Berbicara tentang waktu, ingatan saya langsung tertuju kembali ke masa lalu. Rasanya begitu banyak__ waktu saya yang terbuang hanya untuk memarodikan jalan hidup saya sendiri tanpa memberi nilai yang bermanfaat dan nasehat buat orang lain. Untuk itu Maafkan saya sodara-sodara, Hehe. Ibarat kata, waktu itu bisa di analogikan sebagai kereta yang siap meninggalkan kita kapanpun dan di manapun juga. sekali lengah saja kita membuang waktu, di sadari atau tidak pastinya akan ada atau punya dampak resiko walau terkecil sekalipun. yang justru akan punya potensi bersifat merugikan baik bagi diri kita sendiri maupun dari pihak lain. sukur-sukur tidak merugikan banyak orang lain. bahaya!... Adakalanya, sudah merupakan sebuah kepastian kalau waktu seringkali sengaja menghampiri kita, menemui kita dan menyodorkan banyak peluang buat kita, tanpa meminta imbalan apapun dari diri kita, tapi kita sendiri kadang menganggap waktu itu cuma jadi bagian dari masa lalu hidup kita, dan mencoba berusaha berpikir keras__ besok atau lusa waktu akan menyapa kembali ke tengah tengah kita. Padahal tidak tahu umur kita akan berakhir di jagad mana.
Okay, rugi sekali rasanya kalau kita sudah memasak matang-matang persiapan rencana ketemuan sama pacar atau orang penting, lalu tiba-tiba waktunya di batalkan hanya karena hujan dan macet ataupun hal-hal yang di luar rencana kita. Biasanya kalau kita sudah mengalami kejebak waktu yang tidak mengizinkan, sudah merupakan naluri juga kalau kita akan lebih terobsesi memaksimalkan waktu berikutnya sebagai upaya membalas waktu yang sudah terbuang tempo hari.
Pada ahirnya saya harus mengatakan: siapa saja yang sering meremehkan waktu bukan tidak mungkin dia akan berada dalam kubangan pintu penyesalan, dan itu sedikit menjawab dari peristiwa yang menimpa saya malam kamis kemarin. Mencoba sedikit bercerita,___ padahal saya tidak biasanya buat telat makan sahur kalau sebenarnya sudah di niatin dari semenjak awal sebelum tidur.
Actually, saya sudah siapin setting alarm dari jam sepuluh malam juga, buat jaga-- jaga kalau sekiranya saya bangun telat atau kesiangan. Sesuai dengan kontrak yang saya sepakati dengan PONSEL buat bangun jam dua pagi, sayapun sebenarnya sudah bangun tepat jam dua pagi nol-- nol hasil dari bunyi alarm. Alih-alih mau istirahat sebentar, dan saya pikir jam imsak juga masih jauh dari waktu khatam. Artinya Masih sisa dua jam lagi buat Sekedar makan, baca-baca dan hal lainya yang sekiranya cukup punya banyak manfaat.
Akibat dari sikap bodoh saya yang coba coba meremehkan waktu, imbasnya saya justru malah ketiduran lagi setelah kesadaran telah membangunkan saya tepat jam empat nol-nol (04:00). Panik sekaligus kaget memang, sontak saya langsung bangun dalam keadaan setengah sadar dan tidak sadar. Di satu sisi sadar kalau waktu sudah nunjuk jam empat lebih sekian menit___ dan di sisi lain, sangat tidak sadar kalau kaki sudah mengambil jurus menendang segelas air hingga tumpah berhamburan ke lantai. Becek! Saking paniknya mungkin.
Mau tidak mau, makanpun tidak ada usaha dan berusaha buat di nikmatin apalagi istilahnya mau sedikit memanjakan lidah. Peeh! Yang benar saja kau, Masuk beberapa sendok saja sudah bersyukur sekali buat sekedar ngeganjel perut yang ikutan panik dan tidak punya selera apapun. Nelen ampas berbentuk nasi, itulah pengalaman pertama saya.
