Rejeki Itu Tidak Akan Lari Kemana

Ketika habis membaca tabloid dalam kolom rubrik jual beli ponsel, hal pertama yang langsung muncul dalam benak saya adalah HP (Hp jadul saya). Sebenarnya apa korelasinya antara hp saya dengan apa yang mau saya tulis disini? Lebih tepatnya HP N6233 seri nadhif punya saya yang seharusnya siap layak keluar kandang buat dijual karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk di jadikan sebagai kebutuhan saya sehari-hari. Toh juga HP saya yang satu ini cenderung sudah ogah-ogahan buat menerima atau memanggil telephone karena kondisi baterai yang sudah sedikit rusak. tapi kalau di katakan parah sih sebenarnya tidak juga yang emang kondisinya masih bisa untuk di jadikan opsi buat pegangan karena cuma tinggal ganti baterainya saja. Dari pada di diemin di kardus yang jelas jelas tidak akan beranak pinak, mungkin menjadi sebuah keharusan kalau mencari jalan untung dan terbaiknya yaitu segera di jual. Untung karena dapet duit dan terbaik karena duit juga yang jelas and whatever kesemuanya ujung- ujungnya membidik duit...



Dengan modal sedikit pertimbangan dan compare dari banyak forum segmen informasi jual beli HP, Saya coba putuskan waktu itu untuk di jual di konter tertentu yang katanya emang terkenal bisa mamasang harga yang di bilang lumayan tinggi, saya pun langsung bawa HP tersebut ke salah satu konter tsb dengan harapan bisa kena target harga 250 ribu atau 300 ribu dan sukur-sukur bisa mencapai kesepakatan 350 ribu hehe..


Okay, waktu itu tidak apa lah istilahnya saya banting harga 250 ribu juga yang penting bisa di lempar sebelum HP tersebut kena kutukan zaman hehe, artinya HP tsb bisa lebih rusak dan lebih jadul. Karena semakin lama HP tersebut mengendap dan semakin banyak keluaran tipe dan model HP baru yang keluar dengan macam variasi serie, sudah di pastikan dan banyak kasus tentunya HP yang keluaran jaman dulu akan semakin murah dalam soal harga buat bersaing di pasaran. Jujur hasil dari pengalaman saya sendiri menawarkan HP tsb di konter-konter gede; Actually, HP tersebut di lirik saja sudah di bilang untung!


So, let's go directly to the topic problem... Setelah nyampai di konter, kebetulan di situ bisa di bilang lumayan sepi artinya saya bisa leluasa untuk menawarkan apa yang saya tawarkan sesuai dengan kondisi barang yang sebenarnya, bahkan headset yang sudah rusak pun sengaja saya coba kasih tahu hehe, tidak di kasih tahu juga sebenarnya pasti ketahuan yang emang dia sudah pegang pengalaman dalam urusan membeli banyak HP dari banyak orang dan banyak pengalaman.


Mencoba sesuatu dengan modal jujur? Pada ahirnya saya menerapkan prinsip seperti itu dengan kata lain mudah-mudahan bisa menutupi kelemahan lain dari barang bekas HP tersebut. Setelah sebentar memegang dan membolak balikan dengan tujuan memeriksa HP yang saya bawa, tanpa ba-bi-bu pemilik konter tersebut langsung menantang sekaligus menanyakan saya prihal harga yang di tawarkan dari HP yang saya bawa.

" mau di jual berapa nih mas? ". "pengenya sih 350 ribu saja pak, itu barang masih bagus semua, cuma kabel headset nya saja yang sudah agak rusak " saya langsung menimpali dengan memasang wajah innocent.


HP tersebut kembali di amati yang di curigai (hati-hati) kemungkinan ada yang rusak di bagian lain, di pegang lagi, ketakutan dia mungkin ada yang tidak mulus dari barang tsb atau ada hal-hal lain yang coba di sembunyikan oleh pemiliknya, di coba lagi buat nelphon, sms, sambung bloutooth, muter MP3 pokoknya teliti banget. Mungkin itulah modal keterampilan satu-satunya yang harus di miliki seorang penadah HP bekas. rumusnya; kurang teliti berarti rugi.


