Memang, kata para pembijak lama sih internet itu selalu menawarkan dua sisi mata uang yang berbeda. Kalo niatnya di bawa buat hal2 yang gak baik pasti jatuhnya sesuatu yang buruk. Lebih banyakan mudhorotnya. Begitu sebaliknya. Jika cerdas dalam memanfaatkannya justeru hal2 baik mengikuti dari belakang. Jadi, internet itu tidak selamanya di sikapi sebagai sebuah pekerjaanya orang2 pemalas, buang2 waktu atau apalah sebutanya. Buat beberapa orang di disana, Internet juga kadang bisa di konversi menjadi pintu masuk buat membuka lahan bisnis yang menguntungkan. internet juga bagi sebagian orang tertentu bisa di manfaatkan untuk misi dakwahnya lewat layanan media sosial. Jadi gak selamanya internet itu melulu punya konotasi yang negatif. Semua tergantung ke pelakunya.
Buat saya sih, sebagai orang yang jauh dari keluarga dan kampung halaman, hidup di tanah rantau, yang keseharianya sibuk dengan kerja kerja dan kerja. Internet itu seperti sebuah kebutuhan dasar, seperti nafas, serupa hiburan, yang barangkali hanya bisa di rasakan oleh teman2 yang yang punya keseharian yang sama. Mainan hape atau laptop jadi hal penting buat mengisi sisa waktu senggang buat nembunuh kesuntukan. Istilahnya internet itu seperti sebuah nafas. Tapi untungnya fasilitas internet disini jauh dari kata kurang. Artinya bisa di dapat dengan harga murah dan mudah.
Beda sama di Indonesia. Dari beberapa media menyebut Korea selatan dinobatkan sebagai negara yang punya koneksi internet tercepat, 24,6 Mbps. Apa resep negeri Ginseng ini? Tak lain adalah peran dan perencanaan yang bener2 matang dari pemerintahnya.
Tahun kemarin saya sengaja pasang Wifi, lewat layanan Korea Telkom. Ternyata sangat mudah dan gampang. Waktu itu jujur saya masih terkendala dengan bahasa, jadilah saya suruh orang kantor yang ngurus. Cuma di mintain nomer rekening bank yang saya pegang, ngisi formulir dan tanda tangan. Gak pake bayar pendaftaran ato pemasangan ini dan itu. Sehari dua hari tahu2 kamer udah kepasang wifi dengan kecepatan yang super ngebut. Alhamdulillahh. Sampe seminggu pun saya sama sekali tidak kena bayaran apapun. Malah setelah dua minggu wifi nyala saya malah di kasih uang cash senilai 40.000 won. Bilangnya dari orang Telkom. Katanya sih uang itu berupa gift. Bahkan di 3 bulan pertama tidak kena beban biaya apapun alias di gratiskan. Selanjutnya tagihan bulanan di ambil lewat rekening bank saya. Tinggal print buku tabungan di ATM tertentu, disitulah baru ketahuan berapa saja saya harus bayar per bulannya. Kebetulan saya sengaja ambil yang 27600 won perbulan.
Alhamdulillahnya lagi, disini wifi atau jaringan internet hampir ada di mana2, meskipun itu seratus persen punya orang hehee. Yaa, sederhananya sih nyari wifi gratisan itu gampang. Kalopun harus keluar juga gak takut gak bisa update status. Di ATM, di perkantoran, di perumahan atau di sepanjang emperan toko, begitu saya lagi jalan kaki kadang hape dengan sendirinya sudah terkoneksi dengan internet, ketahuan entah itu bunyi dari bbm masuk, messenger atopun line. Begitu hape di buka tau2 sudah banjir notif. Alteternatifnya jika ingin selalu ontime dengan jaringan internet, bisa juga beli pake layanan wibro. Cukup murah sebenernya. udah di kasih alatnya yang bisa di bawa kemana mana terus tinggal pilih mau ngambil paket berapa puluh ribu perbulanya. Hidup gak bakal jauh2 dari internet. Dunia serasa selalu dalam genggaman. Bukankah begitu? hehee
Barangkali internet sudah menjadi menu hidup bagi kebanyakan orang. Terlebih bagi para pelaku media sosial. Entah saya harus menyebutnya dengan nama apa buat orang2 yang sudah ketergantungan media sosial. Dikit2 selfie, dikit2 otewe. Jembreng di media sosial. Mungkin karena penjual gadget canggih selalu mengerti apa yang di butuhkan orang2 jaman sekarang. Yang katanya biar di bilang gaul, yang katanya ngikuti jaman atau apalah. Hehee sekali lagi biarlah semuanya berpulang pada pelakunya masing2.
Barangkali, sampe kapanpun internet akan selalu menjadi kebutuhan dasar manusia. Mempermudah orang untuk melakukan hal apapun. Tapi tetep akan selalu menawarkan dua sisi mata uang yang berbeda. Jadi, bijaklah dalam memilih langkah atau memilih sesuatu di dunia maya. Karena rumusnya hampir sama; hidup itu adalah pilihan.
Eumseong, 31 Januari 2016