March For Humanity

Saat yang tepat kita sebagai umat untuk menonjolkan sisi humanitasnya di tengah banyak kesulitan hidup yang terus membebani negri ini. Kita tahu dan sadar masih banyaknya masarakat kita yang memang perlu di perhatikan dan meprihatinkan, dan kesemuanya ini tentunya tidak terlepas dari masalah kebutuhan ekonomi sebagai dasar pondasi hidup bagi banyak orang. dalam kondisi sekarang, masih banyak orang-orang yang mencari uang buat menyambung hidupnya saja sampai harus menjual keringatnya seharian, tanpa memikirkan besok mau makan apa. Seolah tidak punya masa depan hidupnya mau di bawa kemana, bisa makan nasi putih sekeluarga saja itu suduh cukup dan bersyukur, dan sampai harus di jatah buat tidak makan tiga kali dalam sehari. Sangat prihatin!



Dan di sisi lain di atas sana, sungguh masih banyak para elite pejabat kalangan kelas borju yang justru menghamburkan uangnya untuk kepentingan yang sifatnya tidak lebih penting dari sekedar harus tahu uang bersumber dari jalan dan lubang yang mana. Ironis memang kalau kita mau menilai dalam perspektif keadilan dan nasib.
Dan kalau kita mau sedikit menengok bagian sejarah kelam di negri ini, justru tidak pernah lepas dari yang namanya masalah kemiskinan, kemiskinan sudah menjadi bagian dari rentetan masalah di negri ini yang belum pernah terselesaikan dengan baik dan berkeadilan.

Masih banyaknya pengangguran dan semakin sulitnya mencari harga barang pokok yang murah seolah menjadi dilema dari siklus kehidupan kita sehari-hari selama ini.

Banyak ibu ibu yang masih mengandalkan anaknya buat di jadikan pemasok uang buat membantu ayahnya yang belum bisa memenuhi materi lebih dari cukup. Tidak sedikit juga nenek yang sempoyongan mencari kayu serabutan buat kelangsungan umurnya menghidupi diri dan anak cucunya, belum lagi banyaknya anak muda yang di pasung puluhan tahun dalam kandang pengap atau pekarangan karena sakit jiwanya.

Bahkan yang lebih ekstrim, anak-anak seolah sering di jadikan alat menjadi obyek alternatif untuk menjadi pengemis atau pengamen sebagai sumber mata pencaharian, dan tdk menjadi hal yang aneh juga kalau anak tersebut terobsesi menjadi pencopet dadakan dalam sedikit kesempatan. serta masih banyak contoh dan kasus lain yang patut menjadi renungan buat kita yang mau berpikir.

Kita hidup dalam tanah dan negara yang luas dan mungkin harus di imbangi dengan pikiran yang luas juga sebagai bagian dari sedikit solusi buat mengurangi beban sedikit orang, syukur-syukur buat banyak orang. Hehe.. Karena kita tahu tujuan hidup itu untuk apa? tentunya dan salah satunya untuk berbagi dan bermanfaat buat banyak orang lain.

Melihat banyaknya kemiskinan di tengah rencana pembangunan gedung baru DPR seakan menjadi sebuah potret buruknya nasib kita sebagai orang kecil, ini bukan salah siapa-siapa dan ini adalah murni pekerjaan kita bersama. Karena kalau kita mau menilik sikap anggota dewan yang sekarang justru cerminan dari diri kita yang salah dalam memilih dan menilai.

Sekarang, yang pertama dan utama adalah bagaimana kita ini bisa berbuat yang bermanfaat untuk kepentingan banyak umat.

21 comments:

  1. Hmmm, kemarin saya sempat menyaksikan debatnya di democrazy Metrotv. Cuman nggak sampai selesai. pihak yang mewakili DPR untuk bicara, terus ngotot ngomong kalo pembangunan gedung tadi harus dilaksanakan.

    sangat disayangkan.

    ReplyDelete
  2. @Ajeng Sari Rahayu:
    Ya harusnya kita sbg konstituen kaya kita2 fungsinya utk mengontrol sikap anggota dewan, tp sayang sikap mereka yg jauh dari sifat zuhud membuat mereka lupa siapa yg menjadikan mereka bsa duduk di sana. Satu2nya jalan di doakan supaya mereka kembali ke jalan yg lurus :)

    ReplyDelete
  3. ini memang pekerjaan kita bersama, tangung jawab bersama...butuh gerakan nasional untuk membangun bangsa tanpa mengedepankan aspek2 pribadi dan golongan....masalahnya di Indonesia ada golongan2 tertentu yang merasa doktrinnya paling benar dan memaksakannya kepada yang lain untuk mengikuti doktrinnya....jadi akan susah kalau gerakannya seperti itu...tapi saya tetap optimis suatu saat nanti Indonesia akan jauh lebih maju dari sekarang...

    salam... :)

    ReplyDelete
  4. semakin miris liat negeri ini. Memang salah kita juga tidak bijak dalam memilih sosok-sosok pemimpin. Ah, mari mulai berbenah, minimal dari diri sendiri dulu.