Satu atau dua jurus kemudian pemilik konter tersebut langsung menyodorkan HP saya dengan sengaja menulis angka nominal di layar ponsel sebesar 250 ribu.
"Segini aja mas? " dia mencoba nego.
" Apa ini terlalu murah pak? suaranya kan masih kenceng dan gak ada yang rusak " mencoba saya sambung tawaranya.
"Surat-surat dan kardusnya mana? masih ada?" harapan saya dia sedikit mengamini harga yang di tawarkan oleh saya, itu keinginan.
" masih ada pak, bentar...." saya langsung mengambil itu kardus yang emang sengaja masih di taruh di motor.


HP tersebut mencoba di amati lagi di periksa bahkan mencoba mengganti memory card micro SD nya dengan kapasitas yang lebih besar, tapi tetep saja tidak ada pengaruh yang emang dasar HP nya tidak ada masalah. Dan dia kemudian intinya mencoba menego dengan pilihan harganya.
" 250 ribu, gimana? Bingung masalahnya ini HP baterainya udah rusak mas".
saya mencoba menaikan sedikit lagi.
" ya udah pakai win-- win solution saya minta tambahan pulsa saja yang 20 ribu pak ".

Bapak tadi diem sebentar " jujur saja belum bisa mas". Dia mencoba keukeh dengan harga versinya dia.
"cuma nambah 20 ribu saja pak masa ga bisa? " mencoba saya sambung lagi dengan sedikit harapan buat di kabulkan.


Saya pun setia menunngu apa yang mau di ambil dari keputusan nego bapak tadi, dia utak atik lagi HP tadi mungkin dengan maksud mencoba untuk lebih teliti dan hati-hati yang jelas tujuanya cukup simpel, yaitu harga dan kondisi barang bisa sesuai. Sesekali HP tersebut di coba buat menelphon dan seketika itu bapak tadi langsung menaruh uang di etalase persis di depan saya 250 ribu, dan nyaris tidak mengeluarkan satu kalimatpun. Saya pun kaget disaat lagi mikirin mau mengamini dengan harga 250 ribu sebagai keputusan ahirnya, padahal saya baru saja nyoba menawarkan 220 ribu (20 ribu pulsa).


Entah apa yang ada di pikiran bapak tadi, sehingga bisa mengasih uang sebagai tanda persetujuanya sebesar 250 ribu. Apa karena kasihan sama saya atau tidak mendengar apa yang saya tawarkan sebagai harga jalan tengahnya. So' selama perjalanan pulang pun saya masih ga ngerti sekaligus bersukur apa yang terjadi barusan tadi, coba sekali lagi saya hitung uang tadi tapi tetep saja jumlahnya masih sama yaitu 250 ribu. Artinya di sini saya tidak punya kewajiban untuk mencari tahu uang tersebut halal atau tidak. Karena apa yang saya sepakati belum mencapai persetujuan antara dua pihak. Tiba-tiba saja saya langsung di sodorkan uang yang sampai sekarang saya tidak tahu dalam banyak alasan. Apapun keputusan bapak itu tadi yang jelas saya tidak menipu atau mengambil hak dari orang lain.

Sebijaknya, sekecil apapun bentuk kejujuran itu pastinya ada kemungkinan akan sedikit membuka peluang untuk membuka rongga-rongga kebaikan salah satunya adalah berupa rejeki. Dan kalau mau mengawinkan antara kata bijak dan cerita saya di atas mungkin akan menelurkan sebuah satu kalimat sabda bahwa sesungguhnya " Rejeki itu tidak akan lari kemana ". Semoga bermanfaat...

6 comments:

  1. jadi ikutan bingung ama si bapak?

    ReplyDelete
  2. @Aina:
    hehe antara bingung atau melamun saya coba bersikap maklum. ya jelas maklum saya udah dapat duitnya ko...

    ReplyDelete
  3. nah, bukannya penawaran awal si bapak 250 mas, terus mas minta tambah pulsa 20rb. Atau saya yang gak teliti bacanya, hehe.
    Semoga bermanfaat.

    ReplyDelete
  4. hehehe beruntung mas....klo hpq mah gak tahu laku dijual berapa.pdhal udh pengen ngejual...hpnya mito 939 klo gk salah.soalnya waktu pas beli aja ngeceknya.kali ad yg brminta.akakak

    ReplyDelete
  5. @Ardian Bumi:
    Owh iya hahaha maaf banget salah nulis harusnya berapa ya. Makasih banget atas koreksinya nih...

    ReplyDelete
  6. @jinggalestari:
    Mito? pernah dengar tapi belum pernah megang hehe ko aneh ya mirip2 saya hape sendiri tapi lupa mereknya :D

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More