Film Negeri Lima Menara, Dari Pondok Pesantren Menggapai Dunia


" Jujur, pertama saya berdebar-debar dan risau. Gimana ya, novel yang sudah ditulis
setiap katanya, dengan gambaran saya sendiri terus mau di filmkan oleh orang lain "
ujar Ahmad Fuadi sebagai penulis dari novel Negeri Lima Menara.


Kemarin, para kompasianers yang tergabung di wilayah ibukota secara sengaja memenuhi undangan untuk menghadiri tayangan perdana film Negeri Lima Menara (N5M) di Blitz Megaplex bersama para pemeran utama dan kru film.

Film N5M yang konon di bintangi oleh para artis terkenal seperti Lulu Tobing, Andika Pratama dan David kholik ini Rencananya akan di putar serentak di bioskop mulai tanggal 1 maret mendatang. Nah bagi yang sudah membaca novelnya siapin popcorn, siapin temen duduk dan jangan lupa siapin juga buat referensinya setelah selasai menonton nanti. Saya, yang tahun kemarin sudah khatam membaca versi novelnya jadi semakin antusias untuk segera menonton dalam versi layar lebarnya yang di nilai banyak kalangan syarat akan pesan moral.

Mestinya Ada banyak pelajaran yang bisa di petik dari serangkaian isi keseluruhan novel N5M, dan mudah mudahan bisa di dapat juga setelah saya menonton filmnya nanti. Waah kaya maksa ya hehe. Ini bukan maksa, hanya perwujudan dari sikap saya yang punya niat untuk menonton film tersebut. ah jadi gak sabar nih, apalagi ini film menurut banyak cerita akan banyak sekali menyelipkan kisah dan cerita menarik dari enam anak muda yang hadir dari enam daerah yang berbeda yang mana kemudian di satukan dalam lingkungan pondok pesantren, atau yang biasa di sebut pondok madani (PM), tepatnya di ponorogo jawa- timur-- yang katanya punya peraturan super ketat. Enam anak muda yang tergabung dalam " sohibul menara " tersebut yakni; Alif Fikri Chaniago dari maninjau bukit tinggi, Baso Shalahudin dari gowa sulawesi selatan, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, Raja Lubis dari Medan dan Said Jufri dari Surabaya.

Melihat dari perbedaan enam karakter masing-masing yang saling melengkapi, Saya jadi penasaran dalam beberapa adegan filmnya nanti, bagaimana enam sahabat ini mempunyai sikap untuk saling melengkapi dan bekerjasama, terkadang punya masalah, kisah dan cerita unik sekaligus menyelipkan kejadian kejadian dengan kelucuanya masing-masing. Terkadang dari enam sahabat ini harus saling memberi semangat satu sama lain dan saling memberi nasehat setiap dari salah satu temanya punya masalah yang harus segera di kasih jalan solusinya. Salah satu yang menjadi bumbu dari cerita selama mereka tinggal di Pondok Madani tersebut adalah ketika si Alif sukses berjuang untuk sekedar bertemu dengan wanita cantik, Sarah- sebagai anak dari Ustadz Khalid.

Yang jadi menarik buat saya tonton nantinya adalah bagaimana Alif sendiri memperjuangkan keinginan dan nasehat ibunya melalui surat untuk tetap melanjutkan belajarnya di pondok madani. Karena Alif sendiri sebelumnya ingin sekolah di ITB biar seperti pak Habiebie. Namun keinginan orang tua lah yang tetap untuk menempatkan Alif di Pondok Madani. Alif jadi terus bersemangat ketika sering mendapatkan surat dari ibunya di kampung Maninjau, Bukit tinggi. "Belajar dengan sungguh itu baik, namun terlebih baik lagi adalah hati yang bersungguh-sungguh untuk menjalankan tujuan ". Itulah penggalan tulisan bijak sang Ibu dalam surat yang di terimanya setiap beberapa bulan
sekali.

Tapi saya belum tahu persis, apakah adegan adegan yang sudah terekam dalam kepala saya merujuk dari isi novelnya nanti akan di visualisasikan atau tidak dalam pemutaran filmnya nanti. Yang pasti kalaupun nonton-- kita tidak merasa rugi lah sehubungan dari konsep proyek filmnya sendiri menurut banyak informasi sudah di isi dan di garap oleh orang orang yang sudah kompeten di bidangnya masing masing. Kalau ada yang kurang pas dengan selera semua penonton itu sih sudah pasti. Karena pada dasarnya sangatlah sulit untuk bisa memuaskan keinginan semua penonton. Intinya minimal bisa mendapatkan sesuatu yang di nilai bagi kebanyakan orang sebagai sebuah pembelajaran.

Belajar dari beberapa kisah-- bagaimana nantinya para santri madani (PM) bisa mendapatkan dan tertular sebuah " mantera sakti " Man jadda wajada. Siapa yang bersungguh sungguh pasti sukses. Mantera sakti yang terus di kobarkan penuh semangat oleh pak kiyai untuk puluhan ribu santrinya. Pokoknya masih banyak lagi potongan-potongan cerita yang membuat saya jadi semakin penasaran, terutama pas ketika keenam sahabat itu berhasil menghadirkan kegiatan nonton bareng siaran langsung badminton piala thomas di layar televisi setelah membujuk dengan meminta izin kepada kiyainya kala itu. Hal yang sebenarnya sangat tidak di perbolehkan oleh pihak pesantren.

