Mendapatkan Yang Besar Bukan Berarti Harus Melupakan Yang Kecil



Kisah yang memunculkan cerita yang sudah lazim terbungkus oleh potret kehidupan sehari hari menghadirkan genggaman saya pada sebuah cerita yang di kisahkan teman lama di penghujung tahun kemarin. Tahun di mana masih menyisahkan suguhan tentang curamnya status sosial antara yang di untungkan oleh nasib yang baik dengan nasib yang berpihak pada kebalikanya. Sebuah potret nyata dari kemirisan di negri ini. Negri dimana kita yang kecil kadangkala menghadapi situasi hidup sendiri sendiri, tidak terkecuali apa yang di alami oleh teman dari serangkaian ceritanya tempo hari.

Dia seorang wanita, aslinya yang kalau boleh di bilang mempunyai latar belakang ekonomi keluarganya yang pas pasan. Ia juga sebenarnya lahir dari keluarga yang utuh dan lengkap pada awalnya, dan harus kehilangan seorang sosok ayah pada akhirnya. Bahasa lain dari seorang anak yatim yang di sandangnya semenjak usia kelas lima sekolah dasar. Usia dimana bagi sebagian bocah lain butuh akan bentuk perlakuan kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Melihat dari kondisi keluarganya yang tidak mencukupi dalam segala kebutuhan ekonomi, ia nampak punya naluri kedewasaanya hingga pada akhirnya ia sendiri lebih memilih membantu ibunya dari pada harus memforsir sisa waktu sepulang sekolahnya untuk bermain dengan teman sebaya. Mungkin bisa saya sematkan sebagai nama lain dari menjadi dewasa sebelum waktunya.

Walopun hidup di tengah kondisi yang seadanya (jauh dari kata kecukupan), lantas ia sendiri cenderung tidak pernah melupakan bentuk kewajibanya sebagai status seorang anak dari keadaan ibunya yang musti perlu di bantu. Di sisi lain ia juga butuh akan asupan materi pengetahuan berupa pendidikan sebagai hak dasar dari setiap bocah untuk kelanjutan guna mengintip masa depanya kelak.

Saking rajinya atau emang sudah punya basic dan bakat dalam memanfaatkan sifat kecerdasanya. Ia kemudian menjadi sukses sebagai pelajar dan mengantarkanya menjadi yang sukses di studi akademisi--yang kemudian di rekrut masuk di perusahaan asing di kota besar. Hingga pada akhirnya ia menikah dengan seorang dari negri sebrang yang kemungkinan hidup dalam kekurangan itu jauh dari kenyataan. Ibarat kata ia bisa di bilang sudah menjadi orang yang sukses walopun setumpuk materinya bukanlah sepenuhnya hasil dari jerih payahnya sendiri.

Singkat cerita, dengan di dera beragam masalah yang rumit nan berkepanjangan, kuatnya bangunan rumah tangga pada akhirnya tidak sebangun dengan apa yang sudah menjadi komitmenya di latar ikrar pernikahanya. Janji sehidup semati seolah hanya bentuk dari daya tawar dari masing masing pasangan. Jalan hidupnya Seolah mengikuti arus di mana roda selalu berputar mengikuti sumbu porosnya, Semuanya seolah terlempar ke pengulangan pengalaman kondisi masa lalu seperti nasib seorang ibunya.

Ia merasa JATUH kedalam kubangan yang dulu di anggapnya sebagai sebuah kesengsaraan. Ia pun di hadapkan untuk belajar dari pengalaman semasa kecil dulu bersama ibunya, Ia lantas tidak melupakan semua pesan di setiap pijakan kakinya berhari jari. Dulu semuanya di lalui dengan cukup nyali, yang pada akhirnya bisa di jalani dengan ketegaran dan kesabaran. Yang barangkali bisa menjadi sebuah proses pembelajaran hidup.

Dari secarik kisah sederhana di atas, ada satu pesan persembahan yang bisa di anut untuk sebuah pembelajaran di kemudian waktu. Mendapatkan yang besar bukan berati harus melupakan yang kecil, kalaupun pada saatnya nanti kita harus di pertemukan pada hal yang kecil, bukankah kita tidak pernah lupa bagaimana menyikapi dan menghadapi situasi yang dulu pernah di lakoninya dengan kesabaran dan kesadaran. Sadar akan titah hukum kamus hidup, bahwa dunia ini masih pada fungsinya untuk selalu berputar dan bergiliran.

Kadang sewaktu waktu kita ada di atas, kemudian bisa jadi harus tersungkur berada di bawah. kadang kita di gariskan menjadi besar, bukanlah tidak mungkin kalau separuh waktunya kelak kita harus menjadi yang kecil. Semuanya punya siklus hidup yang sudah di nubuatkan. Sesekali bisa mengambil pelajaran dari situasi yang nyata nyata pahit sekalipun.

Sepintas dari catatan ini, bukan tentang berapa banyak yang sudah ia dapatkan, tapi tentang dari mana awalnya hingga ia sudah bisa mendapatkan. sesekali bisa belajar jadi org kecil itu perlu dan itu adalah ilmu.




13 comments:

  1. yg sudah diatas jangan lupa lihat kebawah

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat buu, belajar jatuh kalo sewaktu waktu kita punya obat ketika harus jatuh dari tangga :)

      Delete
  2. orang besar atau pun kecil akan terasa besar jika memihak yang kecil :)
    asalkan ada rasa takut akan kebesaran Sang Pencipta, tantu pasti ada rasa sayang kepada siapa pun :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. setuju sekali sob hehe... tulisanya bsa melengkapi nih

      Delete
  3. Ibarat mengerjakan soal matematika, ketika kita sdh bisa mnegerjakan yg sulit maka soal-soal yg mudah tentu bisa kita hadapi.

    Berkali-kali di dera ujian hidup, besar dengan tempaan kesulitan, maka manakala sekali lagi putaran roda kehidupan mempertemukan pada posisi 'di bawah' lagi, setidaknya sudah ada bekal utk menghadapinya dengan lebih sabar dan ikhlas lagi..

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, kalo boleh melengkapi: pahit jg bermanfaat. artinya tdk selamanya harga sebuah pahit itu lbh murah dari pada yg manis karena biasanya kualitas dari yg pahit akan jauh lbh brmanfaat, contohnya jamuuu :D

      Delete
  4. hal kecil bisa menjadi besar dan sebaliknya, itu tandanya hidup terus berputar kan ... thanks sob :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. saya selalu meyakininya dari dulu mas, makanya kita bsa sama2 mengingatkan walopun lewat sebuah tulisan :))

      Delete
  5. tulisan yg menarik, menurut sy "besar" atau "kecil" hanya perspektif qt, penilaian qt sebagai makhluk karena selalu membandingkan dg apa yg ada di luar sana. kalopn ada masa qt jatuh, bukan berarti qt menjadi kecil, tp mungkin itu episode buat qt untuk bertumbuh menjadi pribadi yg lebih bersyukur

    salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. mendapatkan yg besar atau yg keci kesemuanya adalah titipan dan ujian, yg lbh penting bagaimana kita bsa memanfaatkan kapasitasa kita sendiri dgn apa yg sudah melekat pada diri kita.

      Delete
  6. Yang besar ada karena yang kecil... Jadi kalau lupa, berarti sudah siap jika sewaktu-waktu kembali kecil. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. harusnya sadar juga jika kita jadi kakek nenek kelak kita akan kembali seperti anak kecil...

      Delete
  7. kunjungan gan.,.
    bagi" motivasi.,.
    fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More