Antara Puas dan Tidak Puas, dan Film Negeri Lima Menara


Saya rasa sudah cukup banyak sekali orang orang pemerhati film yang secara sengaja membuat resensi atau mereview film yang sekarang sedang jadi bahan perbincangan banyak orang, yaitu film yang di angkat dari sebuah novel best seller yang mengambil judul yang sama. Negeri Lima Menara.

Dari kualitas, saya pun meyakini kalau film ini bakal menjadi nominasi sebagai film terbaik tahun ini. Film yang sebenarnya layak buat di tonton untuk semua kalangan, sekaligus Film yang cukup banyak di minati oleh para anak muda khususnya orang orang yang sudah pernah membaca buku serie novelnya.

Konon, kata sang sutradara sendiri kehadiran film ini katanya bisa memberikan atau menularkan semangat buat para siapa saja yang ingin meraih sukses. Melalui kalimat sakti man jadda wa jada, siapa yang bersungguh sungguh dia akan sukses. Dalam pesan isi filmnya sendiri kalimat sakti tersebut telah melecut semangat untuk seorang yang memerankan tokoh alif dan teman temanya ketika ustadz salman menyampaikan pesan pesanya dengan bahasa analogi sebilah pedang tumpul yang bisa mematahkan kayu dengan membutuhkan proses ber-sungguh sungguh. Tidak butuh yang tajam, tapi yang bersungguh sungguh, itulan inti isi dari pesan sakti dari ustadz salman kepada murid muridnya di dalam kelas pada sesi masuk belajar untuk yang pertama kalinya.



Ada banyak pesan moral yang bisa di ambil dari keseluruhan filmnya sendiri. Ada begitu banyak nilai kebersamaan, ada juga nilai nilai persahabatan yang sekarang dirasa mulai luntur bagi masarakat urban. Dari begitu banyaknya pujian yang tertuju pada film ini, namun ada sisi kekuranganya juga yang coba saya baca setelah selesai menonton filmnya tersebut. Dari semua film yang pernah menjadi pusat perhatian pemerhati film di negri ini, antara puas dan tidak puas-- tentunya ada saja sisi kekuranganya jika saja harus di compare dengan kebutuhan untuk memenuhi keutuhan versi novelnya. 


Ya, saya juga mungkin sadar, kalau novel dan film adalah dua Media seni yang berbeda. Sangatlah tidak adil jika harus membanding-bandingkan keduanya. Karena Novel bersandar pada imajinasi sebuah kata kata, Sementarafilm sendiri adalah karya seni audio visual yang kebanyakan lebih menitik beratkan menjual gambar. intinya tidak mudah untuk bisa menyamakan semua ekspetasi dan kepuasan penonton-- terlebih mereka yang sudah membaca novelnya yang barangkali sudah memunculkan dan tergiring dengan imajinasinya sendiri sendiri.

Setelah menonton filmnya, sebenarnya saya merasa cukup terpuaskan kalau pada akhirnya tokoh seorang alif di perankan dengan baik oleh akting pemain film muda pendatang baru yang sangat berbakat; Gazza Zubizaretha. Seperti halnya peran Baso juga, atau Dulmajid, Atang dan tiga teman lainya sebagai sohibul menara. Semuanya bisa memerankan dengan logat dan dialek daerah masing masing asal mereka berenam, sahabat berenam ini memainkan sebagai santri penghuni pondok pesantren dengan akting yang menurut saya sangatlah natural, apalagi di situ banyak adegan adegan yang menuntut mereka bermain lepas khas anak anak pesantren.

Terutama tokoh Baso Sholehudin yang di perankan billy sandi, semua penonton di bikin ketawa ngakak dengan peranya yang selalu menjadi bahan kejenakaan selama mereka berada di pondok madani. Salah satunya adalah ketika Baso dan enam teman lainya yang secara tidak di sengaja di pertemukan dengan sosok wanita yang sangat cantik, ia adalah Sarah sebagai keponakan kyai Rais. dan di tengah lima temanya melongo pertanda kagum sama kecantikan Sarah, Baso sendiri yang sengaja menutup dan memalingkan mukanya sambil berucap " Astaghfirullah ".

