Lomba Lari Antara si Kaya dan si Miskin


Buat mempersiapkan lomba untuk keesokan harinya, si kaya tengah mempersiapkan segala sesuatunya. baik strategi, fisik, mental, bahkan suplemen sebagai penunjang dari tujuanya untuk bisa tetap bugar sebelum lomba itu di mulai. Si miskin juga sama, ia sudah mempersiapkan semuanya tak lain salah satunya adalah dengan berdoa supaya bisa selamat sampai tujuan, dan satu botol air putih-- dengan harapan air itu bisa memperpanjang nafasnya sebelum menyentuh garis finish.


Lomba adu kecepatan balap lari tersebut rencananya akan menempuh jarak 6 kilometer. dengan rute mengitari jalan raya yang mungkin bisa melewati semua sisi ruas kota yang tentunya akan di padati banyak pemukiman di sepanjang garis rute. Si kaya merasa yakin sekali dengan kondisi fisiknya untuk bisa menyentuh garis finish secepat mungkin agar nantinya bisa mengalahkan si miskin. Si miskin juga merasa yakin setelah memperbanyak doa kalau dirinya bisa menyelesaikan 5 kilometer-nya dengan selamat tanpa ada halangan berupa cidera atau apapun. dari target keduanya si miskin kelihatan tidak mempunyai beban-- artinya ia tidak sama sekali mengutamakan garis finish dulu.

KILOMETER PERTAMA
Dalam posisi sedikit menjongkok,Keduanya terlihat begitu serius dengan tatapan matanya yang mengisyaratkan bahwa perhelatan besar akan segera di mulai. Start di mulai! Si kaya dan si miskin masih punya posisi sejajar untuk mengayuh kedua kakinya dalam tempo langkah yang tidak begitu cepat. Keduanya sangat berhati hati sekali mengatur ritme ayunan kedua kakinya untuk menghindari keram ataupun cidera di awal awal lomba.

KILOMETER KEDUA
Si kaya sepertinya terlalu bernafsu untuk bisa segera menuntaskan 5 kilometernya dengan membangun taktik gerakan kaki secepat mungkin, akhirnya si miskin jauh tertinggal di belakang. Si miskin jauh lebih sabar, ia memilih lebih fokus pada pengaturan nafas supaya tidak terlalu boros dalam mengeluarkan tenaga. Sesekali keduanya meminum sambil memegang botol air minumnya masing-masing. Hanya saja si kaya lebih sering menenggak air minumnya karena sudah berada di depan yang sudah barang tentu mengeluarkan tenaga lebih banyak dari pada si miskin.

KILOMETER KETIGA
Ini separuh dari perjalanan, yang mengharuskan butuh kondisi fisik agar selalu tetap prima sebelum menyentuh garis finish. Si kaya yang pada umumnya mempunyai badan yang lebih tambun dari si miskin, pada separuh perjalanan menuju finishnya ia harus memperlambat gerakanya karena kehabisan tenaga akibat terlalu bernafsu yang mengakibatkan hilangnya sisa sisa tenaga simpanan. Si miskin lain lagi, ia lebih konsisten menyamaratakan gerakanya hingga menghasilkan irama yang sederhana dengan menghemat sisa-sisa tenaga yang pada akhirnya menghasilkan sebuah kondisi fisik yang tetap prima.

KILOMETER EMPAT
Semuanya, baik si kaya maupun si miskin seperti dalam posisi sedikit kehabisan tenaga, semua botol minumanya habis sejak di kilometer ketiga. Karena si kaya merasa membawa uang di kantongnya, ia lantas membeli minuman di pinggir jalan dengan harapan bisa memberi tenaga lebih untuk bisa membawanya menuju finish. Sifat jujur si kaya mulai terkikis habis akibat sulitnya mendapatkan suntikan tenaga baru, ia mencoba mengkonsumsi doping yang sebenarnya sangat di larang dalam event lomba apapun. Dalam urusan isi kantong, jelas Si miskin tidaklah sama dengan si kaya, kedua kaki saja nyaris cidera karena tidak memakai sepatu sama sekali. Tapi si miskin tetap berusaha mengatur langkahnya, tenaga dan semangatnya, ia juga mengedepankan sikap fairplay untuk jujur dengan semua aturan yang sudah di sepakati oleh pihak penyelenggara. imbas dari mencoba memilih beli minuman di tengah lomba, si kayapun akhirnya bisa di lewati oleh si miskin dengan begitu cepatnya. Alhasil si miskin pun jauh di depan meninggalkan si kaya yang lebih jauh terkuras tenaganya akibat terlalu bernafsu di awal awal lomba.

