Ibu Saya Muslim Dan Asli Indonesia


****
Ibu saya mungkin tidak secantik Kate Midleton, seseksi Mulan Jamilah, ataupun sehebat dan sepintar ibu Sri Mulyani. Ibu saya hanya perempuan biasa yang lahir di kampung kecil di Indramayu, jawa barat. Anak ke empat dari sembilan bersaudara ini bisa di katakan cukup mandiri. Demi memberi kesempatan buat adik-adiknya untuk terus bersekolah dia harus berhenti sekolah cukup tamatan SD sebagai bagian dari keputusan orang tuanya, dan mungkin zaman dulu kebutuhan sekolah cenderung lebih di prioritaskan hanya untuk kaum pria saja. Yah, itu sekilas dan sedikit masa lalu ibu saya... Selaku anaknya, banyak hal yang saya pelajari dari sosok ibu saya sendiri yang mungkin tidak berbeda jauh dari ibu ibu lain pada umumnya. Baik dari cara pandang beliau, prinsip beliau, pemikiran beliau, maupun pesan- pesan beliau dan cara beliau ada di tengah-tengah anak dan keluarganya.


1. Menerapkan sikap di siplin.

Hal yang sekiranya membuat saya lebih sadar sekarang, adalah ketika waktu saya kecil dulu, dimana saya yang harus bangun pagi-pagi buta di keseharianya sebagai peraturan yang di buat oleh ibu saya. Tiap habis waktu adzan shubuh, suara ketukan pintu kamar sudah menjadi rutinitas rumah untuk membangunkan saya buat sholat shubuh. Telat sedikit aja bakal langsung di omelin. Waktu itu bagi saya dulunya seolah menjadi keseharian yang sangat berat sekali buat saya sendiri karena harus melawan rasa kantuk, di mana di setiap habis sholat shubuh juga, sudah menjadi menu wajib saya yang di tuntut harus ada di depan televisi untuk mendengarkan tausiyah berupa ceramah agama. Kadang saya punya jurus juga dan kepikiran untuk pura-pura sakit perut agar bisa melanjutkan tidurnya selesai habis sholat shubuh. Akal-akalan, tapi tidak selamanya misi saya tersebut bisa berjalan mulus Haha, ga mungkin banget kalau sakit perut tiap hari katanya.

Memang prinsip ibu saya lumayan keras untuk mendikte anaknya buat terbiasa nongkrongin ceramah kuliah shubuh ataupun pada hal hal lain. Padahal waktu itu saya belum bisa memahami apa yang di bahas atau yang di sampaikan oleh penceramahnya, tapi lama kelamaan jadi bisa sedikit ngerti juga, dan Kata ibu bisa itu karena biasa. Itulah ibu saya...Terlepas benar atau tidak apa yang di terapkan ibu saya buat mendidik anak-anaknya, mungkin itu cara terbaiknya menurut ibu sendiri sebagai bentuk sikap tanggung jawab buat mendidik anaknya di rumah. Saya juga tahu betul kalau ibu saya mengidolakan Bapak Prof. KH. Muhammad Quraish Shihab waktu itu sebagai penceramah, yang rutin memberi tausiyahnya di setiap kesempatan dalam acara siraman rohani di televisi. Dan Bukan dalam hal ini saja ibu terkesan bersikap keras untuk menerapkan sikap di siplin terhadap anak-anaknya. Dulu zaman nya saya yang masih sekolah; sarapan, makan, sampai uang saku dan uang jajan di keseharian saya pun, sudah di jatah sedemikian rupa. Tidak ada kata tidak. Satu hari di jatah sekian rupiah dan tidak boleh lebih apalagi minta di tambahkan. Pelit memang! tapi saya ngerti, ibu juga pasti punya alasan lain yang lebih bijak dan bisa di pahami untuk orang-orang yang pernah tahu susahnya mencari duit. Semuanya harus di siplin, dan tiap hari libur sekolah saya, kadang ibu saya akan membagi bagikan tugas kepada anaknya untuk pekerjaan di rumah. Mulai dari siapa yang mencuci piring, ngepel atau beres- beres di belakang rumah semuanya akan kena bagian sesuai petunjuk dan perintah. Siapa yang pura-pura sakit perut ga dapet jatah uang jajan. Hehe