Rasanya tersiksa banget kalau sudah di hadapkan dengan makan dalam tempo yang buru-buru, merasa terintimidasi, dan ga kebayang gimana saya makan yang harus berkejaran dengan kentong waktu shubuh. Nyaris dan hampir cuma tujuh menit saya melahap waktu buat sekedar makan dan minum, dan itupun terkesan di paksain dari pada saya tidak makan sahur sama sekali, yang takutnya malah jadi masalah baru buat kelangsungan puasa dan kesehatan saya sendiri. Kejadian itu, kebodohan itu, selalu menghembuskan semacam kelu ke dalam hati saya, betapa saya ini masih seorang manusia yang terlihat bodoh, dan memang bodoh.
Sempat punya pikiran, saya benci pada saya sendiri karena tidak bisa memanfaatkan waktu, tepatnya membuang waktu. Sungguh membingungkan keadaan waktu itu. Saya dan kebencian saya telah menjelma menjadi dua mahluk dengan pikiran masing-masing yang saling menyalahkan satu sama lain.
Sedikit mengutip kalimat yang cukup familiar; bahwasanya nasi sudah menjadi bubur. jadi tidak ada gunanya kalau saya mau terus menyesali dan menyalahkan kejadian tempo hari. Toh dari sikap saya dan kejadian kemarin juga setidaknya sudah menjadi pengingat sekaligus nasehat buat sikap saya ke depan. Saya berterima kasih, artinya saya sudah mendapatkan cermin baru buat mengenal lebih jauh lagi tentang kelemahan saya sendiri, tentunya hasil menengok dari banyak sisi.
Semoga saja ini akan membuka hati saya untuk lebih bijak dalam menilai hal sekecil apapun. tidak ada alasan bagi saya untuk tidak mengartikan kejadian tersebut sebagai bahan sebuah renungan dan pembelajaran. Karena saya yakin, seyakin satu kali satu sama dengan satu, hal apapun yang menjadikan saya lebih baik tentunya hasil dari sebuah pengalaman saya sendiri. Bukan orang lain dan bukan siapa-siapa.
Apa yang saya alami malam itu bukanlah baru sekali ini terjadi, semoga saja ini yang terakhir, dan yang pertama untuk sekedar di jadikan sebagai pengingat dan sebuah nasehat. sekiranya Semoga bermanfaat ☺
Kalau nasi sudah jadi bubur, ya tinggal diberi gula saja biar enak dimakan. Jadi jangan menyesal dulu, waktu yang terbuang percumah menurut kita mungkin ada gunanya juga.
ReplyDeleteSekarang yang menjadi bingung adalah jika kita tidur 8 jam sehari apakah itu berarti menyia-nyiakan waktu? Padahal jam biologis tubuh membutuhkan istirahat atau tidur 8 jam.
Nah sekarang coba hitung-hitungan nih, 8 jam sehari adalah 1/3 hari. Berarti kita tidur 1/3 hari dalam 1 hari, berarti juga 1/3 waktu hidup kita. Kalau sekiranya umur sekarang adalah 30 thn, maka kita sudah tidur 1/3 x 30tahun = 10 tahun. Bagaimana kalau umur 60 tahun, maka 20 tahun waktu yg digunakan utk tidur. Pertanyaannya adalah apakah kita menyia-nyiakan waktu? Terserahlah......
