Lepas dari semua hiruk pikuk dan nuansa khidmat Ramadhan dan Lebaran tahun sekarang, rasanya terselip ada perasaan sepi yang mengambang, entahlah... Dan, di tinggal beberapa sodara dan teman untuk pulang ke tempat rutinitasnya masing masing adalah memperlengkap kesepian berikutnya.
Itu adalah hal biasa yang kerap menjadi kebiasaan kami pada tiap tahunya, selalu saja ada yang hilang dan datang. Entah itu sodara, teman, kenalan ataupun tetangga rumah sebelahan. Semuanya punya cara dan jalanya sendiri sendiri dalam melanjutkan jalan hidupnya masing masing. Ada yang balik ke tanah rantaunya, ada yang mencoba untuk pertamakalinya pergi dari rumah untuk mengadu nasib ke tanah jakarta, ada yang harus pergi jauh untuk melanjutkan studinya, ada juga yang sudah sukses dan ingin tinggal lebih lama di kampungnya sendiri.
Seperti pada kepergian saya ke Jogja kemarin, ikhwal dari niat saya kesana cuma mau mengantarkan keponakan saya untuk boyong ke jogja sekalian mencari tempat kost kostan yang tidak jauh dari lokasi kampus, yang nyaman dan aman, dan tentunya yang murah. Keponakan saya sengaja memilih tanah jogja untuk melanjutkan kuliahnya disana. Tepatnya di UII.
Yaa, selalu ada cerita kalau saya harus keluar kota, salah satunya ketika harus menyambangi kota jogja yang begitu eksotis dengan keragaman budaya jawanya. Sangat kental sekali. Jogja juga masih setia menyuguhkan begitu banyak nuansa indonesianya yang mendapuk dari zaman dulu. Tapi saya tidak begitu mengamati terlalu jauh, itupun karena saya tidak terlalu lama untuk sekedar muter muter megitari jogja, hanya kurang dari dua hari saja. Hehe..
Tapi selama dalam perjalanan, sekilas saya bisa sedikit tahu dengan penyajian kota jogja dalam membungkus budaya jawanya di tengah tuntutan tata kelola kota. Masih banyak bangunan2 yang menitipkan catatan sejarahnya sampai sekarang. Mulai dari bangunan2 tua yang masih berdiri kokoh, keraton dengan aksen aksen jawa kunonya, gereja tempo dulu yang masih mengusung khas eropanya, ataupun gedung gedung yang di buat dan di rancang khusus oleh orang-orang belanda. Semuanya masih di sajikan rapih bagi orang yang sengaja tengok kanan kiri saat harus melintasi kawasan tersebut, utamanya di kotabaru.
Mungkin hanya sedikit cerita yang saya dapat dari lawatan yang kedua kalinya ke tanah jogja, setelah itu saya harus buru buru pulang melewati jalur magelang dan semarang. Padahal masih banyak tempat yang ingin sekali saya singgahi, berhubung ada hal dan keperluan lain yang tidak mengijinkan, saya akhirnya tidak jadi naik untuk yang kedua kalinya ke candi borobudur, atau sekedar icip icip kuliner lesehan di kawasan Malioboro malam hari. Sederhananya, saya akan terus merindukan kota Jogja.
Jogja.... kerinduan itu sengaja akan saya tabung sampai beberapa bulan kemudian, mungkin tahun baru atau tahun depan saya akan kembali lagi dengan harapan kota Jogja masih tetap khas dengan sejuta pesonanya.
Jogja, kota pelajar dengan aneka hiburan malamnya...
ReplyDelete#sok sotoy
hehe hiburan siangnya juga banyak mas :))
Deletepanas panas goreng pisang
ReplyDeletekopi agak manis di gelas kaca
di gelar tikar di terang neon
di ubun ubunya jogjakarta
gadis manis senyum senyum
tawarkan nasi bungkus daun pisang
sama sama makan malam malam..
sekilas lirik lagu yg berjudul malioboro hehe
kangen jogja euuuy :D
tau banget ya tentang joja...
DeleteOrang jogja datang :D,
ReplyDeletengakune org jogja, gulati malioboro bae ora ketemu :D
Deletejogja itu ngangenin walau mulai nyebelin dengan macetnya :D
ReplyDeleteohhw, berarti saya belum kena dampak dari mecetnya kota jogja :)
DeleteUdah lama gak ke jogja... jogja emang ngangenin.... waktu saya kecil rumah saya masih disekelilingi sawah... sekarang udah jadi perkotaan....
ReplyDelete