2. Cenderung agamis.


Dari dulu sampai sekarang Alhamdulillah, setidaknya saya sudah bisa mengaji dengan lancar sejak dari kecil. Itu bukan karena saya pernah tinggal di pesantren ataupun belajar dari guru mengaji. Tapi adalah berkat ibu saya sendiri yang dengan telaten mendidik saya sebagai anaknya buat belajar membaca Al-Qur'an dari ilmu dasar, bahkan pernah sambil menjahit pun ibu tidak tinggal diam untuk terus memberi arahan bagi saya dalam melancarkan membaca Al-Quran, panjang pendeknya bacaan ibu saya akan tahu dan segera protes sekiranya saya salah. Kadang Ada anak tetangga juga yang coba belajar mengaji kepada ibu saya dan itupun alasanya karena ibu suka kasihan sama anak atau orang yang tidak bisa mengaji atau membaca Al-Qur'an. agamis memang, tp bukan berarti ibu meninggalkan tanggung jawabnya kepada suami yang terus sakit-sakitan atau anaknya yang masih membutuhkan perhatian dan pembelajaran. setiap kali ada tamu juga obrolanya tidak jauh- jauh dari masalah agama. bahkan dulu waktu saya kecil juga suka nguping, karena di tiap minggunya selalu ada acara pengajian sesi tanya jawab yang sengaja mengundang ustadz di rumah saya yang di ikuti oleh orang-orang yang sudah di undang. Setidaknya lebih dari upaya untuk sekedar menguatkan dan menjaga ukhuwah tali silaturahmi. Saya merasa kangen masa-masa tersebut, karena sudah pasti akan ada banyak kue atau makanan yang sengaja di hidangkan setelah selesai acara. Hehe.. Ada gorengan ketan, pisang goreng, bolu cap nona plus teh manis. Di jamin makanan tersebut tidak punya efek samping sakit perut sodara-sodara... Dan di sisi lain, Ibu juga kadang suka mengisi ceramah agama dalam khotbah sholat Ied idul fitri ataupun idul adha di salah satu mushola khusus wanita, dan sesekali merangkap menjadi imam juga sebagai bentuk kekhusyuan beliau dalam beribadah serta untuk terus mensyiarkan ilmunya buat para jamaah.



3. Tulang punggung keluarga.


Sejak saya kecil bahkan katanya sejak saya belum lahirpun ayah saya sudah kena sakit-sakitan. Takdir memang, karena bentuk sikap ikhtiar dengan berobat sudah banyak dan akan terus di upayakan waktu itu. Di sinilah peran ibu saya di pertaruhkan, dan saya merasa bangga bagaimana ibu bisa sabar dan berjuang sendirian untuk menghidupi seluruh keluarganya hasil dari menjahit sebagai jalan satu-satunya untuk menyambung hidup seluruh keluarganya. Di sinilah peran ibu yang sesungguhnya. beliau tidak pernah menyerah dan putus asa. ada saja jalan yang ngebuat keluarga saya bisa selamat dari yang namanya kebodohan dan kelaparan, tentunya dengan adanya sumber rejeki dari jalan lain. Itu tidak lain dan tidak bukan berkat perjuangan ibu saya. Ayah saya juga walaupun beliau sakit-sakitan, tapi setidaknya selalu punya peran besar untuk menyumbangakan buah pikir dan masukanya, karena segala sesuatu yang menyangkut masalah keluarga pastinya ibu saya selalu melibatkan ayah saya buat memberi masukan apapun, di terima atau tidak dan setuju atau tidak tentunya perlu di diskusikan dan di musyawarahkan bersama. Itu tujuan hidup berumah tangga menurut beliau-beliau.



4. jauh dari pemikiran konservative.