@MacamMacam:
ReplyDeleteHehe justru saya tdk menyesal, bagi saya hal tsb setidaknya sudah menjadi entri point sbg sebuah pengingat dan nasehat. kalo masalah tidur, buat saya kebetulan porsinya sudah lbh dari cukup, alhamdulillah.. toh melek jam dua pagi jg bukanya harus tiap hari mass tapi ada waktu2 tertentu dan sifatnya tdk di paksakan... Oia satu lagi, selama itu sudah menjadi pilihan saya sbg pilihan terbaiknya maka bagi saya itu bukan sesuatu yg sia sia (udah ada niat). Makasih udah mau share... :)
assalamu'alaikum Kang,
ReplyDeleteterima kasih telah mengingatkan dan sangat bermanfaat karena sayapun kalo melihat waktu ke belakang rasanya ada sangat banyak hal sia-sia. Semoga ke depan menjadi lebih baik nggih Kang. amin
itu sudah pasti :)
ReplyDeletejangan meremehkan waktu karena wkatu terus berjalan klo kita meremehkan suatu waktu kita akan tertinggal dengan kemajuan zaman, ane permisi follow
ReplyDeleteditunggu ya follow baliknya
subhanallah, pelajaran baru nh mas, saya juga pernah mengalami hal seperti itu. Jadi kangen waktu di kost dulu. Makan sahur dengan mie instan yang asli masih panas.
ReplyDelete@Djangan Pakies:
ReplyDeleteWassallam kang, belajar dari yg sudah2 untuk sekedar jd pengingat. Ingat dlu gamana kita punya banyak salah dan masalah tentunya. Makasih :)
@John Terro:
ReplyDeleteOkay bro! :D
@warsito:
ReplyDeleteIya betul, harusnya ada sinergi.
@Ardian Bumi:
ReplyDeleteYaelah haha makanya mas pke nasi siap santap ;D iya ada banyak pengalaman yg mungkin hampir sama..
Setuju banget, kita harus menghargai waktu karena time waits for no one. Seperti bulir pasir yg terus mengalir, demikian pula dengan waktu.
ReplyDeleteI am who I am today because of the choices I made yesterday =)
asswrwb... benar2 posting yg bermanfaat, sbg manusia beriman, inilah yg hrs kita kejar;penggunaan waktu sebaik mungkin*termsk utk mengingatkan saya..hiks..msh bnyk waktu sy yg tebuang sia2..
ReplyDeleteahhh.... saya juga sering ampe kebablasan... rasanya sia2 yah kalo waktu sudah kita remehkan? ^_^
ReplyDeletemakasih atas postingannya, ku bisa lebih sadar, betapa pentingnya waktu itu!
ReplyDeletewaktu ibarat uang kata pedagang
ReplyDeletewaktu ibarat pedang kata panglima perang
Ingat 5 perkara sebelum 5 perkara dalam firman Tuhan...
Betapa banyak ditekankan dalam Qur'an; Demi masa, Demi Dhuha...semua tentang waktu.
Nice post!!!
kata pedagang..waktu adalah uang
ReplyDeletekata panglima perang...waktu ibarat pedang
demi masa, demi dhuha..., begitu Allah sering menegur kita agar tak lalai menikmati rotasi bumi.
@Claude C Kenni:
ReplyDeleteIya, terimaksih sob atas share dan analoginya :)
@tiwi:
ReplyDeleteBener, kadang kita ga kepikir banyak waktu yg sudah terbuang sia sia. Mungkin kalo saja waktu bsa di ulang hehe sedikit kesalahan yg akan kita lakukan. Tapi nonsens :)
@W i e d e s i g n a r c h:
ReplyDeleteIya sob, kejadian yg sudah terbuangnya waktu dgn sia sia sebenarnya sudah menjadi cermin buat kita untuk berkaca dan lbh berhati hati!
@Darwis Alwan El-Habsyi:
ReplyDeleteTerimaksih kembali atas kunjunganya ke blog yg kurang urus ini haha...
@iffa hoet:
ReplyDeleteTerimaksih banget mbak pesan nya yang membuat saya terkapar dan melongo hehe.. Pesan yg bijaksana tentunya :)
Waktu begitu cepat menyertai kita dimanapun berada. Yang dahulu tidak akan kembali lagi. Memang kadang kita menunda-nunda apa yang akan kita kerjakan. Waktu masih panjang. Usia kita masih muda. Nanti dulu kalau sudah longgar. Semoga kita termasuk orang yang dapat menghargai waktu kita, amin. Salam sukses Sobat.
ReplyDelete