Dari karakter tokohnya, untuk peran alif juga saya kira sudah tepat dengan imajinasi saya sendiri. Dia lebih di fungsikan sebagai seorang yang cukup pintar, banyak diamnya, namun sesekali menjadi orang yang sangat di butuhkan buat teman temanya.

Keseluruhan dari film ini memang bagus, tapi tetep saja pada akhirnya saya menemukan penutup dari serangkaian film ini sedikit kurang sempurna. Alasanya jelas pas di ending film ini saya di bikin bingung sejenak ketika sosok alif tiba tiba di munculkan dalam tokoh yang sangat berbeda dalam bentuk fisik.

Yaitu, sesaat setelah adegan seni pementasan panggung ala ibnu batuta yang di perankan alif di aula pondok madani bersama teman temanya, sosok alif dan teman temanya yang tergabung sebagai sohibul menara tiba-tiba langsung di lemparkan dan terbawa pada situasi beberapa tahun kemudian. Seeting pun di lakukan langsung di Trafalgar square london inggris, di mana alif yang tidak pernah melepaskan kacamatanya tersebut sedang mengadakan reuni dengan tiga sahabat sohibul menara, yaitu bersama atang dan raja lubis kalau gak salah. tiganya lagi ada di jakarta yang kemudian enam sohibul menara yang sudah sukses tersebut di pertemukan lewat komunikasi melalui ponsel. peran alif pun berganti tokoh pemeranya, yang tadinya Gazza zubizaretha menjadi Ariyo wahab yang jelas jelas sangat beda dari segi karakter wajah. Mungkin alasan sutradara Affandi abdul rachman sendiri memilih ariyo wahab sebagai alif dewasa lebih di karenakan seorang ariyo wahab mirip dengan Ahmad Fuadi sebagai penulis bukunya sekaligus tokoh asli yang sedang di ceritakan dalam film tersebut.

Tokoh kharismatik pada sosok kyai rais juga saya menangkapnya kurang pas ketika lakon tersebut di percayakan pada aktor kawakan Ikang fawzi. Logat bicaranya yang tujuanya di bikin medok khas jawa timur malah jadi punya kesan sangat di paksakan, hasilnya tidak natural. Ikang juga, gak tahu saya menangkapnya kemungkinan terlalu muda dan kayaknya membawa pesan kurang punya wibawa di mata para santri-santrinya. Tidak tahu kalau penilaian dari orang lain sih, karena mungkin bayangan dari pembaca novelnya sendiri tentu punya imajinasi yang berbeda beda.

Dan satu lagi yang membuat saya merasa sangat janggal adalah ketika Randai sekaligus teman sekampung alif harus di percayakan pada sosok yang lebih kita kenal sebagai Saprul, bayangan saya tokoh randai adalah anaknya pendiem, goodlooking, cerdas dan tidaklah teramat lucu dan blo'on. Apalagi dari kelanjutan di buku ranah 3 warna sendiri justru sosok randai lah yang kemudian berhasil menaklukan perempuan idaman sahabatnya, yaitu Alif.

Secara keseluruhan sih lumayan bagus, bagian bagian penting dari isi buku novelnya semuanya terangkum di disini. hanya saja ada beberapa bagian terutama ending dari film ini yang menjadikan saya sebagai penonton kurang merasa terpuaskan, alias kurang greget. Kalau harus saya beri nilai cuma mau kasih 8 untuk film negeri lima menara dan 8,5 untuk film laskar pelangi.



37 comments:

  1. Replies
    1. ya, terimakasih sudah mau berkunjung disini. Salam :)

      Delete
  2. Terimakasih banyak tuk review filmnya ya?
    Aku jadi tahu siapa yg berperan sbg Kyai Rais dan Randai. Kalau pemerannya itu sih, menurutku memang kurang pas.
    Aku malah jadi heran, apa alasan pemilihan Ikang Fawzi dan Saprul ya?

