Tentang Sebuah Perjalanan


___________________

Untuk sebagian orang yang pernah melakukan perjalanan wisata religinya, ada kemungkinan pernah berziarah ke makam Sunan Muria jika saja tujuan dari perjalanan ziarahnya adalah para Wali Songo. Untuk tepat sampai ke area pemakaman Sunan Muria yang berlokasi di atas perbukitan, para peziarah di harapkan menyimpan sekumpulan tenaganya guna melewati perjalanan yang cukup melelahkan, karena para peziarah harus menaiki sekaligus melewati ratusan anak tangga yang punya jarak kurang lebih 500 meter.

 Sebenarnya untuk bisa sampai ke atas, para peziarah tidak harus memakai perjalanan lewat beberapa anak tangga. Ada juga sebagian para peziarah lain yang sengaja memakai jasa tukang ojek dengan ongkos kurang dari 10 ribu rupiah yang hanya memakan waktu kurang dari 15 menit untuk bisa sampai ke sana. Tempat dimana para peziarah mengkhusyukan dirinya masing masing dengan meninggalkan dan menanggalkan semua atribut dunianya.

Saya pernah dua kali berziarah ke makam Sunan Muria. untuk bisa sampai ke atas dua duanya saya sengaja memilih perjalanan lewat rute jalan kaki menaiki banyak anak tangga. Lebih pada mencari sensasi bagaimana bisa naik sampai ke atas seperti yang sudah di lakukan ribuan peziarah lain. Katanya lagi, untuk bisa sampai keatas--konon berjalan kaki akan lebih mendapatkan barokah di bandingkan jika harus memakai jasa layanan ojek.

Di ziarah pertama: pada perjalanan pertama kalinya saya bisa sampai ke atas, saya selalu menyamakan langkah para peziarah lain yang sudah lebih dulu mengambil start lebih awal. Saya jadi lebih egois, karena saya menuntut terlalu banyak dari kemampuan tubuh saya sendiri. Setelahnya sampai di atas, saya sedikit di repotkan dengan ketidaknyamanan karena kondisi fisik yang melelahkan. Kedua kaki mengalami pegal pegal. Mungkin itu akibat dari keputusan saya untuk mengikuti ritme dari perjalanan para peziarah lain dalam menghabiskan beberapa anak tangga untuk sampai bisa ke atas.

Pada kesempatan lain, saat dimana saya berziarah ke makan Sunan Muria untuk yang kedua kalinya. Saya mencoba " mengubah " ritme dari perjalanan saya untuk bisa sampai ke atas. Tidak lagi menyamakan langkah para peziarah lain, tidak lagi mengikuti apa yang yang menjadi kebutuhan dari ego saya sendiri. di setengahnya perjalanan, kadang saya menyempatan duduk duduk seorang diri untuk melemaskan ketegangan pada otot kaki. Tidak lagi terburu buru untuk bisa sampai ke atas. Tujuanya lebih pada belajar bagaimana bisa sampai ke tempat tujuan tanpa merasakan kelelahan yang sangat.

Setelah saya lebih menghormati ritme saya sendiri, atau tidak lagi menyamakan langkah para peziarah lain, pada akhirnya saya bisa melewati ratusan anak tangga tanpa merasakan kelelahan. Begitupun ketika harus menuruni anak tangga. Sejak saat itu saya menerapkan cara seperti ini dalam segala hal, termasuk dalam perjalanan hidup saya sendiri: saya lebih percaya pada cara cara saya sendiri. Tidak harus ingin menjadi seperti orang lain.




Gambar dari google

16 comments:

  1. Hehehe, selow aja ya...
    Aku jadi pengen ke makamnya Muria T.T
    Banyak yang minta2 gak di sana?

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalo di area pemakaman sunan muria kayaknya gak ada yg minta2, ada juga sedikit. beda sama yg di sunan gunung djati banyak anak2 kecil yg narikin baju minta uang.

      Delete

  2. Selamat sore sahabat.
    Terima kasih atas artikelnya yang menarik dan inspiratif

    Jangan lupa mengikuti kontes Unggulan Indonesia Bersatu lho ya. Klik saja : http://tamanblogger.com/blogging/konteskuis/kontes-unggulan-indonesia-bersatu-cara-mencegah-dan-menanggulangi-tawuran

    Terima kasih.

    Salam hangat dari Surabaya

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih atas kunjunganya dan terimakasih juga atas informasinya, mudah2an kalo ada waktu sya mo ikut berpartisipasi hehe

      Delete
  3. Ojo balapan Kang, nanti kesel dewe loh hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. jangan banyak2 kesel uncle :)

      Delete
    2. iya, nyantai aja kang.. itu tips hasil dari pengalaman :)) salam buat anak2 jember

      Delete
  4. dengan cara sendiri, rasanya lebih enjoy, Mas...

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul mas, kita tidak harus fokus pada apa yg sedang di jalankan oleh orang lain.

      Delete
  5. hmmm,,, perjalanan,,, menapak setapak demi setapak, dinikmati dipahami makna nya,,ambil hikmahnya,,, keep smile,,hehehe

    oot : soal iklan di CH itu aku ngikuti saran sahabat blog saja,, ga terlalu mempengaruhi hanya klo dapat uang receh dari si mbah ya bonus toh,,wkwkwkwk

    ReplyDelete
    Replies
    1. step by step, alon alon asal kelakon ya mbaak :D

      lah kalo bonus sering2 kan lumayan juga toh :p

      Delete
  6. Keren banget...suatu hari juga gua harus ke sana ;p

    ReplyDelete
  7. Sepakat dan sependapat, Kang. Boleh saja kita melirik pada orang lain, untuk mendapatkan inspirasi positif dari mereka, tapi tidak kemudian mengharuskan kita seperti orang lain. Menjadi diri sendiri, menurut saya lebih baik.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mas, porsi dari kemampuan seseorang itu beda2. terimakasih sudah melengkapi :)) salam buat sabila, moga jadi anak yg solehah..

      Delete
  8. Jujur saya belum pernah kesana semoga suatu saat nanti bisa berziarah kesana aamiin ya Allah..

    Blogger Ku | Area Infoku

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More