Jika Saja “Sepatu” itu Bisa Membantu

Mungkin fungsinya sama seperti apa yang di alami oleh sepatu sepatu lain pada umumnya. Entah itu yang punya merk ataupun hanya sepatu bekasan-- Sepatu ini selalu membawa dan mengantar setiap kali pemiliknya pergi dengan segudang rutinitas kesibukanya, sepatu ini tidak pernah bosan, apalagi mengeluh. sampai sepatu ini tidak pernah di pertemukan dengan air untuk beberapa bulan yang mengakibatkan dirinya menyandang dan mengumandangkan bau tak bersahabat. Ia terus menjadi pelayan sang pemiliknya kemana pun mereka pergi, entah itu sibuk ke kantor, menyambangi hotel, mampir ke restaurant, melepas penat main ke wahana hiburan, bahkan sampai balik lagi kerumahnya. Semuanya di lalui dengan hal yang sama dalam rutinitas yang hampir sama, dan dengan nasib yang sama pula. Setelahnya sampai rumah, ia hanya di simpan dan di biarkan begitu saja di bawah kolong meja berjejal berdesak desak.


Sedemikian lama ia terus mengalami fase rutinitasnya yang sepertinya sangatlah melelahkan, Itu dalam kacamata kita. Ia di bawa pemiliknya menyambangi banyak tempat, bahkan dalam hal yang paling membosankan sekalipun. Waktunya tersita habis. Saat pagi pagi ia harus menemani pemiliknya pergi ke kantor, kalau saja sepatu ini bisa berujar, maka ia akan mengatakan kepada tuan nya.

“ oke lah saya akan berlaku baik menemani tuan saya pergi ke kantor, siapa tahu dia bekerja menyelipkan niatan untuk ibadah”

Sepulang dari kantor, sepatu ini tetep setia menemani sang tuan nya (pemiliknya) entah pergi kemana, salah satunya ketika sang tuan punya niat untuk makan siang di Restaurant.

“saya harap di restaurant ini tuan bisa makan dengan lebih dulu membaca doa, nyatanya sebelum makan tuan malah sibuk dengan memainkan Ponselnya”.

Sepatu ini masih saja setia dengan fungsi dan tugasnya, untuk terus mengantarkan tuanya sampai menghabiskan banyak tempat sebagai rumah singgahanya. Sepulang dari restaurant, tuan tadi sibuk dengan salah satu ponselnya. Rupa rupanya ada jam lain, ada agenda lain di luar jam kantornya untuk bisa ketemuan dengan teman dan koleganya. Menghabiskan waktu sore-- tuan memilihnya duduk di cafe membincangkan hal hal yang sepenuhnya untuk urusan yang tidak melulu penting.

“ saya tahu betul apa yang sudah tuan bicarakan dengan sahabat dan kolega tuan, tidak lebih hanya sekedar menghabiskan waktu untuk sesuatu yang belum di anggap penting buat keluarganya di rumah. Kalau boleh mau jujur, saya sarankan mending tuan cepet pulang, nyatanya isteri dan anak-anak tuan sedang menunggu di rumah”.

Sepatu ini tidak kenal dengan kata letih, tidak boleh protes dengan rasa bosan, dan tidak pernah memproklamirkan keluh kesahnya sama sekali- dengan terus mendampingi tuan, meskipun sang tuan mencoba mengatasnamakan tugas lemburnya hanya untuk mencari tempat hiburan yang menyediakan mangsa para penikmat malam.

“saya tahu tuan pergi ketempat hiburan malam cuma alasan untuk menghilangkan rasa penat sehabis capek dengan urusan kerjanya. Tapi tidak harus dengan dalih apapun untuk membohongi keluarganya sendiri, sungguh kasian mereka terus menunggu di rumah. Saya tahu tuan bohong, dan saya juga tahu kalau tuan belum pernah sholat sedari pagi, baca do'a sebelum makan pun juga tidak”

Hingga ada masanya sepatu ini merasa bosan dengan semua dan segala aktivitas tuan-nya, berhari hari hingga berbulan bulan sepatu ini selalu setia pada tugas dan fungsinya. menyanggah berat tubuh tambun sang pemiliknya, mengantarkan beribu langkah sang pemiliknya, bahkan sampai ke tempat yang tidak menyenangkan sekalipun. Atau paling tidak sudah menyanggah ribuan dosa, karena sang pemiliknya lalai dengan urusan dunia. Dunia semata-- yang acapakali menjadi tujuan utama untuk mati dan hidupnya sang tuan.

jika saja sepatu ini punya permintaan dalam bentuk keinginan yang bisa di ucapkan.

“Saya juga ingin punya pahala seperti mahluk serupa orang, atau paling tidak menyaksikan sang tuan bisa pergi ke masjid untuk sholatnya, akhir-akhir ini saya bosan dengan suasana kantor, restaurant, hotel, cafe bahkan harus masuk ke tempat hiburan malam lagi. Bisiiing! Gak ada adem ademnya... Tahukah tuan? kalau boleh saya sedikit punya kapasitas untuk meminta tanpa memaksa, saya ingin mendengarkan merdunya kumandang adzan tepat waktu, saya ingin melihat kesibukan orang-orang yang hendak berjamaah di masjid dengan khusyu, saya ingin merasakan bagaimana tuan bisa mendeklarasikan hidupnya dengan tawadhu, saya ingin di pertemukan dengan kedua kaki tuan yang masih basah karena air wudhu, saya ingin melihat tangan tuan menyisakan sedikit rejekinya untuk orang yang tidak mampu, saya ingin sepatu tuan ini bisa sedikit membantu, sekalipun dalam bentuk mengingatkan dan memperingatkan. kalaupun saya bisa berdo'a maka hari ini juga saya akan berdoa seraya berharap bapak tuan selalu dalam petunjuk, tuntunan dan Ridhonya. ”.

