Kurang lebih empat tahun silam saat saya hendak pulang dari acara kopdar akbar. Waktu itu jam 8 malam Saya sengaja memanfaatkan bus untuk perjalanan pulang satu setengah jam menuju rumah. Itupun Kalau tidak kena macet atau halangan apapun. Di niatkan untuk sekalian bisa istirahat selama perjalanan barada di dalam mobil.
Di separuh perjalanan, mata saya seperti terlalu sibuk untuk sekedar bisa menahan ngantuk, telinga saya pun ikut di sibukan dengan suara suara para pengamen dan penjual jajanan di dalam mobil. Di tengah rasa ngantuk saya yang teramat sangat, mata saya mendadak lebar ketika salah satu pemuda menawarkan kesediaan saya untuk mau memberikan uang receh atau tidak. Upah mereka bernyanyi. Saya menangkap pesan dari kejadian di dalam mobil__ dari awal mula di nilai cukup mengganggu. Nyanyinya gak jelas, musiknya cuma modal kecrek tutup botol dan gitar kecil seadanya. Dan ada kesan lebih menyanyikan pesan gelandangan dari pada lagunya. Jelas tidak nyaman untuk lama lama terdengar di telinga. Apalagi ketika sudah mampir persis di belakang kursi dimana saya duduk dan mengantuk.
Saat setelahnya mereka meminta upah di setiap para penumpang bus. Saya pun kepaksa hanya bisa mengambil uang seadanya. Lima ratus rupiah! Itu yang hanya bisa saya kasihkan, tidak ada yang lain kecuali uang yang harus saya simpan. Dua pengamen cuma bisa melihat dan menerima sebentar uang tadi, awalnya hanya diam sembari sesekali mengamati uang koin tersebut. Menolak secara halus dengan bahasa tubuh. Yang kemudian berujung pada sikap penolakan keras pemberian saya tadi sambil memohon mohon untuk meminta agar mendapatkan yang lebih. Seperti ada pemaksaan. Saya hanya bisa minta maaf karena uang saya tidak ada lagi untuk bisa saya kasihkan. Dengan perasaan kecewa ia pun lantas mengembalikan uang pemberian saya tadi sambil melontarkan yang seharusnya tidak perlu di ucapkan. Segini sih belum dapat buat beli rokok satu batang mas! kalimat itu yang mampir di telinga saya dengan nada jelas.
Lima ratus rupiah, setidaknya mereka tidak tahu kalau uang sekecil itu akan bernilai besar jika di " kalikan " dengan banyak kesukuran. Setelahnya dua pengamen tadi turun dari mobil yang saya tumpangi, saya hanya bisa mengambil pesan dari kejadian tadi. Betapa mereka tidak tahu yang namanya rejeki itu kiranya tidak bisa di tawar dan di pesankan. Kalaupun kecil berarti harus ada usaha lebih untuk bisa di kumpulkan yang kemudian menjadi bernilai besar. Kalaupun besar berarti rejeki itu sedang berpihak buat orang yang tepat.
Selang beberapa menit kemudian muncul lagi empat pengamen dengan membawa peralatanya masing masing. Untuk sebuah peran mereka masing masing. Mereka mereka seperti terlalu sibuk dengan barang bawaanya. Lebih mirip di sebut sebagai dalang marawisan. Ada yang bawa rebana, seruling, gitar dan semuanya menjadi nyaman untuk lama lama di dengar ketika saat itu juga mereka kompak bernyanyi bersama. Di tambah lagi dengan gaya nyanyinya yang lebih mirip dengan suara penyanyi asli. sampai sampai tetangga kursi di depan saya minta satu lagu lagi untuk menyambung lagu yang pertama. Jelas mereka akan di bayar lebih. Itu adalah rejeki lebih buat mereka, dan rejeki buat orang orang yang tepat. Ini juga sekaligus rejeki buat saya, karena bisa menikmati suguhan sebuah lagu di atas bus hanya dengan lima ratus rupiah saja. Rasa syukurpun kian bertambah ketika mereka-- para pengamen dengan senang hati menerima uang lima ratus rupiah hasil dari pemberian saya. tidak seperti dua pengamen pertama tadi.
Gambar dari google
kadang rasa syukur adalah cara menikmati rejeki..
ReplyDelete:)
sepakat, sekecil apapun kalo di terima dgn rasa sukur_rejeki itu akan kembali pada waktu yg tepat. semoga mass :)
Deletebetul skli. bersyukur dan selalu bersyukur.
ReplyDeleteqt kadang lupa bahwa hal2 kecilpun juga sebuah kesyukuran. amunisi paling tokcer untuk hati damai.
sampai hari ini kita msh bsa di pertemukan lewat tulisan pun adalah nama lain dari sebuah kesukuran. mudah2an selalu ada ukhuwah dan kesempatan utk silaturahmi.
