Tidak Menyalahkan Siapa Siapa

“Tunduk kepada hati sendiri, terus mencoba berdamai dengan keadaan, niscaya itu lebih bijak dari pada harus menyalahkan orang lain ketika kita di hadapkan pada lilitan sebuah masalah“. Quote seperti itu di dengar dan terekam oleh telinga saya bukan lah sebagai sesuatu yang nampak biasa dan terkesan tidak punya makna. Lebih dari itu, jelasnya kita musti banyak belajar dari kalimat tersebut sebagai bagian dari peran kita untuk menjadi orang yang setidaknya bisa melatih diri sendiri tentang intropeksi, koreksi dan sadar diri... Saya sepintas dengan jelas pernah memegang buku yang judulnya cukup berkorelasi buat di kaitkan dengan masalah banyak orang tentang refleksi elegi hidup itu sendiri. Dan bukan kapasitas buat ngebahas dari isi buku tersebut. karena saya juga tidak pernah membacanya sampai selesai. "Daun yang jatuh tak pernah membenci angin" , begitu persisnya judul dari sebuah buku yang di kemas rapih dengan sampul hijau bergambar daun karya Tere Liye. Sangat dalam makna yang di bangun dari rangkain kalimat sederhana tersebut.


Laluu, pada titik mana kemudian itu bisa di jadikan pembelajaran sekaligus perenungan? Haqqul yakin saya atau pun kita-kita pasti punya tujuan hidup, sejatinya dari proses tujuan itu sendiri di yakini akan adanya kemungkinan terdampar pada yang namanya sebuah masalah. Tapi sepertinya masalah tersebut berkali kali belum mampu menyiratkan penyampaian sebenarnya untuk di kaitkan dengan pesan DAUN dalam sebuah kalimat sakti itu sendiri. tidak sedikit orang akan menyalahkan orang lain ketika dia sendiri tersandera atau terjebak bahkan terjerembab pada banyak pusaran atau bahkan pada satu masalah.

Mencoba mengaitkan lagi tentang___ Daun yang jatuh tak pernah membenci angin__Maknanya sungguh dalam sekali, Daun membiarkan dirinya rela jatuh ke tanah meski harus terenggut dari tangkai pohonnya karena merasa sudah takdirnya di makan waktu, tidak protes dan tidak melawan, terkesan mengikhlaskan dan tidak ada yang harus di takuti untuk menjadi sebuah penyesalan di kemudian hari. Daun juga tidak menghakimi batangnya yang tidak memegang erat sehingga dia terhempas dari sapuan angin.

Daun sadar ketika jatuh untuk tidak menyalahkan siapa siapa... bahwa dengan menyalahkan angin, ia tidak akan mendapatkan keuntungan apapun. Ia tetap akan dipandang sebagai daun yang harus gugur, tidak dapat berfotosintesis, dan hanya menumpuk sebagai pelengkap kotoran tanah. Namun ia mampu bangkit menatap fase hidup selanjutnya, mereka memiliki harapan dengan berpikir positif terhadap takdir yang disuratkan olehNya. Karena mereka yakin bahwa di setiap kejadian pasti akan ada hikmahnya, termasuk gugurnya mereka berserakan di hamparan tanah. Mereka mencari dan terus mencari sebagai koreksi diri sehingga akhirnya menemukan hikmah yang tersembunyi dibalik takdir itu sendiri.

Tidak perlu ada kesedihan untuk menatap kehidupan selanjutnya setelah onggokan tangkainya yang mengering terkena serbuan angin, karena mereka tahu dan sadar diri apa yang harus mereka lakukan ke depan sebagai kisah lanjutan. Tidak lagi bergantung pada batang, memohon pada akar apalagi menyalahkan angin. Mereka terus berusaha dan selalu optimisme untuk menemukan garis nasib yang di inginkaNya tanpa harus mengeluh ataupun menyalahkan siapapun (angin).

Bahkan, kejatuhan dan gugurnya banyak daun yang terkesan sudah tidak berguna lagi, pada akhirnya memaksa pikiran banyak orang kalau sebenarnya sampah serupa daun masih bisa bermanfaat buat banyak pohon lain untuk di daur ulang menjadi sebuah serat pupuk kompos. Ujung ujungnya bisa menghidupi dan bahkan lebih hebat lagi bisa buat menyambung hidup jutaan daun dari ribuan pohon pohon lain. Itulah proses pembelajaran yang coba di sampaikan dan di pesankan oleh daun.

Begitu juga kita, yang mencoba dan berusaha tidak harus menyalahkan siapa siapa ketika kita terbentur oleh cerita hidup yg tidak menyenangkan. apapun bentuk masalahnya untuk sebisa mungkin tidak menyalahkan orang lain. Alangkah eloknya hanya perlu menunjuk diri kita sendiri untuk intropeksi, koreksi dan sadar diri di kala kita sudah jatuh sebagai putusan takdir dari sang illahi.

Makna yang coba di bangun oleh pesan daun nampak menjadi manifestasi buat tabungan mindset hidup seseorang. Pahami dan maknai untuk memeriksa diri, selanjutnya akan ada kemanfaatan untuk belajar dari sesuatu yang bernilai positif, terkhusus buat kita yang mau intropeksi, mengoreksi dan menyadarkan diri.

