Mengantar Ke Istana




Orang yang cerdas cenderung lebih banyak membicarakan ide-ide, dan orang yang bodo* cenderung lebih bersemangat membicarakan orang lain..

Kalimat bijak tadi, sepertinya pas sekali ketika harus di korelasikan dengan sekarang__bagaimana orang-orang menyikapi kondisi iklim demokrasi negri ini. Alasanya ada pada ruang dimana saya merasakan dalam satu bulan belakangan. Tengok saja ketika harus membuka sosial media. Tulisan yang punya tendensi negatif tentang capres tertentu hampir berjibun numpuk di beranda. Enegg! Mereka seperti merasa paling tau untuk kasus-kasus tertentu, mereka merasa paling benar dengan informasi yang sudah mereka tulis. Padahal mereka-mereka juga hanya sebatas copas dan comot dari media lain. Kalo dua pendukung capres sudah di pertemukan dalam satu lapak yang sama. Yahh, ujung-ujungnya cuma hanya jadi debat kusir. Bahkan sampai harus keluar kata-kata yang kurang sehat buat di baca. Saya sih menganggap hanya sebuah fenomena dari negri para bedebah.

Apakah kita terlalu kebablasan dalam menyikapi arti dari meng-hegemoni-kan demokrasi, ataukah jangan-jangan bangsa kita belum siap dengan dampak buruk dari perjalanan demokrasi itu sendiri. Padahal demokrasi itu asli hasil produk dari barat. Entahlah.. Jadi, kalo tidak bisa sedikit wise ketika memberi dukungan untuk capres tertentu (dalam berkampanye). Tidak usahlah kalo kemudian kelihatan seperti penyembah, seolah olah hidup dan matinya di tangan capres pilihanya.

Satu bulanan terakhir, khusus ketika saya sengaja aktif masuk di sosial media, Berhari-hari bahkan ber jam-jam; tidak sedikit orang seperti telah di sibukan dengan urusan capres dan cawapres. Mereka seperti terlalu bersemangat sekali, kadang katanya ada yang sampai lupa buat sekedar menyiapkan menu makan sahur. Hahaa rasain, makan tuh piring bergambar Prabowo dan Jokowi atas nama demokrasi. huehee

Bahkan konon ada beberapa blogger yang katanya berani di bayar mahal untuk berkampanye dengan tulisan-tulisanya.

Emang sih, saya di posisi yang tidak bisa melarang atas alasan apapun, kepada siapapun. Itu adalah bagian dari hak mereka untuk berpendapat, hak mereka juga untuk mencari kemudian menentukan pemimpin pilihanya. Tapi ya menurut saya sih sayang banget kalo semangatnya itu seperti di salah artikan. Salah tempat. Ataukah memang sudah lupa pada esensi dari cara bagaimana berkampanye yang sehat. Kalo hanya pada sebatas cara-cara yang wajar dan cenderung positif sih, saya juga justeru malah mengapresiasi.. Tapi kalo sudah memakai isu-isu agama, fitnah dan amarah, atau benci dan caci maki; bukankah ini satu tanda dari gejala sakitnya mental bangsa kita.

Padahal, kalo harus berkata jujur, kita juga sebenarnya tidak mau menjadi korban dari demokrasi yang salah, kita tidak ingin menjadi lumpur dari limbah demokrasi yang bermasalah. Ikhwal tujuan dari adanya demokrasi itu sebetulnya amatlah baik, tapi kalo tujuan baiknya sengaja di kontaminasikan dengan cara-cara yang sama sekali tidak baik, pun harus dengan cara-cara yang kotor, maka potret dari siapa kita-kita ini sebenarnya sudah tergambar jelas. Sudah terbaca. Setidaknya saya masih selalu percaya dengan kata bijak lama; bahwa pemimpin itu cerminan dari rakyatnya.

Untuk sementara, saya merasa masih menjadi swing vooters, tapi pada saatnya nanti saya akan tetap menggunakan hak pilih saya. Hanya saja saya harus melewati proses dimana saya mencoba bisa keluar dari keraguan.

Ragu buat milih siapa berpasangan dengan siapa, ataukan nomor urut satu atau dua? Hehe... Tapi minimal saya sudah menemukan beberapa point dimana gambaran tentang kriteria seorang calon pemimpin itu sudah nampak kelihatan. Sudah tergambar. Hanya belum berani saya bungkus untuk kemudian buru-buru di bagikan di pusat keramaian. Karena saya lebih memilih untuk di buka selebar-lebarnya pada saatnya nanti. 

Dialah sosok pria yang tidak banyak kata, saya hanya ingin; bahwa pemimpin yang ideal buat bangsa Indonesia kedepan itu; adalah mereka yang di calonkan, bukan mereka yang begitu semangat sekali untuk mencalonkan. Beliau juga harus pandai mencari tahu dari setiap kebutuhan dan keinginan rakyatnya.

Itu kriteria pilihan saya ketika harus mencari pemimpin, dan saya sangat senang sekali jikapun banyak dari teman ternyata punya pilihan yang berbeda. Dan begitu berterimakasih sekali kalo kemudian banyak dari teman lain juga ternyata sudah punya pilihan yang sama. Sebenernya tujuan kita pun sama, hanya pilihanya saja yang berbeda. 

Tanggal 9 juli nanti, saya siap mengantar beliau ke Istana :)

Lahir dari rahim demokrasi yang baik, mudah-mudahan akan lahir juga pemimpin-pemimpin yang punya niat baik... Yang mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik.





020714
Gambar: google

4 comments:

  1. siap memilih tanggal 9 nanti ya

    ReplyDelete
    Replies
    1. insya Allah siap buu, saya akan memilih dengan bismillah hehee

      Delete
  2. aku jaga gawang saja di hutan
    yang penting siapapun yang kepilih nanti tak dukung deh...
    *asal bisa kasih perbaikan gaji :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. okelah mas kalo begitu, lebihan gajinya di tarnsfer kesini *bloototh nyala!

      Delete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More