    ReplyDelete
    Replies
    1. okay, mas ikang kalo dimata para penonton lain sya gak tau, tapi buat saya dia kurang kharismatik dan malah logat bicaranya terlalu di buat buat. Dan pemeran randai juga, haha gak pas apalagi disitu sengaja di buat seperti anak blo'on :D

      Terimakasih udah mau singgah disini, moga inet gak mati lagi ya mbaak :) salam

      Delete
  3. Memang antara novel dan film sangat berbeda. Itu makanya seringkali muncul kekecewaan karena filmnya tak sesuai dg harapan saat kita membaca novelnya.
    BTW, kapan ya aku bisa nonton film itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. mungkin kalau pembuatan film lahan waktunya lebih terbatas. Jadi kurang punya kebebasa nah kalau di novel sendiri mereka penulis novel bisa sebebas bebasnya dlm mengeluarkan semua imajinasinya. Mungkin itu salah satunya ya mbak.

      Kalo nonton, katanya smpe hari ini jg msh di puter :)

      Delete
  4. gara-gara review sampean Kang saya jadi penasaran dengan film ini.. tapi saya mau nonton dimana ya? #garuk-garuk kepala

    ReplyDelete
    Replies
    1. dulu sya juga sangat penasaran kang, yg pasti semua film pasti ada plus minusnya. Nonton nya di bioskop kang bukan di puncak semeru :D

      Terimakasih kang sudah meluangkan waktu buat berkunjung disini. Salam buat para pecinta alam.

      Delete
  5. Berbakat banget nih jadi penulis. Itu kok ada foto pak habibie?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih, berbakat atau tidak-- saya hanya sebatas buat sekedar memenuhi kebutuhan utk berbagi dengan banyak teman. Terimakasih ya sudah mau berkunjung kesini. Salam hangat :)

      Delete
    2. oia, kenapa ada foto pak habiebie? Itu si alif dan teman sekampungnya, randai keduanya punya cita2 pengen kaya pak habiebie. Makanya sewaktu alif belum masuk ke pondok madani dia sendiri sebelumnya punya tujuan utk bsa bersekolah Smu di bandung terus ke ITB.

      Delete
  6. Belum pernah baca novelnya sih sob, filmnya juga blm nonton, ane blm sempet ke bioskop sih, hehey jadi curhat.
    tp dari review ente kayanya ane jadi penasaran nih, okeh lah, siapain duit sama waktu nih, buat nonton nih film, thanks sob review nya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Jangan lupa bwa makanan dan minuman sendiri biar gak terlalu mahal hahaha okay makasih juga atas kunjunganya.

      Salam buat anak petualang :D

      Delete
  7. Saya juga udah nonton, Alhamdulillah.. sangat menikmati. Memang sebagai pembaca, kita udah punya imajinasi tersendiri ttg tokoh di N5M, dan terkaget2 dengan tokoh yang muncul di filmnya wajar jadinya hehehehe
    Reviewnya bagus :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. untuk enam sohibul menara sya anggap pas dgn imajinasi saya sewaktu baca bukunya, kalau randai gak :D

      Delete
  8. Walah, nasib saya sama seperti bang Stumon. Belum nonton, belum baca novelnya. :) Tapi penasaran nih... semoga masih tayang nih di bioskop.

    ReplyDelete
    Replies
    1. buruan bang, keburu tiketnya lebih murah hehe.. Terimakasih atas kunjunganya :)

      Delete
  9. Setujuuu kalo kyai Rais nya kurang berwibawa. Harusnya lebih tua, yang khas pak Kyai. Tapi ustadznya cakep cakeeepp. Yang main artis yang lagi booming semua. Sukaakk jadinya. Mau juga kalo jadi santrinya kalo gitu. Nyiahahaha :D

    mungkin yang bikin kaget dari perpindahan setting itu karena gak ada keterangannya kali yaa,. 10 tahun kemudian kah, ato apakahh.. ;)

    nice review. Aku sudah nonton tapi gak berminat untuk bikin reviewnya. hihi

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali, harusnya di ksh keterangan 10 atau 15 tahun kemudian biar kita yg nonton gak perlu loading dlu ini yg pke kacamata siapa yg punya logat sunda siapa. Sya bsa menangkap siapa itu alif cuma dari ciri kacamatanya doang dari karakter wajah sih beda jauh. Lah? Hehe tanya sutradara.