Hingga pada masanya sepatu ini di pertemukan pada kondisinya yang mulai rusak, tidak terlihat mewah lagi, dan lapuk. Dan tinggal menunggu waktu saja kalau nasib sepatu ini akan jatuh di pelukan kaki orang lain. Sepatu ini akhirnya masuk ke markas penjual barang loakan, alih alih mau di jual ke orang lain, sang pedagang barang loakanpun memakainya sepatu itu, dengan alasan masih bagus dan sangat layak untuk di pakai buat keseharianya. Tentunya beda orang sang pemiliknya beda pula cara pemakaianya, cara merawatnya, cara menyikapinya bahkan punya tujuan kemana saja sepatu itu akan terus menemani sang pemiliknya jelaslah akan beda. Baru pertama kali memakai sepatu ini saja sang tuan (baru) sudah mengucapkan syukur berkali kali, sebagai tanda terimakasih atas apa yang sudah di dapatkan berupa rejekinya. Beda jauh dengan tuan lama sebagai orang dari pemilik sepatu sebelumnya.

“Terimakasih tuan, karena tuan sudah bisa membuat saya jadi betah berlama lama dengan kaki tuan. Walaupun saya berstatus barang bekas tapi tuan sudah bisa memperlakukan saya dengan amatlah baik, dengan wajar dan tidak melulu di bawa pada urusan dunia semata. saya juga bersukur karena saya sudah sering mendengarkan bagaimana tuan selalu merasa berkecukupan atas semua rejeki yang sudah di dapatnya. Di sela kesibukanya, rupanya tuan tidak pernah lupa untuk menyempatkan membasuh sebagian anggota tubuhnya dengan air wudhu, mensegerakan kewajibanya buat singgah ke masjid, selalu melafadzkan kalam kalam atas nama Tuhanmu, bahkan menyisakan sedikit rejekinya untuk di masukan ke kotak amal. Saya bahagia dan selalu ingin terus mendampingi tuan kemanapun tuan melangkah”.

Sepatu ini merasakan kenikmatan yang sebenarnya sebagaimana perlakuan dari sang pemiliknya yang sekarang.

*****
Jika saja sepatu itu bisa membantu, mungkin kita akan menjadi tahu apa saja yang harus di lakukan pada saat kita sedang lupa waktu, pada saat kita menjadi tidak tahu, pada saat kita kelebihan uang saku, pada saat kita selalu di sibukan dengan dunia yang semu, dan pada saat kita sedang mencari jati dirinya yang sedang berproses dengan waktu. Waktu di mana kita akan selalu dalam naungan ridho dan Petunjuk-Mu.


9 comments:

  1. andai saja sepatu seperti dalam catatan ini benar2 ada di dunia ini maka banyak org sadar tentang kesalahan nya.

    ReplyDelete
  2. andai sepatu bisa ngomong ya. saat dihisab nanti, mulut kita tidak bisa bicara tapi anggota tubuh kita yang akan bicara

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, di yaumul hisab kelak, ketika mulut terkunci, maka boleh jadi sang sepatu akan membantu sang kaki, menjadi saksi kemana saja si pemakainya melangkah, apa yang dilakukaknya, bersama siapa dan dengan tujuan apa.

      Satu pelajaran penting bahwa, jangan beranggapan bahwa karena tak punya mulut maka selamanya ia tak akan bicara. Di dunia tidak, tapi di akhirat kelak? Justru mulut kita yang akan terbungkang hingga semua fakta dibeberkan tanpa sedikitpun yang terlewat.

      Terima kasih pengingatnya.
      salam hangat untuk keluarga tercinta.

      Delete
  3. Alhamdulillah akhire sepatu itu nemu majikan yang bener yo Kang

    ReplyDelete
  4. sepatu,, hmmm... melihat tp tak bisa berkata ttg aktifitas seharian tuan nya,, tetapi ada loh yg selalu mendampingi manusia, sampai ia tidur (alias lebih dari pada sepatu),, kok ya masih ga ingat juga,,hmmmmmmmmm....

    ---
    oot : eh sob,, abis baca yg sepatu ga dicuci, sekarang jd ngingat2 nih,, kira2 kapan ya terakhir sepatu ku yg dibagasi motor di cuci? wkwkwkwk

    ReplyDelete
  5. kalau saya mungkin anting-anting karena itulah yg saya gunakan dalam 24 jam sejak saya menerimanya bahkan sebelum masuk SD. Kalau sepatu, jarang-jarang saya pakai sepatu...di ktr paling jk ada kepentingan keluar ktr br pake sepatu (lagi)..Thx for sharing..semoga kita bs lebih bijaksana dan aware

    ReplyDelete
  6. sungguh piawai cara mas Yayack menyampaikan artikel penuh makna ini... sebuah renungan yang serta merta membuka hati para pembacanya, akan kelalaian waktu yang telah terjadi selama ini.... trims atas sharingnya mas Yayack..

    Sukses selalu yaa...:)

    ReplyDelete
  7. sepatuku sudah di lem berkali2, #sayang sepatu #Loh?

    ReplyDelete
  8. nice yack... gak kepikiran sampai ke sepatu loh saya, hehehe.
    km jago yah nulis yg kayak gini, kl saya mah --"

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More