia tuh mirip gangster, berbadan gelap, besar, make jas dan kemeja item-item tapi dasinya putih... sekarang mafia udah berubah bentuk.. tampilannya kayak orang biasa.. nggak ngebayangin aja, kalo SBY sama Ical pake armless shirt kayak gitu.

    ReplyDelete
  2. salam persahabatan
    berkunjung silahturrahmi kawan

    ada Perang Antar Mafia Di Indonesia to

    ReplyDelete
  3. Mau dikemanakan bangsa kita Indonesia ini

    ReplyDelete
  4. masyarakat udah sangat kenyang sama tingkah para pejabat negeri tercinta ini :(

    ReplyDelete
  5. @gaphe:
    Kalo saya sih ngebayangin mafia hukum tuh lakonnya orang2 penting di negri ini yang punya banyak duit dan kekuasaan, eeh... ternyata bener!!

    @Imtikhan:
    Kedengaranya sih ada, kuping sampe bosen denger kata mafia dan mafia tapi tokohnya gak pernah nampak mirip siluman. Hehe..

    @Tip Trik Tip:
    Mo di bawa ke panggung dagelan mas, kita di suruh nonton aja gak pake marah, gak pake protes, gak pake demo... Makasih dah mampir :)

    ReplyDelete
  6. @Merliza:
    Bener banget, di tambah lagi tingkah wakil rakyat di senayan semalem kaya pasar ayam, beuh..!

    ReplyDelete
  7. parah ya ternyata politik di Indonesia

    ReplyDelete
  8. gambarnya keren...heheheh
    ambil dimana sob ???

    ReplyDelete
  9. @Ajeng Sari Rahayu:
    Iya nih, ibaratnya kalo penyakitan tuh namanya penyakit kambing congek, hehe..

    ReplyDelete
  10. @RIZAL:
    Ambil dari mbah GOOGLE !!
    Keyword sby ical pasti nongol hehe..

    ReplyDelete
  11. Seru juga ya ceritanya. Ternyata Cuman bermimpi Indonesia bisa dipimpin oleh seorang yang adil. Keterbukaan, reformasi gak ngejamin semuanya lebih baik. Tapi pemimpin otoriter yang dulu juga lebih parah.

    Siap-siap untuk akhir dunia kayaknya...

    Ijin follow yah...

    ReplyDelete
  12. @Ami:
    jangan sampai lah kalo cuma mimpi, kayaknya bener kata lagunya bimbo "ada banyak cara untuk menyelamatkan indonesia salah satunya sembuhkan pejabat yang lagi sakit jiwa".
    Makasih udah follow salam kenal hehe...

    ReplyDelete
  13. ternyata di Indonesia sarangnya mafia juga yaaa.... hiiiiii.....
    semoga ke depannya Indonesia akan lebih bersih lagi dari para mafia2 dan dipimpin oleh orang2 yang shaleh mengerti akan hukum dunia dan akhirat.

    semoga sukses selalu n tetap semangat

    ReplyDelete
  14. kata Sujiwo Tejo NKRI kepanjangan dari Negara Kartu Republik Indonesia. Tiap orang pegang kartu orang lain, SBY pegang kartu Aburizal dan sebaliknya, mafia berperang yang kalau semua ini difilmkan pasti hebat sekali intriknya.

    ReplyDelete
  15. gile gambarnya olah ragawan banget padahal aslinya mah .....wkkwk

    ReplyDelete
  16. walah kok ada gambar SBY sama ICAL lg adu panco??
    termask mafia jga yah??
    hehehe..
    :D

    ReplyDelete
  17. @Harto:
    Sarangnya mafia? saling serang dan saling melindungi tergantung kepentingan!

    ReplyDelete
  18. @M A Vip:
    Betul apa yang di katakan sujiwo tedjo hehe.. SBY pegang kartu gayus dgn membuang kartu sri mulyani sedangkan ical megang kartu century dgn membuang kartu status angket century buahahaha negri para dagelan!

    @hanya:
    Pantesnya dua beliau ini jadi duta iklan kuku bima gantiin mbah maridjan hehehe..

    @Agung kusuma:
    Mafia atau bukan kenyataanya beliau pemimpin kita. Mudah2an aja beliau bukan mafia.

    ReplyDelete
  19. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  20. Topik yang sangat menarik ditambah dengan gambar yang sangat sensasional!
    Susah-susah gampang berbicara tentang praktek mafia dengan kriteria yang anda sebutkan.
    Kita hanya bisa berharap dan berdoa agar tahun 2014 akan terpilih presiden yang tidak hanya mengumbar janji dan "membiarkan" praktek tsb.

    ReplyDelete
  21. @Multibrand:
    jangan terlalu berharap banyak kalo cuma di pimpin oleh orang2 semacam ini, di sadari atau tidak negara kita sudah terkontaminasi mafia berdasi, dan anehnya lagi mafia tsb sengaja di biarkan oleh aparat penegak hukum kita, beuh..

    ReplyDelete
  22. Ada2 ajah gambar Pak SBY+ Abu Rizal Bakrie diplesetin sedang main panco.
    Saya hanya berfikir dan berdo'a, mudah2an apa yang banyak dibicarakan Masyarakat di Negeri ini benar adanya bahwa Pak Sby memang banyak bersalah dlm memimpin dan Tuhan memberikan petunjuk kepada beliau. Pak Sby lebih mudah meminta maaf kepada seluruh penghuni Negeri ini kelak pada saat masa jabatan beliau habis. Ketika seseorang meminta maaf, sdh menjadi kita untuk memaafkan.

    Yang saya khawatir adalah: kalau ternyata justru yang bersalah adalah masyarakat dengan berbagai cacian, makian dan tuduhan itu ternyata tidak benar (karena ternyata Pak Sby memang sdh menjalankan semua kewajibannya sesuai dengan aturan yang ada).
    Lalu pertanyaanya adalah, kapan masyarakat bisa bisa memiliki kesempatan untuk meminta maaf kepada Pak Sby. Karena dalam keyakina saya sbg Muslim, saya meyakini bahwa: Selain amal, kesalahan juga dibawa hingga keliang kubur kelak, kecuali orang yang terkait telah memaafkan kita.

    ReplyDelete
  23. @tips keluarga harmonis:
    Hehe panco menggambarkan keduanya sama2 kuat itu pointnya. ini semuanya imbas dari politik pencitraan ala SBY, politik pencitraan cenderung mengarah pada kebohongan dan kebohongan terus menerus menjadi sebuah lakon dagelan padahal ini adalah amanah rakyat, contoh kecil paling syahih, SBY mo bekali hp buat TKW dan membeli ternak sapi korban merapi tapi sampai sekarang nonsens. Lebih anehnya lagi pemerintah di bilang bohong bukanya di tanggapi dgn bijak malah bilang tokoh agama dan pengkritik tak ubahnya burung gagak dan mata kalong!

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More