      kejadian penting yg hilang dari isi bukunya jg ada, saat pondok madani kemasukan pencuri :D

      Terimakasih ya sudah meluangkan waktunya buat mampir kesini :) salam popcorn

      Delete
    2. Yeah.. dan ada tambahan adegan yang sebenernya gak ada di buku :D

      Wahaha.. salam popcorn jugaaak :D

      Delete
  10. Habibieeeeeee! *melting*
    Saya sudah nonton dong, tapi belum baca bukunya
    kalau dr filmnya lumayan bikin saya bergetar *lebay*
    cuman itu, tanggung euy

    Salah besar kalau mau membandingkan antara film dan buku
    buku itu imajinasinya lebar, sesuai pembaca
    sementara film harus dibatasi dengan skenario, durasi dn kemampuan pemainnya.

    Tapi jempol deh buat postingan ini *senyum*

    ReplyDelete
    Replies
    1. syamatahari@:
      bergetar saat baso memperkenalkan dirinya sbg murid baru di depan teman2 lainya. " saya baso, dari gowa sulawesi selatan ". Sambil mengacunkan tanganya dgn senyum malu malu.

      Delete
  11. belum baca bukunya , belum nonton filmnya....wah parah ya mas hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Gapapa ko mbaak, msh ada waktu ko buat nonton filmnya :D

      Delete
  12. Subhanallah,
    Malam senin baru nonton juga film ini.
    Terkesan sama tokoh Baso :D

    Saya belum membaca novelnya, jadi tidak bisa membandingkan dengan film.

    Saya hanya menanyakan, konsep man jadda wa jadda untuk mencapai menara meraka masing2 tidak diceritakan, tiba2 saja mereka menjadi besar dan sudah sampai di menara mereka, tidak ada sekilaspun perjuangannya,

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah sama, saya juga paling suka sma tokoh baso hehe...

      Sepakat, ga ada ceritanya ttg seberapa hebatnya perjuangan para sohibul menara itu yg tau tau udah bsa meraih kesuksesanya masing2... Dibukunya juga kalau gak salah gak ada.

      Delete
  13. Kebetulan bgt kmrn jg aku nonton mas, yg paling aku suka peran dri baso orangnya lucu bgt. Trus aktingnya jg natural bgt ya.

    Tapi intinya sih ada beberpa dari sepanjang yg aku tonton setidaknya punya manfaat buat aku sndiri dlm pembeljaran ttg hidup. ya aku jg sma gak setuju dgn peran randai padahal dsitu jelas dia sndiri mau sekolah di ITB tpi dari sosok anaknya kaya anak kurang punya otak. hehe itu jg maaf mungkin adeganya di tuntut hrus seperti itu.

    Makasih ya, reviewnya lumayan mewakili isi dari filmnya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Baik novel maupun filmnya aku belum lihat keduanya, jadi penasaran kepingin ngeliat juga filmnya.
      Thank's atas reviewnya.

      Salam.. .

      Delete
    2. randai? kenapa harus di bikin kumel juga :D

      Delete
  14. hem ^^ man jadda wa jada
    ayo, sekarang giliran kita yang meraih mimpi XD

    ReplyDelete
    Replies
    1. insya Allah dgn man jadda wajada setidaknya kita punya semangat setiap harinya :)

      Delete
  15. Hmm. Saya belum menonton filmnya. Mungkin, membaca review-nya saja sudah cukup sepertinya. :D

    Salam.

    ReplyDelete
    Replies
    1. review saya kurang lengkap nih, harusnya kalau bsa ksh masukan :D terimakasih sudah mau mampir disini :)

      Delete
  16. belum nonton, masih sibuk... waaaah padahal pengen banget

    ReplyDelete
    Replies
    1. ohw, mungkin sibuk sama anak2 playgroup ya mbak hehe sukses deh .. Terimakasih mbak sudah berkunjung kesini :)

      Delete
  17. wah, saya belum bisa nonton, gak ada bioskop di tempat saya.

    gak rela bener kalo yang jadi Randai si Saprul. Soalnya dalam imajinasi saya Randai itu ganteng :D

    ReplyDelete
  18. secara keseluruhan saya lihat film ini bagus

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More