Dulu waktu saya kecil suka takut kalau dengerin kata setan ataupun hantu. Berulang ulang kali ibu selalu mengatakan bahwa setan itu tidak ada dan sering menuding perut saya sambil mangatakan bahwa "setan itu adanya di perut kamu tahu ga?, Kalau kamu tidak mau sholat dan males ngaji ataupun mencuri barang orang lain berarti perut kamu ada setannya". Kata-kata atau kalimat tersebut masih saya ingat sampai sekarang yang sering di lontarkan oleh ibu. jauh dari hal yang namanya tahayul, medukunan apalagi mitos-mitos zaman dulu yang sering mengaitkan antara kenyataan dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Weird. pernah pas saya kecil, ceritanya bareng teman saya yang baru pulang dari kuburan habis nganter jenazah, sebagai salah satu bentuk ritual habis nganter jenazah____ temen saya bilang suruh mandi di sungai dulu biar panjang umur, biar ga cepet mati katanya. Saya tidak mengikuti apa yang di sarankan temen saya. temen saya bilang lagi, "kata ibu saya kalau habis dari kuburan harus mandi dulu, ibu kamu mah engga ngerti sih huh! " saya cuma bisa diem karena banyak alasan, salah satunya saya tidak percaya apa yg teman saya katakan.
Wajar saja saya tidak percaya, lah saya sering lihat dan mendengar langsung kalau ibu dia juga suka minta nasehat dan di nasehatin sama ibu saya. Dan alasan lain yang tentunya karena apa yang di ajarkan ibu saya tentunya harus berdasarkan petunjuk dari Al-Quran. Itu yang sering ibu katakan. Banyak pesan-pesan lain dari ibu saya mengenai masalah ini, tapi saya tidak punya ruang banyak di sini untuk menjelaskannya secara keseluruhan. Tapi setidaknya apa yang ibu katakan semuanya mudah-mudahan bisa di pahami bagi saya buat menjadi pegangan sekaligus jadi teladan dan pengingat buat saya sendiri ke depan.



5. Penuh perhatian.


Tidak banyak yang tahu, di samping sifat ibu saya yang sedikit keras, beliau juga ibu yang sangat perhatian sama anak-anaknya sebagai bagian dari kewajiban dan tanggung jawabnya buat keluarga. Ibu selalu telaten tiap apa yang menjadi keinginan suami dan anaknya. Mulai dari kebutuhan suaminya untuk bisa sembuh dari penyakitnya, ibu saya selalu ada di sisinya. dan hal tersebut di pertegas konon tidak jarang juga para tetangga bilang kalau ibu saya tidak pernah bepergian karena terikat dengan suaminya dalam pesakitan. Saya sebagai anak tentunya merasa kasihan sama ibu, terlebih buat ayah. Namun itu sudah menjadi bagian jalan hidup ibu saya, ayah saya dan saya sendiri sebagai anak sebagai bagian dari keluarganya. Perhatian juga tidak melulu dalam bentuk sikap tapi juga dengan doa. Mendoakan anaknya agar menjadi anak yang holeh dan sholehah.

Masih banyak hal lain sebenarnya. Meski tidak sempat mengenyam pendidikan tinggi, setidaknya ibu saya sudah sedikit menerapkan salah satu prinsip dalam puisinya “CHILDREN LEARN WHAT THEY LIVE ”


Jika anak di besarkan dengan celaan, dia belajar memaki. 
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci. 
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belajar menghargai. 
Jika anak dibesarkan dengan dorongan, dia belajar percaya diri. 
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan. 
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan. 
Jika anak di besarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya. 
Jika anak dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, dia pun belajar
menemukan cinta dalam kehidupan....


Jadi, bagaimana dengan ibu kalian? ☺




-yayackfaqih-

@rumahpetuah

24 comments:

  1. Assalamu'alaikum Kang,
    subhanalloh profil seorang ibu yang luar biasa dalam mengantarkan anak-anak menuju kedewasaan dengan ketulusan cinta dan tanggung jawab yang luar biasa.

    ReplyDelete
  2. salut ibu yang menjadi tulang punggung teguh pendiriannya mengajarkan anak-anaknya tetap dijalan Allah

    ReplyDelete
  3. Semoga menjadi contoh yg baik...amin..

