Kalau mau berbicara pada hal yang paling pribadi pun, rasanya saya tidak pernah bersungguh sungguh untuk membuka semuanya disini, bukan karena saya tidak bisa menyajikan sesuatu yang lengkap, tapi lebih pada hal2 yang bisa mempengaruhi saya untuk tetap dengan pakem tulisan dengan karakter saya sendiri. Ya begitulah saya, karena manusia selalu mempunyai ruang privasinya masing2, itu hak saya atau hak mereka2 juga dengan pilihanya dengan segala rahasia dan alasanya, barangkali ini bukan sesuatu yang salah, bukan juga kemudian di anggap sebagai sikap yang anti mainstream. Kalopun tetep maksa saya di bilang terlalu menutup diri, ahh itu pernyataan yang cenderung tidak betul yang hanya bisa keluar dari mulut orang2 yang rasa ingin tahunya terlalu gede. Kaya maksa. Hehe Seiring bumi yang sudah makin tua pada akhirnya munculah fenomena baru banyaknya orang2 kepo. haha! *bukan saya
Sejak kali pertama saya bisa duduk menyanggah badan saya sendiri dengan tegap, baru kali ini dan barusan kemarin-- saya ketiban pelajaran hebat soal proses kedewasaan seseorang. Orang yang baru saya kenal, terlebih tidak pernah tahu wujud rupa dan perangainya kaya gimana, maksa sekali buat nanya ini itu tentang kepribadian seseorang, tentang masa lalu seseorang, tentang apapun yang punya tendensi seperti ingin tahu banyak. Terkesan semangat banget seperti orang lagi di sibukan dengan deadline tesis tugas skripsi. Hehe
Bukan tidak mau membuka diri atau tidak welcome kepada orang yang baru dikenal, tapi lebih pada menjaga diri saja dari satu hal yang di anggap perlu untuk tidak membagikan masalah2 pribadi saya kepada sembarangan orang. Satu catatan yang barangkali bisa saya pegang sampai sekarang, saya hanya lebih pada bersikap selektif aja untuk bisa memilih orang yang dinilai punya kedekatan secara emosional, kedekatan yang memang sudah menjadi satu paket dari arti dan makna sebuah kepercayaan. Intinya lebih pada bagaimana cerdas memilih orang jika harus menitipkan sebuah masalah pribadi.
Dari sikap orang2 seperti itu, saya melihatnya layaknya seorang detektif atau paparazi. padahal sih sebenernya bukan sepenuhnya di nilai sebagai sesuatu yang negatif, tapi lebih pada sebuah kepantasan, etis atau tidak etis. Lah kalo tiba2 saja ada orang yang baru dikenal kemudian dia lantang melemparkan pertanyaan tentang gajinya berapa atau agamanya apa, siapapun risih untuk sekedar memberikan jawaban. Malah kalo di Amerika sana orang yang menanyakan umur saja di anggapnya sebagai sesuatu yang tidak pantas. Dinilai terlalu masuk ke ranah pribadi, sehingga orang merasa privasinya terganggu..
Seperti halnya ketika saya meminjam hape teman saya sendiri, ini sekedar contoh: lalu kemudian membuka beberapa file dan folder terlalu jauh, istilahnya mengobok obok kepemilikan orang lain, apalagi kalo sampai membuka isi SMS, jelas itu melanggar kode2 kesopanan dan kepatutan, bukanya tanpa alasan: karena disitu ada ruang privasi, ada batasan dan ada hal2 yang tidak etis buat di lakukan (masuk terlalu jauh), istilah bahasa orang jaman dulu mah namanya ' pamali '. Betul apa betul? Hehee..
Tuhan saja untuk urusan tertentu kadang selalu merahasiakan untuk tidak bisa di ketahui oleh siapapun... Jadi, berhubung kita2 sebagai manusia yang sudah lepas dari pengaruh zaman kehidupan nomaden, Attitude itu harus di pakai. Jangan sampai hanya gara2 ingin tahu banyak tentang masalah pribadi artis tertentu, termasuk semua yang di pakainya, lantas kemudian kita lupa dengan nomer celananya sendiri. Itu hanya sebentuk kecil efek buruk dari seorang yang punya label kepo. tidak baik untuk di tiru. Intinya sih segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Sederhanakan saja, apapun.
Salam.
The best luxury hotels in Sanur, Bali!
1 week ago
bahkan pada orang yang dirasa telah miliki ikatan emosional pun masih ada batas-batas privasi untuk tak sembarang membagi isi hati,
ReplyDeletesaling menghargai mungkin yah solusinya
iya mbak, ya itu tadi, Tuhan saja untuk urusan tertentu kadang selalu merahasiakan untuk tidak bisa di ketahui oleh siapapun...
Deleteoke, salam :)
Aku setuju setiap orang punga privacy masing-masing yang harus dihargai. Dan ga seharusnya seluruh kehidupan pribadi dijembreng di media sosial.....
ReplyDeleteSalam kenal...
hahaa kalo urusan itu bukan lagi tanggung jwb saya untuk di jawab hee... lebih pada mau menyajikan tapi malah menjijikan. semua masalah pribadi, termasuk semua perasaanya tumpah belaratan di beranda, malah minta suruh di komentari atau ngelike.... tapi ada baiknya, saya atau kita bsa belajar dari org2 seperti itu...
Deletemakasih, salam
Setuju, berlebihan dlm segala hal emang gak baik. Lebih menjaga dan menghargai org lain ya, Mba.
ReplyDeleteyup, segala sesuatu yg berlebihan ato di lebihkan itu kesanya gak baik. enakan yg biasa dan sederhana
DeleteLugas sekali mas ulasannya tetang batas-batas privasinya. .
ReplyDeleteMosok? padahal mah sengaja di bikin dan di buat dengan sesederhana mungkin hehe
Deletehe :)
teknologi, bgmnpun juga mempertipis batas2 itu. butuh kesadaran dr masing2 personalnya.
ReplyDeleteArtikel yg keren... (tp jgn pk huruf miring, dong, mas)...
Salam.
teknologi jg seperti dua sisi mata uang, tinggal pilihan ada di tangan kita :)
Deleteudah di ganti mas seperti postingan2 terdahalu, makasih masukanya. salam
Dari apa yang saya perhatikan sehari-hari, banyak diantara pasangan muda mudi yang saking sayangnya sama sang kekasih menjadi sangat terbuka *bukan cuma baju yang terbuka* hehehe bercande… hampir segala sesuatunya apalagi yang bersifat privat diberitahukan pada kekasih, mulai dari berbagai macam password akun di internet (email, facebook, twitter, dan lain-lain), isi hape (inbox, sent item, isi chat kalo hapenya smartphone), bahkan mungkin pin atm (mungkin looooh), dan lain sebagainya. Bener apa bener???? Hehe…
ReplyDeleteprivacy kadang-kadang perlu juga sih
ReplyDeleteemang perlu buu :D
Deletejangan sampai privacy orang dilanggar.. betul kan.
ReplyDeleteBulu Perindu | www.bulu-perindu.com | Jeng Riska