    ReplyDelete
  5. @Nufri L Sang Nila:
    Supeer sekali mbaak, iya harusnya perbedaan doktrin dari banyak golongan menjadikan diskusi sebagai solusi ini kayaknya skrg malah mreka merasa paling benar sendiri2. kedepan memang butuh waktu dan benar apa yg dikatakan td harus ada gerakan nasional sbg satu dari dari banyak tujuan ke depan hehe salam :)

    ReplyDelete
  6. @Nova Miladyarti: betul sekali mbak, hehe memang harus ada kesadaran dari diri sendiri setidaknya itu awal dari hal yg kecil dulu. Makasih udah bsa share :)

    ReplyDelete
  7. wah wah... Sebegitu mirisnya ya mas, ternyata di kota sana terjadi kesenjangan sosial yang sangat jauh dari kata baik.
    Berarti kami yang hidup desa ini masih sedikit lebih beruntung, karena kalo untuk masalah perut saja, insya Allah masih banyak yang bisa diharapkan lah.
    salam...

    ReplyDelete
  8. gedung sudah megah apanya yang mesti dibangun.....?????? DPR (dak peduli rakyat.) bener kata gusdur DPR kayak taman kanak kanak......:)

    ReplyDelete
  9. kayaknya jurang miskin dan kaya memang semakin jauh..

    ReplyDelete
  10. @Ardian Bumi:
    ***
    Tatkala suatu wilayah terdapat kalangan
    yang sangat miskin, namun di dalamnya juga
    ada sebagian kalangan yang sangat kaya, pastilah di wilayah tersebut —baik itu tingkat RT, RW, Desa, Kecamatan, Kabupaten, Propinsi,
    atau Negara — ada KETIDAK BERESAN!

    ReplyDelete
  11. @Arief Bayoe Sapoetra:
    Ngotot, kayanya ada sesuatu yang di sembunyikan entah itu apa. Mudah2an salah!

    ReplyDelete
  12. padahal kalo diliat tuh gedungnya masih layak. mending nih ya (menurut saya), duitnya tuh dipake buat ngerenov GBK aja... :D

    ReplyDelete
  13. Rencana pembangunan gedung DPR yang baru menuai pro dan kontra. Itu hal yang wajar dalam alam demokrasi. Kiranya gedung yang sekarang sudah tidak lagi representatif sebagai gedung para wakil rakyat. Tentunya hal ini telah dipertimbangkan secara matang oleh para pengambil kebijakan. Pengentasan kemiskinan, penurunan angka pengangguran, membuka lapangan kerja, meningkatkan pelayanan dasar menjadi prioritas pembangunan saat ini. Membutuhkan waktu, langkah demi langkah, dana yang besar, peran serta seluruh elemen bangsa dan tekad yang besar serta komitmen sungguh-sungguh untuk meraih cita-cita yang gemilang masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera.

    ReplyDelete
  14. susah kalo udah ngomongin yang beginian.. dulu aja yang sekarang pada diatas sono berkoar-koar minta dipilih, katanya mau wakilin rakyat lah apalah.. ternyata udah jadi, malah nggak ada perubahan apa-apa. hemm.. bicara kesenjangan sosial, yaa mau gimana lagi selama masih berada dalam sistem yang sperti ini?

    ReplyDelete
  15. seandainya setiap kepala daerah itu punya pikiran untuk memajukan daerahnya masing-masing, sambil bersinergi dengan daerah lainnya, saya pikir ngga mustahil Indonesia bakal sejahtera.

    sialnya, kebanyakan kepala daerah sekarang ini cenderung jadi bagian dari masalah, ketimbang pemecah masalah. sementara orang-orang cerdas yang sebenarnya punya potensi untuk jadi pemimpin, malah sembunyi. sebagian karena apatis, sebagian ngga punya uang buat bayar ongkos politik.

    ReplyDelete
  16. duh agak berat jika bicarakan hal ini
    salam persahabatan

    ReplyDelete
  17. @Herdoni Wahyono:
    Saya sih ikut arus publik aja kaya gimana hehe..

    ReplyDelete
  18. @Gaphe: betul sekali sob, sistem dan undang2 kita msh rawan buat di susupi dan ahirnya seperti sekarang. Makasih udah mo share ☺

    ReplyDelete
  19. @moonlite!:
    Okay, makasih non ata gudlak deh ☺

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More