23 comments:

  1. wah mantap mas, yang awalnya dianggap menjadi sampah ternyata akhirnya malah bermnfaat, padahal ia sudah di hempaskan oleh sang pohon, tapi ia malah menjadi bermanfaat,,,

    ReplyDelete
  2. Subhanallah renungan & muhasabah yang indah kang, semoga menjadi kebaikan untu kita semua

    ReplyDelete
  3. Saya setuju, sebenarnya perenungan2 seperti ini ada kalanya saya butuhkan. Namun kadang tanpa saya sadari, saya melupakan hal ini dan terjatuh lagi. Rumit, sulit karena memandang hal2 yang besar tanpa menilai hal2 yang kecil untuk kebahagiaan bersama... Mengoreksi diri sendiri setiap hari sangat diperlukan.

    ReplyDelete
  4. kita memang perlu banyak belajar dari alam semesta ini... thnaks sob

    ReplyDelete
  5. berdamailah selalu dengan diri sendiri / hati sendiri... setiap harinya.
    makasih ya kunjungannya....^_^

    ReplyDelete
  6. saya sering dinasehatin samaguru dan orang tua saya ... setiap tindakanmu harusnya didskusikan dulu dengan hati .... dan tentunya ketika saya mulai memahami nasehat mereka ... saya merasa tidak harus menyalahkan orang lain dong ... ketikakita dipengaruhi orang dan berkibat buruk ... ya salah kit. kenapa nggak berdiskusi dengan hati ...

    ReplyDelete
  7. @Ardian Bumi:
    Ya itulah kalo kita mau berpikir, segala sesuatu yg di anggap sepele ato kecil bukan berarti tdk punya makna ato sisi positipnya. Terkesan daun sbg pesan ringan dari Tuhan. Makasih sudah mo mampir. Salam :D

    ReplyDelete
  8. @Arief Bayoe Sapoetra:
    Makasih mas hehe semoga bermanfaat dan membaikan. Hehe salam....

    ReplyDelete
  9. @Ajeng Sari Rahayu:
    makasih teh.. Iya mengoreksi tiap hari tentunya, cermin siap menyapa kita tiap hari untuk mengoreksi :D

    ReplyDelete
  10. @zan:
    Bener sekali sob, belajar dari mana saja termasuk sama apa yg sobat sebutkan tadi yaitu alam semesta. Tuhan menciptakan semuanya buat di cari manfaatnya..

    ReplyDelete
  11. @Fahrizal:
    Bener apa yg di katakan org tua dan guru kamu, karena hati kita sendiri yg akan menentukan kita mo bersikap apa. thanks udah mo share... Hehe

    ReplyDelete
  12. dhe suka kalimatnya, berdamai dengan keadaan tapi dhe lebih sering menggunakan istilah berdamai dengan kenyataan. perenungan yang bagus yack, sukses terus.. :)

    ReplyDelete
  13. sangat jelas menyalahkan yang lain palah menambah masalah.

    ReplyDelete
  14. @Dhe:
    Tujuanya sih sama saja mencari hasil yang sifatnya kebaikan dan membaikan. Makasih udah mo mampir sallam... :D

    ReplyDelete
  15. @Baha Andes:
    Itulah yang kadang tidak sedikit orang tdk mau tahu pda hasil ahirnya seolah kita terjebak pda situasi dan keadaan. Thankss...

    ReplyDelete
  16. -Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"
    wew, mantap sekali n penuh makna kata2 itu sob.

    Keihlasan hati tuk menerima sunatulloh. Berharap ttp menjadi yg berguna baik sedang posisi di atas maupun posisi di bawah.

    Nice post!

    ReplyDelete
  17. -Daun yang jatuh tak pernah membenci angin"
    wew, mantap sekali n penuh makna kata2 itu sob.

    Keihlasan hati tuk menerima sunatulloh. Berharap ttp menjadi yg berguna baik sedang posisi di atas maupun posisi di bawah.

    Nice post!

    ReplyDelete
  18. @iffa hoet:
    dan yg lebih penting untuk terus istikomah ya jeng hehe makasih sudah mau share disini :D

    ReplyDelete
  19. kita memang seharusnya tidak menyalahkan orang lain bila suaty masalah atau musibah menimpa kita, kita harusnya instropeksi diri "mengapa" itu bisa terjadi pada kita.

    ReplyDelete
  20. Sampai saat ini saya masih belum baca buku itu, padahal pengennya udah agak lama hehe.

    Selamat ramadhan Mas. Maap lahir bathin..

    ReplyDelete
  21. @pakde sulas:
    Mengapa? Hehe ya mungkin benar apa yg sudah sering kita dengar bahwa gajah di depan mata kita yg tak nampak dan semut di seberang lautan begitu jelas kelihatan...

    ReplyDelete
  22. @Masbro:
    Saya jg belom bener2 baca mas, cuma menarik aja dari kalimat judulnya. Hehe

    Maaf lahir bathin juga selamat menunaikan ibadah puasa :)

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More