KILOMETER LIMA
Garakan si kaya mulai lamban jauh lebih lambat dari beberapa kilometer sebelumnya. Tidak ada yang bisa untuk dimintai pertolonganya agar bisa masuk garis finish lebih cepat, tidak terkecuali uang yang sudah di bawanya. Akibatnya si kaya merasa tertekan dan terintimidasi oleh target dan nafsunya sendiri, dan merasa semangat itu tiba tiba hilang karena sudah jauh tertinggal di belakang. Si miskin tetap pada kepercayaan dirinya untuk tetap fokus pada tujuanya kedepan, tidak terganggu oleh hal apapun. Ia sudah di atas angin dan terus menjaga konsentarsi dan mengatur semua tenaganya yang sudah terkuras habis. Ia masih tetap sabar karena sedari awal ia cuma punya tujuan untuk bisa selamat sampai garis finish.

KILOMETER ENAM (Terakhir)
mendekati akhir lomba menuju garis finish, si kaya rupanya mendapat suntikan semangat baru hasil suport dari beberapa temanya di pinggir jalan, “ ayoo si kaya.. Semangaaat, lebih cepat larinya "

Kenyataanya Si kaya tetaplah si kaya, kesombonganya membungkam semua porsi energinya, tubuh tambun nya menjadi semakin lambat akibat kelebihan mengkonsumsi obat doping. Alih alih perbuatan curangnya bisa menyuntikan tenaga baru lewat pengaruh efek doping, justru tenaganya sama sekali tidak bisa menyanggah beban berat tubuhnya--- dan pada akhirnya hanya menjadi sia-sia belaka. semuanya tidak ada yang bisa menolong untuk mengalahkan si miskin. si kaya akhirnya menangis dan terkapar di tengah jalan sebelum menyentuh garis finish yang sudah di tentukan sebagai tanda selesainya perlombaan. Si miskin lah yang pada akhirnya menyentuh garis finish lebih dulu. Ia langsung bersujud tanda syukur karena berhasil dan selamat sampai tujuan. Gagal total dan ini adalah di luar perkiraan saya. Si kaya mencoba berbicara menyesali dirinya sendiri.

Si miskin pun akhirnya mengukir sejarah baru sebagai pelari pertama di dunia yang bisa mengalahkan lawanya tergeletak di tengah lomba dengan kemenangan lewat cara unik alias KO, sekaligus mengukuhkan dirinya menggondol raihan medali emas. Pengalungan medali sendiri di lakukan oleh “surga” selaku pihak penyelenggara.

Setelah selesai prosesi pengalungan medali, seperti kebanyakan atlet idola publik lainya, si miskinpun menghadiri jumpa pers di tengah kerumunan banyak wartawan. Ia menceritakan semuanya tentang keberhasilanya meraih medali emas.

“ Pertama tama dan utamanya adalah, saya merasa sangat berterimakasih sekali atas dukungan dan doanya. Terutama buat bapak sabar, buat mbak istikomah, buat mbak jujur, serta buat bapak doa juga dan bapak percaya diri. karena pada dasarnya hasil peran dari mereka mereka-lah yang pada akhirnya bisa mengantarkan saya untuk duduk dan berdiri dengan medali ini. Saya bersukur bisa menjadi yang pertama walaupun pada awalnya saya hanya menargetkan bisa nyampai finish dengan selamat, Saya bisa berhasil menyentuh garis finish karena saya lebih mengutamakan kesabaran dalam menuju tujuan saya sendiri dari pada harus buru buru karena nafsu. Saya juga lebih mengutamakan fokus pada perjalanan lomba dari pada memikirkan hal lain yang justru punya tendensi mengganggu konsentrasi saya sendiri. Saya juga lebih memilih bersikap sportif dari pada harus pakai doping, yang justru berakibat terancam denda dan skorsing. Atau barangkali saya juga lebih berusaha untuk istikomah dalam setiap perjalanan perkilometernya, itupun sudah di buktikan sekarang-- karena saya hadir disini adalah bukti dari peran serta saya dalam mengedepankan sikap jujur, sabar, percaya diri dan istikomah. berkaca dari strategi saya sepanjang lomba kemarin, saya akan berusaha meng-aplikasikan-nya dalam kehidupan nyata saya kedepan. Terimakasih semuanya, terimakasih juga untuk dukungan dan doanya ”

Dari sepotong cerita sederhana di atas, walaupun itu fiksi, kiranya itu menjadi hal yang layak untuk di terapkan dalam bentang perjalanan hidup kita kedepan. Fungsi dan tujuan hidup yang kita tahu bagi kebanyakan orang adalah sukses dunia dan akhirat, walaupun itu susah. Tapi kalau bisa di kerucutkan pakai pakem prinsip yang lebih sederhana. Tak usah lah menjadi yang nomer satu, cukupkan strategi dan hati hati bagaimana nantinya diri ini bisa selamat dalam menuntaskan perjalanan hidupnya kelak.






