-- Sang Pembeli Hujan --
Satu, dua atau tiga bulan terakhir. Rasa pada penantian itu seolah menjadi makin jauh dari ribuan tentang harapan. Jauh dari yang terus kami doakan untuk beberapa bulan. Dari rindu akan aroma tanah yang basah, dari kekeringan yang tak kunjung di tamu hujan, dari kepanasan yang sukar untuk menjadi kesyukuran, dan dari firman firman Tuhan yang terasa sulit untuk di artikan. Biarkan pesan lewat mendung itu menjadi munculnya setitik harapan akan segera datangnya turun hujan.
Lewat hujan, Tuhan seperti sedang menterjemahkan dengan tangan dan cara Tuhan sendiri. Melalui pesan pesan magisnya lewat kejadian di perankan alam, yang mengharuskan hamba seperti kita untuk menjadi lebih tergerak memunculkan upaya untuk berpikir, lalu mensyukuri apa yang sudah di tetapkan. Jikapun ada yang tidak menjadi halal untuk bisa di laksanakan, sejatinya-- Tuhan akan membuka ruang lain yang menggiring kita untuk mencarinya di ladang lain. Bukan memangku tangan dengan segudang harapan.
Seperti pada sebuah penantian tentang kapan itu hujan? Yang tak pernah mau memberi tahu kapan ia akan datang, yang tak pernah minta izin kapan ia akan pamit dari langit-- menyambangi bumi.
Kapan datangnya hujan? sebegitu rindukah bumi ini akan siraman makna sederhanamu yang sedang membagi peran? Biarkan awan awan itu sedang bekerja untuk di bagi esok hari. jika saja esok harinya lagi-- hujan ternyata bisa menyapa, itu adalah jawaban dari sang pembeli hujan, Yang membayarnya dengan sebentuk doa dan harapan.
gambar dari google
setelah hujan datang, hmm... terbayarkan sudah :)
ReplyDeletebebrapa daerah sdh turun hujan lho? Jogya katanya sdh beberapa hari hujan...
ReplyDeleteMeski hujan tak pernah pamit saat dia berhenti menyirami bumi..
Atau tak pernh memberitahu kapan akan datang lagi..
Tapi hujan adalah lambang kesetiaan karena esensinya ttp hadir meski jejaknya meniris dipermukaan
Di Malaysia udah musim ujan :)
ReplyDeleteApa kabar, sahabat?
Jadi mau pesen kaos size apah? :P
sekarang masuk musim penghujan
ReplyDelete