Tentang Menulis Dan Tanggung Jawab





Bagi sebagian orang ,mungkin ada yang menganggap bahwa menulis itu susah. Pokonya susah. Alasanya pun cukup beragam; ada yang punya dalih karena belum cukup punya kepercayaan diri, ada yang punya alasan karena tidak adanya waktu, ada juga yang merasa takut duluan kalau-kalau tulisanya nanti di protes orang lain, banyak salah di sana sini, kurang ini dan itu. Repot! Sampe kapanpun kagak nulis2.

Bagi sebagian orang lagi mungkin menulis itu gampang, segampang ketika harus berbicara face to face dengan orang lain. Buat saya sih jujur; menulis itu gampang2 susah, tapi lebih banyak susahnya hehe. Hanya saja saya tidak berani ngasih garansi apapun kalo apa yang sudah saya tulis itu bisa ngebuat orang cengar cengir sendirian.

Basicly, semua orang juga punya kesempatan dan kemampuan yang sama. Siapapun juga sebenernya bisa nulis, atau seperti ketika seseorang bisa menghasilkan karya2 terbaiknya, pun pada pencapaian ketika orang2 sudah menemukan titik kesuksesanya. Untuk bisa kesitu tentu semuanya butuh anak tangga yang harus terus di naiki, tapi bagi beberapa orang ada yang merasa dan masih beranggapan bahwa pekerjaan menulis itu hasil dari proses alamiah (bakat), bisa dengan sendirinya. Oh no! Itu salah besar. Nulis juga sama ko kaya pekerjaan lain, bisa nulis butuh proses. butuh waktu buat membiasakan.

Jelas saja saya masih cukup percaya sama proses. Masa iya, orang yang sama sekali gak suka baca terus tau2 bisa menulis dengan sendirinya. Itu nonsens. Sama juga ketika berkaca dari tim nasional Jerman yang sudah berhasil memenangi piala dunia 2014 Brazil; mereka butuh proses dan transisi, pembenahan di sana sini, belajar dari beberapa kegagalan (gagal di pertandingan final empat kali), bahkan harus menunggu selama 24 tahun untuk bisa meraih gelar juara dunia yang ke empatnya. Congratulation

*
Kembali ke soal menulis tadi. Tidak melulu kemudian asal nulis, masuk draft dan posting. Di baca banyak orang, blass!... Gak gitu. Nulis juga perlu adanya attitude, sikap hati2 dan punya sikap pertanggung jawaban. Banyak sekali kejadian yang nulisnya ngasal, meratapi semua nasibnya di media sosial, terus ngeluarin unek2 di dinding dunia maya (blog) kemudian berujung pada kasus hukum.

Bentuk pertanggung jawaban itu dirasa sangat perlu, supaya ada ballance. Supaya ada sikap hati2. Kaya misalnya saya nulis sekarang. Nulis apa saja. Ketika kemudian saya harus menyebut nama orang (dengan berita2 negatifnya) karena untuk alasan apapun, ada sebuah sikap tanggung jawab yang melekat. Tidak kemudian asal nulis semaunya, pas di tanya alasan dan lubang sumbernya dari mana, di jawab tidak tahu, mentoknya dari teman. Di jawab__bahwa sumbernya dari pemberitaan media. Tau-tau media abal-abal. * celaka dua belas

Emang sih, menulis itu sesuatu yang dinamis, dan bebas, dan katanya sih menulis itu mengajarkan orang untuk bisa lebih kreatif, menulis juga bisa mengajarkan orang untuk membuka pikiranya (open minded). Pokoknya ada banyak hal positif yang bisa di galih, dan ada banyak manfaat yang akan di dapat. Tapi bukanya tidak ada batasan, lantas kemudian kita nulis seenaknya. Disitu juga ada rambu2 yang wajib harus di pegang, supaya dalam perjalananya nanti tidak ada orang2 yang menjadi korban atas tulisan kita nanti. Tidak ada orang yang merasa tersakiti.

Sepanjang keikutsertaan saya disini, di rumah saya sendiri, sepanjang itu pula saya bisa BW (blog walking) di lapak punya teman teman. Menyenangkan memang. Mereka orang2 yang sudah mengenal betul dunianya sendiri, paham dengan posisinya sendiri sebagai siapa, dan mereka juga tahu bener soal bagaimana kemudian rasa berbagi itu sesuatu yang harus di sikapi sebagai sebuah kebutuhan. Karena manusia itu cenderung ingin hidup bersosial. Perlu wadah. Saya bisa belajar banyak tentang semuanya dari mereka. Semoga.

**
Dulu, sempet juga ketika awal mulai nulis, perasaan malu tuh pasti ada hehe.. Pokonya campur. Malu karena merasa tulisanya gak nyambung dan gak layak baca buat banyak orang, terus juga takut di bilang latah ikut2an nulis ini dan itu. Tapi yaaah, awal mula dari perjuangan Paulo Coelho hingga menjadi terkenal juga bukan berarti lurus2 aja. Beliau juga pernah membagi hal2 buruknya, seperti pada perjalanan orang2 hebat lainya.

Pokonya, buat saya sih menulis itu lebih pada tujuan untuk menyalurkan hobi aja. Gak ada tendensi mau di bilang ini dan itu. Gak ada pesenan gak ada deadline. Cuma mau membahasakan sesuatu yang dulunya orang2 tidak tahu, kemudian menjadi tahu. Cuma mau meminjam beberapa kenikmatan Tuhan ini untuk kemudian bisa di bagikan buat orang lain. Dari situ aja udah seneng, apalagi kalo ada sebagian tulisan yang udah sengaja di tuangkan kemudian sudah di apresiasi dari teman2, merasa kehadiran saya bisa di terima. dan barangkali itu adalah bonus!

***
Menulis juga bisa menempatkan perjalanan hati di titik nyaman. Kalo ngerasa udah punya passions disitu, dan nyaman, ya lanjutkan! Insya Allah bermanfaat



-yayackfaqih-


Dh, imyu 16904
gambar: google

1 comment:

  1. Yesss.. Menulis bukan karena kita pandai merangkai kata, tapi krn rasa hati ini selalu berontak minta disalurkan. Suka sekali dengan kalimat "Menulis juga bisa menempatkan perjalanan hati di titik nyaman" :)

    ReplyDelete

Tinggalkanlah komentar anda di sini

Baik tidaknya artikel ini hanya pada sebatas tujuan untuk berbagi. baik itu informasi, inspirasi ataupun sekedar basa basi. Baca juga artikel yang lain, terima kasih...

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More