(Fiksi, Renungan)

21 comments:

  1. sungguh inspiratif namun analoginya kurang tepat saja....
    :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah jadi sebuah masukan nih, terimakasih ya, makasih jg atas kunjunganya :)

      Delete
  2. betapa kita lupa akan pentingnya kata selamat, dan terlalu bernafsu dalam menggapai sebuah target, sehingga penyesalan menjadi akhir dari cerita nya:D

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalaupun pernah menyesal semoga penyesaln tsb nantinya bsa menjadi sebuah pelajaran.

      Delete
  3. tapi apa ketika si miskin sudah berubah jd si kaya akan berprilaku sama ketika dia miskin ya mas...hehe*kejauhan mikirnya

    mks kisah dan renungan inspiratifnya dan salam kenal kembali, izin follow yaaa

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga tidak, dan bsa belajar dari kemiskinan :)

      Delete
  4. tapi yg jadi pertanyaan, apa simiskin jika sdh menjadi si kaya akan tetAP BERPRILAKU sama ???
    nanyanya kejauhan ya mas.... hehehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. sebetulnya kita harus belajar dari pengalaman entah itu saat kita merasa berkecukupan ataupun belum mampu bersukur. Terimakasih buat kunjunganya :)

      Delete
  5. Benar tuh inspiratif skali tulisannya, gue suka.
    tapi alangkah bagusnya tidak mengatas namakan si kaya dan si miskin, seperti kurang ngena gituu..
    Mungkin lebih ke si sombong dan si sabar, soalnya keduanya sama2 kaya, yg satu kaya harta dan pemenangnya yg kaya hati yakni si sabar.. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat, mungkin saya pas nulis menitik beratkan pada kebanyakan dari sifat orang sudah merasa dirinya kaya. Yg banyak duit kadang bsa menghalalkan segala cara demi memnuhi nafsu kepentinganya sendiri.

      Terimakasih atas kunjunganya :)
      Salam.

      Delete
  6. orang kaya suka kebanyakan makan dan jarang gerak badan
    hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mas, udah beberapa bulan mumet terus sih :D

      Delete
  7. waah....fiksi yg penuh pesan moral.
    Smoga kita bs istiqomah melakukan sgl pekerjaan ato ibadah apapun dg ihlas, rendah hati serta jujur tentunya.
    Good job!

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga bsa bermanfaat :) terimakasih atas kunjunganya :)

      Delete
  8. pesan moralnya dalem... hehehe. tp analogi ini kalau di praktekkan sehari2 jg ada benarnya. kalo ada lomba lari seperti ini sebaiknya memang jgn tergesa2 pada awalnya. hehe..

    ReplyDelete
    Replies
    1. intinya kalo punya tujuan harus di atur sebisa mungkin agar tdk tersandung di tengah jalan hehe.. Begitu2 kira2 ya teh, makasih buat meluangkan waktunya kesini,

      Delete
  9. Jadi ingat satu episode upin ipin, yang lomba lari kancil vs. kura-kura yack :)
    kesombongan memang 'momok'
    Dan itu sangat dekat dg kehidupan kita

    ReplyDelete
    Replies
    1. semoga ada bahan bacaan yg bsa menyadarkan kita utk ttp hati2 pada segala bentuk kesombongan, salah satunya cerita dari ipin dan upin :D

      Delete
  10. Hmmm, bingung mau komentarnya :D

    Inget pakar2 motivasi yang selalu mengedepankan kalimat "Apa Anada ingin kaya?" Sepertinya, kaya itu menjadi sebuah "trend" Nggak kaya nggak keren hehehe Analisa ngawur ini...

    Tapi dari cerita fiksi ini, semoga nanti akan banyak orang yang awalnya miskin, kemudian menjadi kaya tapi sifatnya tetap pada kemiskinannya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. mbak anaz emang pinter kalo buat nambahin tulisan saya menjadi lengkap hehe.. Terimakasih udah mau berbagi disini mbak :D

      Delete
  11. cerita yg sangat bagus... pelajaran berharga yg harus diambil dari si miskin, agar kita semua dapat menjadi pemenang kehidupan sebagaimana si miskin.
    Proses... itulah yg harus dijalani setiap orang dg sabar dg diiringin doa dan ikhtiar yg tak kenal lelah. Dengan begitu keberhasilan dapat diraih bukan?

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More