Ramadhan Dan Pencarian

sumber gambar dari sini


Tilawah seruan bunyi bunyian isi Al-Quran sama gaungnya dengan canda tawa isi dari acara pengantar makan sahur di televisi. Sebuah fenomena yang barangkali tidak saya temui pada bulan bulan Ramadhan sebelumnya. Entah kali ini saya menyikapinya sebagai sebuah hal yang wajar atau tidak, hati kecil saya memaksa untuk berkata tidak setuju dengan hal itu. Bukan karena saya tidak suka pada acara-acara yang berbau komedi, tapi ini nama lain dari bentuk sikap saya yang barangkali punya kesamaan dengan apa yang ada di pikiran banyak orang.

Media itu bisnis, makanya harus tampil manis. adakalanya mereka harus menyampaikan sesuatu yang sifatnya mengajak pemirsa atau umat lewat acara acara yang sengaja menggandeng para ustadz lewat penyampaian isi dakwahnya, adakalanya mereka juga harus mencari keuntungan dari acara yang sudah mereka kemas dengan semua ongkos persiapanya. Meski hanya sebatas tausiyah yang sudah berulangkali mereka sampaikan dari panggung yang satu beranjak ke panggung media yang lainya. Meskipun saya menganggapnya sebagai sesuatu yang tidak salah.

Buat prepare makan sahur, kemarin malam saya sengaja setting jam 03.00 untuk bsa bangun lebih awal dari biasanya. Sengaja untuk tidak makan lebih dulu-- saya tidak langsung buru buru nyalain TV, masih di tempat tidur. Lebih punya tujuan Membayangkan kalau saja malam itu para ribuan malaikat sudah hadir di kamar saya dengan semua tugas dan atribut putih putihnya. Siap mencatat apa apa yang sudah dan akan saya lakukan lewat peran dari semua anggota tubuh saya. Mata, mulut, telinga dan hati saya sudah di manfaatkan untuk apa. Membayangkan kalau malam itu di kisahkan sebagai malam Lailatul Qodar. Jika iya maka itu sebuah keberuntungan.

Sebagai manusia biasa, saya tidak cukup punya kemampuan untuk sekedar bisa mengetahui malam itu adalah malam seribu bulan atau bukan, meskipun tanda tandanya sudah banyak tertuliskan dalam AL-Quran. Cukupkan untuk 10 malam terakhir bulan Ramadhan, saya menganganggapnya sebagai malam Lailatul Qaddar, itu saja dulu yang mudah mudahan dari 10 malam terakhir itu pada akhirnya saya sudah mengisinya dengan sesuatu yang punya manfaat yang berbuah nilai pahala. Sangat di sayangkan jika janji Tuhan yang terus di gaungkan beribu ribu kali dan beribu ribu nilai kebesaranya lantas tidak saya manfaatkan sepenuhnya. Apalagi jika sampai tidak memikirkan sama sekali. Barangkali sebuah hal yang sangat merugikan.

Jam empat kurang, barulah saya bersiap makan sahur. Tidak biasanya saya makan sambil nonton TV, spontan tangan saya pegang remote buat pilih chanel secara random, dari satu chanel berpindah ke chanel yang lainya dengan beragam sajian dan kemasan acara. Sebuah kebetulan atau memang sudah menjadi komoditi media untuk meraup keuntungan, atau budaya baru untuk meningkatkan ratting sebuah acara?; acara yang mereka hadirkan hampir semuanya mengambil tema komedi dan lawak, jauh dari sisi di mana saya bisa sungguh sungguh mau mengambil hikmah dari yang sudah mereka bagikan dan di sampaikan. di satu sisi para penceramah agama yg tampil di TV mengajak kita untuk menghidupkan 10 malam terakhir bulan Ramadhan, di sisi lain pada stasiun televisi yg sama dengan gegap gempitanya menghidupkan sepertiga malam dengan acara lakon jenaka yang kering akan makna. Ah, mungkin itu bagian dari hak dan tujuan mereka mau mengemas sesi acaranya kaya gimana. Toh kalau saya kurang suka ada baiknya TV itu di matikan dan kembali ke ruang dimana saya bisa tahu apa yang harus saya kerjakan sesuai porsi saya sendiri sebagai manusia di hadapan Tuhan.

Untuk sisa 30 menit menemui waktu shubuh, cukup di isi dengan ritual menghitung biji bijian buat memastikan jumlah sisa sisa dzikir yang belum genap saya khatamkan. Insya Allah, jikapun doa dan permohonan saya belum di terima dan masih menggantung di hulu langit, cukup kelegaan rasa dan ketentraman hati menjadi awal dari usaha kedekatan saya sebagai hamba dengan Tuhanya. Jika itu sudah merasa perlu untuk di kerjakan di setiap harinya, itu adalah kabar baik. Pun niat ibadah ada baiknya sudah menjadi sebuah kebutuhan. Mudah mudahanan..



6 comments:

  1. aku malah jarang tidur nunggu saur
    alarm kadang ga efektif
    alarm bunyi tapi tetep aja ngorok

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah, mungkin ada aktifitas lain kali ya, ngogrob dlu mungkin? hehe.. kalo gak bangun2 mudu di tabok pke sendok :))

      Delete
  2. Setiap muslim mendamba berjumpa dengan malam seribu bulan, tapi hanya sedikit yang menyadari dan mengisinya dengan amalan yang Allah senangi. semoga kita termasuk yang sedikit itu. Amin, ya Rabb.

    ReplyDelete
    Replies
    1. amiin mas hehe... malam2 tsb biasanya lbh di sibukan utk mudik :D

      Delete
  3. salam kenal

    kunjungan perdana

    ditunggu followbaknya ya

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More