DeleteAssalamu'alaikum Kang
ReplyDeletemasih banyak kita temukan orang yang menilai rejeki yang diterima dari segi jumlah. Padahal yang sedikit kalo kita teruma dengan rasa syukur, Insya Alloh barokahnya melebihi apapun
salam silaturahim dari Blitar Kang
semoga kita menjadi bagian dari orang orang yg selalu bersukur dalam hal apapun. terimakasih kang. salam balik dari indramayu hehe
Deletesemoga mereka bisa sadar..
ReplyDeleteDan tau mana yg harus bisa di terima dan mana yg bukan haknya. semoga!
DeleteAssalamua'alaikum mas....numpang ngamen heheheh
ReplyDeletedikasi senyum jg gpp lah,,,:D
hehee wassalam mbaak, silahkan duduk yg rapih gak nyanyi jg sya akan kasih sekuntum senyum :)
Deletesaya juga pernah bertemu dengan pengemis yang seperti itu.
ReplyDeleteketika saya kasih uang 50 rupiah,
koin itu langsung dibuang ke muka saya.
padahal, setiap hari dia teratur lewat, meminta minta di sepanjang jalan rumah kami, dengan jam yang sama. dan setiap hari saya selaluu kasih minimal 200 lah... kadang 500 juga
subhanallaaah... betapa kurang bersyukurnya yaa
mungin mereka mereka pada lupa dengan apa yg sudah mereka lakukan dengan kesadaranya sendiri. mungkin pengalaman yg lbh pahit kayaknya hehe
Deleteterkadang nilai sebuah kesykuran seseorang dilihat dari apa yang terima & berikan ya mas :)
ReplyDeletesepakat maas :))
Deletebanyak pelajaran berharga bisa kita petik dari sebuah kejadian, termasuk yang tidak mengenakan sekalipun, salah satunya dari kisah pengamen di atas. Dari dialah kita semestinya belajar bagaimana bersyukur yang semestinya. terima kasih atas pengingatnya, Mas.
ReplyDeleteminimal kita untuk bsa lebih peka terhadap kejadian apapun, ya termasuk pada pengalaman yg tdk mengenakan sekalipun. terimakasih sudah mau mampir disini :) salam
Delete"RASA SYUKUR" itu adalah anugrah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada umatnya, dan tidak semua manusia di hadiahi oleh anugerah tersebut.
ReplyDeletebetul, maka bersukurlah atas semua yg sudah dan yg akan kita dapat tentunya. makasih... salam
DeleteSaya juga pernah mengalami hal serupa, malah parahnya, uang tersebut dilemparkan kembali ke saya,.. Dan yang saya rasakan hanya shock berat!!!
ReplyDeleteSetelah itu tidak berani lagi memberi uang receh, kalau yang tersisa hanya uang receh, saya lebih memilih tidak memberi apa-apa, daripada harus mengalami shock lagi. Karena hal itu memang benar-benar mengganggu,..
Anyway, saya juga suka dengan pengamen tipe ke dua. Mereka benar-benar menghibur, dan jadinya kita, sebagai penumpang, tidak segan-segan untuk memberi lebih atas kinerja mereka. :D
mungkin jaman sekarang, kebanyakan pengamen dan pengemis rupanya sudah punya target tertentu dlm mencari pendapatan perharinya. sehingga ada tindak setengah pemaksaan. malah pengemis maunya uang alias tdk mau kalau di kasih makanan hehe...
Deletewah,,wah,, rugi sekali pengamen yang menolak uang lima ratus tadi,, padahal itu rezeki yg Allah beri tuk mereka,, hmmmm,,,
ReplyDeletemungkin mereka menilai suaranya lebih mahal dari pada krisdayanti kali hehe..
Deletesetuju paman,,bersyukur akan membuat hidup bahagia..
ReplyDeleteinsya Allah kang :D
Deleterupanya tidak hanya saya yg mengalami kejadian serupa. betapa mereka tdk sadar apa yg sudah mereka lakukan. terlalu menuntut dan terlalu memaksa. tdk hanya pengamen, ada juga pengemis yg memang sudah punya target tertentu dengan pendapatan perharinya. hehe...
ReplyDeleteMalem sobat..
ReplyDeleteWaw nice post..
Yang post sebelum nya juga bagus tapi ini lebih baik dari yang lalu..:)
terus berkarya ya..
Haha..:D
oh ya mampir juga ya ke my blog..:)
Aku udah jarang kasih duit ke pengamen, apalagi kalau nyanyinya nyindir2 byuhhhhh tambah males.
ReplyDeleteTapi kalo nyanyinya bagus apalagi kalau afa yang bawa biola saya kasih :)
Kejadian yg persis pernah isun alami :D
ReplyDelete