Destinasi Jogja #2


Malioboro

Jogja, selalu menjadi pilihan favorite jika harus mengisi daftar destinasi kota-kota di Indonesia yang wajib di singgahi. Alasan buat kesanapun cukup beragam. Keraton, candi, pasir putih, malioboro dan kuliner. Di luar itu biarlah menjadi rahasia dan selera masing-masing. Karena kebutuhan orang untuk bisa membahagiakan dirinya sendiri; adalah harga yang harus di bayar mahal.

Entah, rasanya suasana yang ada di kota Jogja itu menjadi pembeda di antara sekian banyak kota lainya di pulau jawa. Itu kata para pelancong yang sudah banyak meninggalkan jejak kakinya di kota destinasi favorite. Tapi, setelahnya saya mampir di tanah jogja. Emang bener, hehe.. khas dan khazanah dari keluhuran bumi jogja itu menjadi sebuah daya tarik tersendiri sekaligus bisa mempresentasikan Indonesia asli. Bahwa ini lho Indonesia. Elok, eksotis, kental akan aksen jawa dan kerajaan, yang terbungkus cerita dan kisah bersejarah. 

Tak heran ya jika banyak orang Indonesia menamai kota Jogja sebagai "Jawa Banget", sebutan yang menggambarkan betapa warisan budaya leluhur selalu tetap hidup di dalam diri masyarakat Jogja meski laju zaman sudah jauh meninggalkan masa lalunyaWell, sesungguhnya butuh banyak kata untuk sekedar menuliskan alasan, kenapa saya ingin berkunjung lagi ke sana.

Bulan kemarin, saya sengaja memilih point-point dimana saja dan apa saja yang menjadi menu utama dari niat kedatangan saya disana. Walopun tidak di rencanakan dari awal... Padahal gak ada sesuatu yang istimewa sebenarnya. Niatnya hanya menebus kerinduan yang sudah lima bulan saya tabung tentang keinginan buat menjama kesederhanaan kota itu.

Dari beberapa tempat yang sengaja saya datangi, minimal tidak jauh-jauh dari sekitaran pusat kota. Malioboro menjadi kunjungan wajib. Dan untuk lawatan yang ke empatnya ke jogja, waktu itu sengaja saya sempatkan untuk nyobain kuliner. buat icip-icip. Salah satunya ketika sengaja mampir di Rumah Makan Raminten yang dikenal nyentrik. Sekaligus Icon dari khas kuliner Jogja. Di situ ada banyak sekali menu favorite yang seringkali menjadi bahan referensi buat para penikmat kuliner di tanah air. Di daftar menu; saya hanya pesan nasi (lupa namanya) sama Es krim bakar. Kalopun harus di tanya rasanya kaya gimana? Hemm... Sebenarnya cukup memuaskan lidah juga, walopun masakanya cenderung terkesan agak manis, yaa setidaknya cukup bisa melunasi cicilan hutang perut saya karena laparr sedari siang. Sabarr.


Sempet saya tengok kanan-kiri, ternyata banyak situasi dimana saya merasa ada sesuatu yang jarang saya temui setelahnya saya masuk kesana (Rumah Makan Raminten). Kayaknya ada yang unik dari rumah makan tersebut. Mulai dari cara memilih bentuk bangunan yang menyerupai joglo, pengambilan nama-nama menu makanan yg nyeleneh, ataupun cara bagaiamana mereka melayani para tamu dengan pakaian-pakaian yang menyerupai zaman kerajaan. Para tamu juga hanya di sediakan tempat duduk di lesehan melingkari meja yang sudah di sediakan. Istilah orang sini sih namanya Glepor. Hehe. Pokonya kalau sudah masuk kesitu, berasa tuh kita sedang numpang makan di dalam keraton. Hampir semua sudut bangunan semuanya di kemas dengan pemilihan aksen jawa, yang di adaptasi dari benda-benda kuno serupa kayu-kayu yang sengaja di ukir dengan motif sekeren mungkin, kaya zaman majapahit gituu. Hampir semua ornamennya sengaja di buat serba alamiah. Futuristik dan artistik. Intinya kita sebagai tamu tuh merasa ada sesuatu yang bisa di ceritakan buat orang-orang di rumah, tentu saja setelahnya kita mampir dan makan disitu.

 

***
Sepulangnya dari jogja, sebenarnya ada rencana yang tidak jadi kesampean, saya tidak jadi kopdar sama temen. Sedih. Tapi tidak apa juga sebenarnya, karena toh saya juga ngambil waktu pas di luar hari libur (sabtu dan minggu). Serba mendadak. Kayaknya mereka sibuk sekali dengan kerjaanya, saya juga sengaja ngambil waktu cuma tiga hari saja untuk ngebolang disana.

Alhamdulillah tidak bawa apa-apa, hanya baju batik murah dari Malioboro dan pesanan seadanya. Selebihnya; hanya menyisakan kenangan dan ketagihan, rindu dan berkesan :)






*Malam GK


12 comments:

  1. Jogja memang selalu berkesan yaaa..... mupenk sama telornya :)

    ReplyDelete
  2. Es krim bakarnya bikin ngilerrr, huehehe
    aku udah lama banget gag ke jogja, terakhir pas tahun 2010 aja itupun gak sempet muter muter. jadi pengen kesana uiii :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. jogja selalu terlihat sederhana. tdk banyak yg berubah.. beda dgn kota2 metropolitan

      Delete
  3. Yogyakarta telah menjadi rumah keberagaman Indonesia. Bukan hanya karena di kota ini banyak pelajar dan anak muda dari Sabang sampai Merauke bertemu untuk menempuh pendidikan, tapi karena di Yogyakarta seni dan budaya Indonesia menemukan rumah keduanya. emang bener, selalu berkesan jika sudah kesana

    ReplyDelete
  4. Jika berbicara masalah jogja, dunia malam adalah hal yang tidak boleh ditinggalkan. karena malamnya jogja adalah malam istimewa. di setiap sudut selalu punya titik untuk diceritakan.

    ReplyDelete
    Replies
    1. iya, kalo siang mah sepi... kalo sore udah pada siap pasang tenda hehee kapan2 mono maning ahh :D

      Delete
  5. Replies
    1. silahkan buuuu, sekalian di screenshot ;D

      Delete
  6. Kapan, kapan, kapan neh ke jogyanya? Kok gak mampir, hayooo...

    ReplyDelete
    Replies
    1. kapan ya? kapan2 kesitu lagi jeh :D *mampirr

      Delete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More