Definisi Tim Terbaik Abad Ini: Jerman




Sebagai fans berat Jerman, yang sejak awal menjagokan tim ini untuk merebut trofi piala dunia 2014 Brazil, tentunya saya cukup mengikuti bagaimana tim Jerman bermain. Walaupun bukan pengamat sepakbola atau bahkan pemain aktif, dan dengan ilmu dan pemahaman yang masih terbatas, saya melihat Timnas Jerman telah memberikan defenisi yang jelas bagaimana seharusnya tim tebaik itu. Jerman yang telah meraih gelar keempatnya ini, telah membuktikan bahwa permainan kolektifoffensivefull spirit dan tentu saja pemain berkualitas adalah modal membentuk tim tebaik. paling tidak untuk abad ini.


Permainan Kolektif
Bermain secara kolektif artinya bermain dengan mengandalkan semua pemain (teammate). Tidak ada pemain yang menonjol sendiri, apalagi sampai di "dewa"kan oleh pemain lain, atau bahkan di anak emas-kan oleh pelatih. Permainan semacam ini benar-benar mengandalkan seluruh keberadaan pemain dalam tim.

Penonton dapat merasakan mana tim yang mengandalkan permainan kolektif ini dalam pertandingan sepakbola, jika mereka mulai menyerang biasanya bola dialirkan ke hampir semua striker dan gelandang secara bergantian. Sehingga gol-gol yang tercipta berasal dari hampir semua pemain. Salah satu ciri permainan kolektif adalah sering tejadinya rotasi dan pergantian pemain secara berimbang.

Sejak bermain di babak penyisihan, Der Panzer telah memperlihatkan gaya permainan kolektif. Permainannya tidak melulu mengandalkan Mueller atau Ozil, bahkan bermunculan pemain-pemain lain seperti Schurle, Gotze, Lahm, Schweinsteiger, Klose, Khedira, Toni Kroos, Boateng dan Hummels. Keberadaan mereka memberi efek positif dari setiap laga Timnas Jerman. Mueller menjadi pemain tersubur Jerman pada kompetisi ini, Ozil dan Toni Kroos berperan besar dalam mengelola permainan tim, Schweinsteiger-Khedira sama kuatnya dalam merusak permainan atau serangan lawan, Lahm sang kapten sangat aktif dalam menjembatani pola serangan, Manuel Neuer yang kerap kali mempertontonkan aksi heroiknya,  Klose-Hummels-Schurle sama-sama pernah menjadi creator kemenangan Jerman. Bahkan Mario Gotze yang sering bermain sebagai pengganti menjadi pencetak gol pengunci gelar juara Timnas Jerman. Mereka punya peran merata yang sama pentingnya dalam bertahan maupun menyerang, bahkan dalam mencetak gol. Jerman adalah tim paling subur di piala dunia Brazil.




Berbeda misalnya dengan Argentina yang sejak awal fungsi pengontrolan permainan, pencetak gol, pengambil bola mati, kapten, hingga pemberi umpan terkesan hanya dibebankan kepada Messi (apalagi setelah Di Maria cedera). Atau Belanda yang hanya mengandalkan Robben untuk mengalirkan bola kedepan dan RVP (Robin Van Persie) untuk penyelesaian akhir. Begitu juga dengan Portugal yang mengandalkan Cristiano Ronaldo, Kolombia dengan James Rodriguez-nya, atau Italia dengan Andrea Pirlo-nya. Pemain-pemain tersebut juga selalu bermain hampir disemua pertandingan timnya.

Mungkin salah satu penyebabnya adalah karena status kebintangan pemain-pemain kunci atau pemain yang diandalkan tersebut. Penyebab lain bisa jadi karena terlalu jauhnya gap antara kualitas pemain yang diandalkan dengan rata-rata pemain di timnya.

Tim yang bermain secara kolektif relatif lebih sulit ditebak karakter bermainnya dari pada permainan oneman show. Karena permainan yang mengandalkan kolektifitas ini lebih sistematis terbentuk akibat bergantung pada banyak pemain. Selain itu, mematikan salah satu pemain kunci tidak berpengaruh banyak terhadap permainan tim. Misalnya Mueller yang selalu dipres dan dikawal pemain lawan tidak mempengaruhi penampilan tim Der Panzer.

Karakter permainan secara ofensif (“menyerang” atau sering disebut “bermain terbuka”) merupakan permainan yang fokus pada penyerangan. Cirinya-cirinya tim yang bermain ofensif yaitu memiliki penguasaan bola yang tinggi, kuat di tengah. Ciri-ciri lain adalah pemain lini belakang tidak terlalu sering “nongkrong” di daerah pertahanan dan mereka lebih banyak mengoper dari pada “sapu bersih” maupun tackling. Liat bagaimana peran seorang Hummels dan Philips Lahm, kedua pemain ini seringkali membantu serangan Jerman hingga masuk ke daerah pertahanan lawan

Mental utama pemain dalam permainan bergaya ofensif yaitu percaya diri yang kuat. Pada gaya bermain seperti ini, seluruh pemain bergerak dan memiliki distance serta jangkauan jelajah yang tinggi. Karena setiap pemain sering maju dan mundur.

