Dari Bumi Yang Mencoba Untuk Menjadi Langit



Saat pagi belum genap menghadirkan sinar mataharinya dengan sempurna, pagi itu mendadak seperti di siangkan oleh sepasukan mendung yang memanggil hujan untuk segera turun. Nyata saja, tidak beberapa lama kemudian hujan kecilpun menyambangi tanah bumi untuk yang keduakalinya sejak musim panas tahun ini. Saking terlalu sibuknya untuk mengamati hujan yang kelihatan tidak biasa itu, tidak tahu kalau beberapa menit yang lalu muncul pesan masuk dari nomor seorang teman.

 Pada awalnya hanya tulisan pesan singkat ringan, yang kemudian terasa berat untuk di terjemahkan. Atau hanya perlu waktu untuk bisa di jelaskan. Ah, rupanya saya hanya termakan oleh sebuah tulisan. Sebuah tulisan SMS dari teman yang mengajak saya untuk tergiring pada sebuah link untuk segera di baca hari itu juga. Tidak butuh lama membangun waktu jeda untuk terhubung dengan alam dunia maya, di situ sudah tertuang sebuah tulisan dalam format artikel berdurasi panjang untuk di baca. Di situ seperti sedang menjelaskan; tentang keberhasilan seseorang dari titik nol sampai menjadi seorang yang sangatlah sukses.

 Ia berjuang "sendirian" dari nol, dari bukan siapa siapa hingga menjadi orang yang di nilai orang lain begitu luar biasa. Begitulah sekilas Kutipan pertama dari pembuka sebuah tulisan. Seperti sedang menjelaskan bagaimana kesuksesan dia di bangun dan di dapat atas kemampuan dia sendiri, tanpa mampu mengingat dan memungut jasa dan rasa terimakasihnya pada orang orang sekitar, orang yang dulu pernah membesarkanya, orang orang yang dulu pernah memberikan jasanya--walopun tidak terlihat dalam sekumpulan ingatanya. 

Seperti bumi yang mencoba untuk menjadi langit, hal yang tidak mungkin bisa di artikan dengan akal sehat manusia. Keduanya adalah satu paket suguhan alam yang di pesankan oleh Tuhan. Seperti halnya air hujan yang harus turun menyambangi bumi. Begitu juga dengan kodrat manusia. Kita tidak mungkin bisa berdiri hari ini dengan sendirinya, tanpa mampu melibatkan orang orang dekat. orang orang yang dulu pernah punya segudang jasa, orang orang yang mungkin dulu membangunkan saat ia jatuh. Saat ia butuh dua sayap untuk tumbuh menjadi dewasa. Ia seperti belum mampu menterjemahkan bagaimana berterimakasih pada Tuhan. Seperti belum mampu merasakan bagaimana dan dimana Tuhan punya tangan, punya peran dan punya segala ketetapan.







 YF/RP Gambar dari sini

8 comments:

  1. kalau sudah terjebak pada urusan duniawi, kadang kita selalu lupa pada apa yg seharusnya kita ingat. di atas langit msh ada langit. jangan sampai kita menjadi sombong diri!

    ReplyDelete
    Replies
    1. terimakasih sudah menambahkan dlm pesan mengingatkan. terimakasih :))

      Delete
  2. nice share,,, menjadi sebuah keharusan utk sadar diri.. bahwa aku hidup tdk berdiri sendiri. bumi dan langit punya tugasnya masing msing dan keduanya bsa saling melengkapi utk sebuah misi tuhan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. sepakat dan sependapat sob, sekalipun kita sudah merasa ada di atas. tentu ada saatnya kita bsa mencari kemungkinan2 kalo pada saatnya nanti kita akan kembali ke bawah.

      Delete
  3. Kehidupan itu bagaikan roda, pasti berputar, kadang diatas kadang juga dibawah.... sebagai manusia, kita harus siap berada dalam posisi apapun. Dan tetap menyadari semua perputaran itu adalah takdir Illahi. Maka jangan terlalu senang apabila berada diatas, dan juga jangan terlalu bersedih ketika berada dibawah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali mbaak, mudah2an kita selalu merasa ingat dimanapun kita berada. entah itu ketika lagi ada di atas begitu juga sebaliknya.

      Delete
  4. maju terus pantang kabur anti mundur..

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More