    ReplyDelete
  4. Ibu Anda memang sosok yang 'berbudi luhur'. Dapat menjadi panutan bagi ibu-ibu yang lainnya. Tentunya masing-masing pribadi mempunyai kenangan yang tidak terlupakan dengan ibunya. Sosok yang mulia. Kasih sayang terhadap anak-anaknya. Kasih ibu sepanjang jalan. Kasih anak sepanjang galah. Trims sharingnya yang amat menyentuh hati. Salam sukses Sobat.

    ReplyDelete
  5. subhanallah mas. Ilmu disiplin yang terakar dari kecil apalagi ada contoh nyata dihadapan kita sendiri, insya Allah lebih berkesan dan tertanam dengan baik di diri setiap anak.

    ReplyDelete
  6. Ibumu banyak berjuang untuk agama, keluarga, lingkungan,Benar-benar patut untuk dijadikan contoh untuk ibu-ibu masa kini ibu-ibu yang gak kerja tapi sukanya shopping melulu anaknya dititipin ke baby sitter

    ReplyDelete
  7. mengaharu biru sampai mau meneteskan air mata....

    ReplyDelete
  8. Kurang lebih dengan ibu sampean mas, bedanya... saya baru aja kumpul sama ibu dan keluarga kandung saya ^^

    ReplyDelete
  9. Subhanallah ibunya mas,semoga ibu mas mendapat ridho dari Allah. amin
    Ibu kita punya beberapa kesamaan :D

    ReplyDelete
  10. seorang ibu, bagimanapun pasti jadi yg "terbaik" bagi anaknya.
    abaout my mom? she's so stylish and smart. really prod of her <3

    ReplyDelete
  11. wah,kalau ngomongin ibu emang gal pernah habisnya deh.Salut ama ibu yayack,yang jadi tulang punggung keluarga

    ReplyDelete
  12. siapa bilang malaikat itu ada? malaikat itu ibu kita!!

    ibu saya orang yang selalu mendukung minat dan hobi saya, dan selalu menganggapnya serius. Ibu sayalah yang membuat saya senang membaca. dulu beliau sering membawakan saya buku cerita dan majalah dari perpustakaan sekolahnya. Yang paling saya ingat tuh, buku cerita tentang empat pensil warna yang bersahabat: si merah, si Kuning, si Biru, dan si hitam. mungkin karena dia tahu saya suka menggambar makanya dibawain buku cerita itu.


    eiiiit, saya hampir lupa ini kolom komentar, bukan kolom posting. hehehehe...

    ReplyDelete
  13. subhanallah dan alhamdulillah...

    sosok yang dinanti dan patut dimengerti ^^

    teladan yang apik dan sahaja....

    semoga bahagia selalu untuknya ^^

    ReplyDelete
  14. setelah ku baca postingan ini, ku benar-benar menginginkan sosok ibu mu....
    semoga itu terkabulkan amiin...

    ReplyDelete
  15. ibu.... u're a great woman...

    ReplyDelete
  16. Sungguh ibu-ibu perkasa nan sholehe membawa cahaya bagi anaknya

    ReplyDelete
  17. Alhamdulillah dikarunia ibu yang solikhah.
    Alhamdulillah juga aku juga dikarunia ibu yang sholikhah tidak hanya untuk keluarga tapi umat disekitarnya.

    Semoga Allah memberkahi ibu ibu kita tercinta.

    ReplyDelete
  18. Subhanallah...salutnya dan bangganya punya ibu... seperti ibumu....dan Alhamdulillah Almh.ibuku dulu sejak papaku tiada....juga menjadi tulang punggung keluarga untuk kami 5 orng anaknya, hingga menjadi sarjana...

    ReplyDelete
  19. jadi kangen ibu saya... hiks :(

    ReplyDelete
  20. Teladan Ibu yang baik..emoga saya bisa menirunya u/ anak saya kelak..

    ReplyDelete
  21. waah sekarang emang jarang ibu sprt ini, smg bisa jd teladan..amiin..

    ReplyDelete
  22. @all: yang sudah berkomentar saya ucapkan terimakasih, tdk semuanya saya jawab satu-satu karena tdk ada yg perlu di bahas dan postingan ini lbh pada sebuah profile :)

    ReplyDelete
  23. salam buat ibu mas, semoga sorga tak lepas bersama alas kaki beliau.

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More