Pada Der Panzer, gaya bermain ofensif sudah mulai terlihat pada pertandingan pertama melawan Portugal. Portugal yang bermain lebih defensif praktis hanya meninggalkan Ronaldo di depan, selebihnya ditumpuk di kawasan tengah hingga pertahanan tim. Terlalu lama parkir Sedangkan jerman yang saat itu menang 4-0, bermain ofensif dan menciptakan banyak peluang serta menguasai hampir disepanjang pertandingan.


Saat melawan Brazil, Jerman pun tetap bermain ofensif bahkan dengan efektifitas tinggi. Padahal saat itu, Brazil memiliki penguasaan bola yang lebih banyak namun aktiftas clearence (sapu bersih bola di lini pertahanan) dan goaling (penciptaan goal)-nya tidak efektif.

Full Spirit
Bermain dengan semangat juang yang tinggi dan mengharapkan terciptanya gol disemua waktu adalah bentuk mental juara milik Tim Der PanzerSelama babak knock out, Jerman selalu berhasil menciptakan gol di menit-menit akhir. Misalnya pada pertandingan melawan Aljazair, gol kemenangan tercipta di babak kedua extra time (range menit ke-105-120), begitu juga saat final melwan Argentina dimana gol tercipta pada menit ke-111.

Melihat kondisi itu, hampir pasti Tim Jerman tidak mengharapkan terjadinya adu pinalti, bukan karena tidak siap tapi karena selalu berharap gol tercipta secepat-cepatnya. Berbeda dengan tim-tim yang merasakan adu pinalti, yang memang telah menyerah duluan dan berharap pada tendangan-tendangan di titik putih. contohnya seperti Argentina dalam laga final kemarin, terkesan lebih memilih main defense dan berharap bisa di akhiri lewat adu penalti, mungkin Messi cs sudah punya modal kepercayaan diri karena pada laga sebelumnya tim tango tersebut menyingkirkan Belanda di semifinal melalui tendangan tos tos-an.

Komposisi Pemain Berkualitas
Timnas Jerman, mungkin tidak memiliki pemain bintang kelas satu selevel Messi, Ronaldo atau Robben. Tapi sumberdaya pemain mereka yang punya pengalaman bermain di berbagai liga dan skill yang hampir merata telah menjadi bukti bahwa tim kuat tidak mesti diisi pemain bintang. Hal itu telihat saat Timnas Jerman bermain, peran masing-masing pemain krusial dalam memainkan pola. Mueller misalnya walaupun ditugaskan melakukan penyelesaian akhir, dia lebih banyak berperan memecah koordinasi bek dan memantulkan bola ke second line. Ozil banyak berfungsi mengatur pola serangan, Schurle-Kroos banyak melakukan shooting dan crossing darisecondline. Schweinsteiger-Khedira selain menjaga stabilitas lini tengah juga berfungsi memecah pola bermain lawan. Yang lebih penting adalah mereka lihai memainkan perannya masing-masing.

Rising star sekelas Mueller, Gotze, Schurle, Hummels dan Toni Kroos dikombinasikan dengan pemain pengalaman seperti Schweinsteiger, Lahm, Boateng dan Oziel didukung pemain lapis sekelas Klose, Podolski, Khedira, dan Julian Draxler menjadi racikan terbaik milik Timnas Jerman. Sebenarnya komposisi ini mirip dengan komposisi timnas Brazil dan Belgia. Hanya saja, tim tersebut belum maksimal dalam memainkan pola permainan disetiap pertandingan.

Kita tunggu saja, setidaknya di gelaran euro 2016, yang pasti Jerman akan tetap hadir dengan pemain2 hasil dari regenerasi yang tidak pernah putus. Ada Goetze, reus, Gondogan, schurlee, Kroos, Mueller, Krammer, Ginter, Draxler. semuanya masih di bawah 25 tahun. Germany Weltmeister 2014.

Jerman 2014 adalah generasi emas, saya yakin dua atau empat tahun mendatang Jerman masih menjadi tim yang menakutkan!















Oleh: Fathul Muhammad Alfath 
160714 


8 comments:

  1. Jerman memang pantas untuk menyandang sebagai tim terbaik abad ini. jerman mempersipkan tim ini melalui proses yg panjang. terutama ketika DFB melakukan pembinaan pemain2 muda. hasilnya bisa kita lihat, kombinasi pemain berpengalaman dan pemain2 muda seakan menjadi kekuatan dari tim jerman. harusnya Indonesia bisa meniru bagaimana jerman sudah sukses dalam melahirkan pemain2 talenta muda. sang juara dunia 2014. congratss!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya, Indonesia harus cepat2 berkibalat sama jerman, khususnya utk pembinaan pemain usia muda, kalo tidak selamanya akan ketinggalan denagn negar2 yg rangkingnya memang sudah di atas heheee

      Delete
  2. Aku juga suka tim jerman, kompak sebagai tim yaa

    ReplyDelete
  3. sukses nih Jerman bawa piala untuk ke4 kalinya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya buu, saya sbg orang Indonesia harusnya ngiri sama pencapaian jerman, khususnya dalam sepakbola. danke schoen..

      Delete
  4. Kaya wong ngertia rang bahasane kih, wis kaya pelatih bae :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya maene gah pinter, bsa ngecoh tiga pemain

      Delete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More