Terus bagaiaman juga tentang adegan yang menurut saya sangat mengharukan di mana satu dari enam sahabat tadi yaitu Baso Shalahudin asal goa sulawesi selatan harus di hadapkan pada pilihan sulit untuk segera meninggalkan masa proses belajarnya di pondok Madani. Dengan begitu baso sangat tidak mudah karena tidak ada pilihan lain selain harus meninggalkan lima temanya setelah beberapa tahun tinggal bersama di asrama pesantren Pondok Madani. Namun karena kecintaan baso sama neneknya yang tua renta (sakit sakitan) yang hanya tinggal sendirian di kampung, memaksa baso mau tidak mau harus meninggalkan pesantren dan lima temanya untuk mengurus neneknya sekalian mengajar anak anak di tempatnya di mana ia tinggal. Tentunya ada cerita haru kalaupun penggalan kisah tersebut bisa di munculkan di versi filmnya nanti.

Mudah mudahan isi dari filmnya mengandung banyak filosofi hidup seperti yang sudah di perankan oleh keenam tokoh tadi dalam bukunya. Yang jelas dari apa yang sudah tertuang di dalam bukunya, secara tidak langsung sudah mengajak kita akan beberapa hal. Salah satunya adalah mengajak kita untuk membangun kepercayaan dan jati diri seperti yang sudah di contohkan oleh ke enam tokoh tersebut. Mengajak kita untuk belajar dari kegagalan karena kegagalan menjadikan kita menjadi lebih kuat untuk menjalani hidup. Dan mungkin bisa mengajak kita akan pentingnya sebuah mimpi, karena dari mimpi mereka masing masing-- keenam anak muda tersebut bisa sukses di negri yang berbeda dalam kesempatan yang hampir bersamaan. menariknya, karena cerita ini hampir kesemuanya bersumber dari kisah nyata. Kisah Ahmad Fuadi sendiri sebagai penulis dari novel Negeri Lima Menara ini.

24 comments:

  1. saya juga sudah khatam baca novelnya, semoga filmnya tidak mengecewakan dan tdak jauh melenceng dari novelnya...


    booking tempat buat tanggal 1 nanti, hhe

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, mudah2an filmnya bsa sama dgn novelnya. Yukk pada nonton :D

      Delete
  2. Wah, saya blom baca buku ini loh... padahal fenomenal. tapi walau seribu kali saya ke Gramedia pun gak pernah dipanggil2 sama buku ini, padahal displaynya pas depan pintu masuk

    Tapi untuk filmnya insyaallah sy pengen nonton... sapa tau sy penasaran sm bukunya yah :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah kenapa juga tuh syam, bagus juga kalo nonton filmnya dulu :)

      Delete
  3. wah jadi pengen beli bukunya nih :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. insya Allah msh ada, maksudnya di toko gramedianya :)

      Delete
  4. pingin nonton............
    Smg filmnya sebagus novelnya -)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mudah2an lebih bagus dari pada novelnya, harusnya sih kaya gitu :)

      Delete
  5. saya belum pernah baca Kang, tapi pernah megang saja di toko buku. Dan dari cerita-cerita yang pernah dipublish teman, sepertinya sangat menarik. Moga suatu saat bisa nonton, soale rumahku jauh dari gedung bioskop (ndeso)

    ReplyDelete
    Replies
    1. baru megangnya saja ya pak ies mudah2an bsa nonton filmnya. Saya juga sma artinya ga jauh beda rumahnya jauh dari bioskop :)

      Delete
  6. aku dah khatam novelnya, juga novel lanjutannya: Ranah 3 warna. bagus bgt deh.. Smoga filmnya nanti jg sebagus novelnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah ranah 3 warna saya belum baca mbak, selesai nontonya dtunggu referensinya ya :)

      Delete
  7. "man jadda wa jada"
    aku tunggu filmnya.....

    ReplyDelete
    Replies
    1. man jada wa jadda, nah saya tunggu filmnya itu bukan arti dari kalimat man jada wajdda ya mbak :)

      Delete
  8. aku sudah gak ada waktu baca novel #soksibuk. nunggu filmnya aja....

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah lagi ada proyek novel baru nih kayaknya :)

      Delete
  9. Man Jadda Wa Jada
    Coba deh teriakan kata ini,
    Asli merinding dan penuh semangat...
    saya juga penasaran. ingin segera mennontonnya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. dan kalau gak salah ada juga buku yg judulnya man jada wajadda karangan akbar zainuddin :)

      Delete
  10. Assalamu'alaikum,
    Saya belum pernah baca Novel ini, novel yang saya baca hanya karangan Habiburrahman saja. padahal di perpustakan ada Novel Menara 5 Negara dan temen saya lagi heboh"nya menanti filmnya .. Karena artikel ini, besok saya coba membacanya, penasaran!
    Bismillah :)

    ReplyDelete
  11. semoga dengan difilmkannya novel tersebut semakin banyak orang yang bisa menikmati, bukan hanya menikmati tentunya tapi juga bisa menjadi pembelajaran umum sesuai dengan nilai-nilai yang dipesankan dalam inti ceritanya ya sob

    ReplyDelete
  12. Kita ramee nonton yuk dan semoga filmnya sesuai dengan novel N5M ;)

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More