Kisah Sebatang Pensil



Si anak lelaki memandangi neneknya yang sedang menulis surat dan bertanya,

“ Apakah nenek sedang menulis cerita tentang kegiatan kita? Apakah cerita itu tentang aku?”

Sang nenek berhenti menulis surat dan berkata kepada cucunya.

“ Nenek memang sedang menulis tentang dirimu, sebenarnya tetapi ada yang lebih penting daripada kata-kata yang sedang nenek tulis, yakni pensil yang nenek gunakan. Mudah-mudahan kau menjadi seperti pensil ini, kalau kau sudah dewasa nanti. ”

Si anak lelaki merasa heran, diamat-amatinya pensil itu. Kelihatannya biasa saja.

“ Tapi pensil itu sama saja dengan pensil-pensil lain yang pernah kulihat! ”

“ Itu tergantung bagaimana kau memandang segala sesuatunya. Ada lima pokok penting dan kalau kau berhasil menerapkannya, kau akan senantiasa merasa damai dalam menjalani kehidupanmu.

Kau sanggup melakukan hal-hal besar, tetapi jangan pernah lupa ada tangan yang membimbing setiap langkahmu. Kita menyebutnya tangan TUHAN dan Dia selalu membimbing kita sesuai dengan kehendakNya.

Sesekali nenek mesti berhenti menulis, meraut pensil ini. Pensil ini akan merasa sakit sedikit, tetapi sesudahnya dia menjadi lebih tajam.

Begitu pula denganmu, kau harus belajar menanggung beberapa penderitaan dan kesedihan, sebab penderitaan dan kesedihan akan menjadikanmu orang yang lebih baik. Pensil ini tidak keberatan kalau kita menggunakan penghapus untuk menghapus kesalahan-kesalahan yang kita buat. Ini berarti, tidak apa-apa kalau kita memperbaiki sesuatu yang pernah kita lakukan. Kita tetap berada di jalan yang benar untuk menuju keadilan.

Yang paling penting sebenarnya pada sebatang pensil bukanlah bagian luarnya yang terbuat dari kayu, melainkan bahan grafit di dalamnya. Jadi, perhatikan selalu apa yang sedang berlangsung di dalam dirimu.

Akhirnya, pensil ini selalu meninggalkan bekas. Begitu pula apa yang kau lakukan. Kau harus tahu bahwa segala sesuatu yang kau lakukan dalam hidupmu akan meninggalkan bekas, maka berusahalah untuk menyadari hal tersebut dalam setiap tindakanmu.



Di salin dari buku Paulo Coelho, Seperti Sungai Yang Mengalir
Ilustrasi gambar dari sini
17 juni 2012 (YF)

21 comments:

  1. Ternyata bener juga ya, sejatinya kita musti banyak belajar dari apapun dan dari siapapun, bahkan dari hal yg terkecil sekalipun. termasuk dari sebatang pensil. TFS ya...

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, sebenernya apa yg sudah kita lihat pda dasarnya bsa memberi kita pelajaran :D

      Delete
  2. Yaa, kita bsa belajar Dari Pensil...
    Pensil tidak bisa dipakai kalau tidak diraut.
    Demikian halnya kita, kita harus senantiasa mempertajam dan mengasah diri. Pensil dipakai untuk menulis, bisa menulis hal-hal baik, bisa juga yang buruk. Tindakan baik atau buruk itu tergantung pada diri kita sebagai pelakunya. Kalau salah menulis dengan pensil bisa dihapus. Kalau kita membuat kesalahan, kita bisa segera menghapus dan menggantinya dengan yang lebih baik. Belajar dari kesalahan. Pensil tidak dilihat dari luarnya yang beragam rupa, tapi isinya yang menentukan.
    Demikian pula dengan kita, tidak dilihat dan dinilai dari penampakan luarnya namun dinilai karena hatinya. Pensil bisa dipakai menulis karena ada yang menggerakkan.
    Demikian halnya dengan kita, kita bergerak dan berbuat kebaikan karena ada Allah yang menggerakkan hati kita.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat mas, terimakasih sudah bsa berbagi disini sekaligus bsa melengkapi apa yg sudah saya tulis di atas :))

      Delete
  3. pelajaran yang bagus dari sebuah pensil

    ReplyDelete
  4. sebuah pembelajaran yang sangat berguna bagi kita semua. trims for share mas Yayack! :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih jg sudah mau mampir dimari :D

      Delete
  5. berarti intinya jadilah pensil
    jangan permen mint...

    ReplyDelete
    Replies
    1. emang kalo jadi permen mint gimana mas? Hehe..

      Delete
  6. bagus kisahnya...

    banyak pesannya..
    salam kenal...
    ditunggu follownya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Itu hasil buah pikiran dan renungan penulis hebat paulo coelho.. Salam kenal kembali, terimakasih :)

      Delete
  7. bukan terletak pada kayunya, tapi bahan grafit yang ada di dalamnya. Hmm.. semoga kita senantiasa meraut grafit itu agar menghasilkan tulisan yang indah.. Tapi awas jangan kencang-kencang merautnya Kang, bisa patah nantinya :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yang kenceng juga gapapa kang, biar lebih tajam :D kan tulisanya nantinya jadi tambah jelas :))

      Delete
  8. suka paragraf terakhirnya, akan selalu meninggalkan bekas..
    semoga apa saja yang kita tinggalkan adalah sesuatu yang baik... :)

    nice share ;)

    ReplyDelete
    Replies
    1. apa yg sudah kita tanam kita juga yang akan menuainya, mungkin pesan dari tulisan di atas adalah bagaimana supaya kita bsa berbuat baik utk sebuah tujuan yang mudah2an bisa menghasilkan yg baik pula.

      Delete
  9. Pesan 'pensil'nya begitu memikat :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. mudah2an kita bsa belajar dari pensil ya buu :)) semoga bermanfaat.

      Delete
  10. kunjungan gan .,.
    saat kau kehilangan arah ingatlah masih ada yang menolong mu
    dan tetap berdoa mengharap untuk menemukan jalanmu.,.
    di tunggu kunjungan balik.na gan.,.

    ReplyDelete
  11. sebatang pensil yang kita memetika pelajaran berharga darinya, hmmm.... luar biasa....

    ReplyDelete
  12. Belajar dari sebatang pensil disini =)

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More