Antara Cinta, Buku Dan Lima Menara

Malam itu bak laksana air yang yang mencoba untuk bersikap mendiam dan membisu, tidak ada riuh ombak, tidak ada riak dan tidak ada makna dan jawaban dari air sedang apa dan mencari tujuanya kemana. Di hulu sungai kah? Tapi tidak, dia mencintai pada bahasa diamnya dan mencoba terus menjadi cermin bagi dunianya. Saya tiba-tiba merasakan hal yang persis sama malam itu, seperti air yang bersikap dalam diamnya. Tidak ada yang harus di pertaruhkan, tidak ada tuntutan dan tidak ada penagih janji-janji dunia. semuanya terkesan menginginkan diam dalam banyak bahasa. Tidak ada nyala televisi dengan berbagai berita mengenai negeri dengan salah urusnya, tidak ada suara nyanyian yang menggumamkan cinta dan syair-nya. tidak ada riuh air hujan dengan semua pergulatanya membasuh tanah. Sebaliknya, Yang ada hanya suara deruan kereta menembus kota jakarta, dan suara detikan jam dinding memutarkan waktu dan jarumnya. berkeyakinan tidak ada yang salah malam itu, seyakin satu kali satu sama dengan satu. Namun sesekali hati merasa kesepian setelah dia meminta izin tidur lebih dulu. Tapi bukan berarti kesepiannya menjadi penghalang saya untuk jatuh cinta pada malam itu. Malam itu yang di awali dari kisah dan cerita keseharian dia menjadi tabungan rindu saya.

Embun, angin dan kebisuan melatar belakangi malam dengan segala kegelapanya. Tidak ada tingkah polah binatang yang sesekali menjadi kegaduhan malam. Saya pun terus mencari bukti cinta itu dengan mencoba setia menunggu pagi dengan membaca. membaca adalah seolah membuka pikiran kita yang dulu sempat terkubur kemalasan.

Saya pun terus mengejawantahkan setiap apa yang di jabarkan dari buku tebal tersebut. Buku yang di harapkan menjadi sabda untuk tiap kalimatnya. Sabda cinta, sabda inspirasi dan sabda motivasi yang kesemuanya terangkum dan di tabung. Tidak ada yang melarang dan halangan bagi saya untuk terus membaca buku tebal itu. dari satu kalimat ke satu halaman yang lain dan dari satu kisah dan banyak alur cerita yang menyambung, semuanya terangkum dan terkurung dalam bahasan dan bahasa yang elegan buat di baca.

Saya mencoba terus memelihara cinta itu. Cinta yang menjadikan angin pagi terasa bebal di tubuh saya. buku tebal itu diam dalam sejenak. Dari perjalanan menghabiskan ribuan kata dan ratusan halaman itu, barulah saya sampai pada kesimpulan bahwa kecintaan pada membaca menjadikan kita sedang terobsesi dan membuka jendela dunia. Saya terus mencoba menagih janji dari cerita buku tebal tersebut, Walaupun ada sebuah bentuk hutang saya untuk melakukan perlawanan dengan rasa kantuk.

Seakan tidak ada yang membesarkan hati saya selain untuk terus memegang buku tebal itu, sampai pada waktunya ayam jantan mengumumkan tanda bahwa dia sudah bangun. Hal lain yang justru menjadikan saya merasa berat untuk terus menemani buku tebal itu. Jam dinding seolah tidak lupa untuk menghitung waktu tepat persis di atas kepala saya. satu jam, dua jam ataupun tiga jam kesemuanya adalah saksi di mana saya sedang mencintai buku tebal itu, buku yang menyiratkan banyak makna dengan sampul kombinasi kuning dan cokelat kehitamanya. Beraksen gambar lima menara yaitu dua menara masjid, satu tugu pahlawan dan satu monumen nasional dan satu lagi persis di pojok bawah bagian kiri sampul yaitu bangunan menara dengan tekstur bagian atasnya bentuk jam berangka romawi.
****

11 comments:

  1. man jadda wajadah....ehehe salaam jingga.udah baca bukunya pasti kan?

    ReplyDelete
  2. jangan lupa, man shabara zhafira,, =D (Ranah Tiga Warna)

    yup, suatu bacaan dapat benar-benar berpengaruh terhadap pikiran maupun tindakan kita.. atau bisa juga cuma sekadar bahan untuk direnungkan... ^^

    ReplyDelete
  3. lah, saya udah punya buku itu sejak lama, tapi baru dibaca separo....

    ReplyDelete
  4. saya malah belum sempat baca :-(

    ReplyDelete
  5. hmmm.. bukunya menginspirasai ya?


    >>btw, saya termasuk penggemar tulisan macam ini (namanya prosa bukan?). menurutku, kamu perlu banyak2 nulis yang kaya gini, biar iramanya lebih dapat dan lebih lentur.

    saya berkomentar gini bukan karena saya bisa, justru karena saya ga bisa, hehehehe. saya hanyalah penikmat.

    ReplyDelete
  6. @jinggalestari: man jadda wa jada ayo masuk komunitas menara hehe bentar lg buku itu kelar sya baca. Makasih dan salam kembali :)

    ReplyDelete
  7. @Hitam Putih Pelangi:
    Penasaran masalahnya buku itu belum sya baca bru megangnya aja di toko hehe..

    ReplyDelete
  8. @Aina: lumayan tebel ya mbak hehe Mudah2an bsa cepet selesai dan sya tunggu referensinya. Makasih...

    ReplyDelete
  9. @joe:
    Tidak apa apa sob tapi kalo bsa baca juga hehe soalnya mo di filem kan katanya atau udah lg di garap sya kurang tahu :)

    ReplyDelete
  10. @Huda Tula:
    Sangat menginspirasi sob apalagi kalo kita yg pernah tinggal di pesantren bsa ngena ceritanya..

    Makasih usulanya haha benar saja sya baru pertama kali memposting tulisan macam kaya gini tapi agak susah. Ya itu mirip2 prosa tp apa yg sya tulis ini ga jelas mohon di maklumi :D

    ReplyDelete
  11. Kalo udah baca buku suka lupa waktu ya? Apalagi kalo bukunya bagus, seolah2 kita hanyut dan terbawa di dalamnya...

    Nice post, tar gua cari deh bukunya kalo gua udah pulang ke Indo

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More